10 Ciri-ciri Ular Berbisa dan Tidak Berbisa Ketika Menyelinap ke Lingkungan, Bentuk Pertahanan Diri

5 hours ago 2

Fimela.com, Jakarta Adanya ular di sekitar kita, baik di halaman rumah maupun di tempat umum, seringkali menimbulkan rasa cemas. Sangat penting untuk dapat membedakan antara ular yang berbisa dan yang tidak, demi menjaga keselamatan diri sendiri serta orang-orang di sekitar.

Dengan melakukan identifikasi yang tepat, Anda bisa mengambil langkah yang sesuai, apakah itu menjauh dengan hati-hati atau meminta bantuan dari pihak berwenang. Karena sebagian besar ular cenderung menghindar jika tidak merasa terancam, pengetahuan ini berfungsi sebagai pertahanan awal dalam menghadapi kemungkinan ancaman.

Anda perlu mengenali ciri-ciri umum yang dapat membantu dalam membedakan ular berbisa dan tidak berbisa saat mereka menyelinap ke lingkungan. Lalu, apa saja ciri-ciri ular berbisa dan tidak berbisa yang perlu diperhatikan? Melansir dari berbagai sumber, Rabu (17/9), simak ulasan informasinya berikut ini.

Penting, Dokter Bedah Ungkap Penanganan Tepat Gigitan Ular Berbisa

1. Bentuk Kepala

Banyak spesies ular berbisa, terutama dari keluarga Viperidae seperti ular tanah atau viper, dikenal memiliki ciri khas kepala yang lebar dan berbentuk segitiga, yang terpisah dengan jelas dari lehernya. Ciri kepala ini disebabkan oleh adanya kelenjar bisa besar yang terletak di belakang rahang atas mereka.

Namun, penting untuk dicatat bahwa bentuk kepala segitiga ini tidak selalu menjadi indikator yang pasti. Sebagai contoh, beberapa ular berbisa seperti kobra dan ular karang dari keluarga Elapidae justru memiliki kepala yang berbentuk bulat atau oval.

Selain itu, ada juga beberapa spesies ular yang tidak berbisa yang mampu memipihkan kepala mereka sehingga tampak menyerupai bentuk segitiga. Ini adalah salah satu strategi pertahanan diri yang dikenal sebagai mimikri, di mana ular tersebut meniru penampilan ular berbisa untuk menakut-nakuti predator.

Di sisi lain, ular yang tidak berbisa umumnya memiliki kepala yang lebih ramping dan menyatu dengan leher, sehingga tidak terdapat pemisahan yang jelas antara keduanya.

2. Bentuk Pupil Mata

Mengenai bentuk pupil mata, sebagian besar ular berbisa, terutama yang aktif pada malam hari atau nokturnal, memiliki pupil mata yang berbentuk elips atau celah vertikal, mirip dengan mata kucing. Pupil berbentuk elips ini sangat berguna bagi mereka untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk, sehingga meningkatkan kemampuan penglihatan mereka di kondisi cahaya yang rendah.

Sebaliknya, mayoritas ular yang tidak berbisa memiliki pupil berbentuk bulat, yang sering kali menjadi salah satu ciri paling mudah untuk dikenali dari jarak jauh. Namun, ada pengecualian yang perlu diperhatikan, seperti ular karang yang meskipun berbisa, memiliki pupil yang bulat.

Beberapa ular berbisa lainnya juga memiliki pupil bulat, sehingga ciri ini tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan untuk identifikasi.

3. Pola Warna dan Corak

Beberapa spesies ular berbisa menunjukkan warna dan pola yang mencolok sebagai bentuk peringatan, yang dikenal dengan istilah aposematisme. Salah satu contoh paling terkenal adalah ular karang, yang memiliki kombinasi warna merah, kuning, dan hitam yang sangat khas.

Meskipun demikian, pola warna bukanlah satu-satunya faktor penentu. Banyak ular yang tidak berbisa juga meniru pola warna tersebut, sebuah fenomena yang dikenal sebagai mimikri Batesian, untuk menakut-nakuti predator. Ular raja, atau king snake, merupakan contoh yang meniru pola warna ular karang.

Selain itu, tidak semua ular berbisa memiliki warna yang cerah. Banyak dari mereka justru memiliki warna yang lebih kusam atau berkamuflase dengan lingkungan (kriptik), sehingga sulit dikenali oleh mangsa maupun predator. Oleh karena itu, mengidentifikasi ular hanya berdasarkan pola warna bisa menyesatkan dan harus selalu dipadukan dengan ciri-ciri lain.

4. Bentuk Ekor

Bentuk ekor juga dapat menjadi petunjuk penting dalam mengidentifikasi jenis ular. Beberapa ular berbisa, seperti ular laut, memiliki ekor yang pipih dan menyerupai dayung, yang merupakan adaptasi yang sangat baik untuk berenang di air.

Ciri khas lainnya dapat ditemukan pada ular derik (rattlesnake) yang memiliki derik di ujung ekornya. Derik ini berfungsi untuk menghasilkan suara peringatan yang khas ketika ular merasa terancam, menjadi sinyal bahaya bagi makhluk lain.

Untuk ular darat, beberapa sumber menunjukkan bahwa ular berbisa cenderung memiliki ekor yang lebih meruncing atau ramping di bagian ujungnya. Sementara itu, ular yang tidak berbisa biasanya memiliki ekor yang lebih tumpul atau membulat.

Namun, penting untuk diingat bahwa ini bukanlah aturan yang selalu berlaku dan dapat bervariasi antar spesies. Oleh karena itu, pengamatan bentuk ekor harus disertai dengan identifikasi ciri-ciri lainnya untuk mendapatkan hasil yang akurat.

5. Keberadaan Taring

Ular berbisa memiliki taring khusus yang berperan penting dalam menyuntikkan racun kepada mangsa atau predator. Taring ini dapat bervariasi dalam ukuran; ada yang panjang dan berlubang seperti pada famili Viperidae, dan ada pula yang lebih pendek dan terletak di bagian depan rahang atas, seperti pada famili Elapidae.

Sementara itu, ular yang tidak berbisa tidak memiliki taring seperti itu. Sebagai gantinya, mereka hanya memiliki deretan gigi kecil yang seragam, yang berfungsi untuk mencengkeram mangsa tanpa menyuntikkan racun.

Perlu diingat bahwa mengidentifikasi taring secara langsung sangat berisiko dan sebaiknya dihindari oleh orang-orang yang tidak berpengalaman, karena hal ini memerlukan pemeriksaan yang sangat dekat. Keselamatan adalah hal yang harus diutamakan dalam situasi seperti ini.

Selain itu, bekas gigitan dapat memberikan petunjuk penting: gigitan dari ular berbisa biasanya meninggalkan satu atau dua titik tusukan yang jelas dari taringnya, sedangkan gigitan ular tidak berbisa akan meninggalkan bekas berbentuk U atau tapal kuda dengan banyak titik kecil.

6. Lubang Pendeteksi Panas (Pit)

Ular berbisa dari subfamili Crotalinae, yang sering disebut sebagai pit viper, memiliki ciri khas berupa lubang pendeteksi panas atau loreal pits. Lubang ini terletak di antara mata dan lubang hidung, berfungsi sebagai sensor termal yang sangat sensitif terhadap radiasi inframerah.

Dengan kemampuan ini, ular dapat 'melihat' panas tubuh mangsa berdarah panas, bahkan dalam kegelapan total, yang memberikan keuntungan besar saat berburu di malam hari.

Namun, fitur loreal pits ini tidak ditemukan pada ular berbisa dari famili Elapidae, seperti kobra atau ular karang, maupun pada semua jenis ular yang tidak berbisa. Oleh karena itu, keberadaan lubang pendeteksi panas ini menjadi indikator yang kuat bahwa ular tersebut adalah pit viper dan berbisa.

7. Perilaku Ular

Perilaku ular dapat memberikan informasi yang sangat berharga. Ular berbisa umumnya menunjukkan sikap yang lebih tenang dan tidak menunjukkan agresivitas, kecuali jika mereka merasa terancam. Ketika dalam keadaan terdesak, mereka akan memperlihatkan perilaku defensif yang mencolok, seperti mendesis dengan keras, menggulung tubuhnya, atau bahkan menyerang.

Ular kobra, misalnya, dikenal akan mengangkat kepala dan mengembangkan tudungnya sebagai tanda peringatan sebelum menyerang. Tindakan ini merupakan upaya untuk menakut-nakuti ancaman dan menghindari konfrontasi langsung.

Di sisi lain, ular yang tidak berbisa sering kali lebih memilih untuk melarikan diri dengan cepat saat didekati atau diganggu. Mereka cenderung menghindari interaksi dan mencari tempat untuk bersembunyi.

Namun, penting untuk diingat bahwa beberapa ular tidak berbisa juga dapat menunjukkan sikap agresif atau meniru perilaku ular berbisa ketika mereka merasa terpojok atau sangat terancam, sehingga hanya mengamati perilaku saja tidak selalu memadai.

8. Pola Sisik Subkaudal (Bawah Ekor)

Pola sisik di bagian bawah ekor, yang dikenal sebagai sisik subkaudal, merupakan karakteristik fisik yang bisa digunakan untuk membedakan antara ular berbisa dan tidak berbisa. Pada banyak spesies ular berbisa, sisik-sisik di area ini umumnya tidak terpisah, membentuk satu baris tunggal yang berjalan sepanjang sebagian besar ekor.

Sebaliknya, pada kebanyakan ular yang tidak berbisa, sisik subkaudal biasanya terbagi menjadi dua baris. Pola ini bisa dilihat ketika ular berada dalam posisi yang tepat.

Namun, memeriksa ciri ini sangat berisiko dan tidak dianjurkan untuk dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman. Untuk dapat mengamati sisik subkaudal, seseorang harus memegang atau membalik ular, yang merupakan tindakan yang sangat berbahaya jika ular tersebut ternyata berbisa.

Oleh karena itu, meskipun ciri ini valid secara ilmiah, penerapannya dalam situasi praktis oleh non-profesional sangat tidak disarankan demi keselamatan.

9. Kekekaran Tubuh

Kekekaran tubuh dapat berfungsi sebagai salah satu indikator, meskipun tidak selalu dapat diandalkan. Beberapa spesies ular berbisa, seperti pit viper, biasanya memiliki tubuh yang lebih kekar dan gemuk dibandingkan dengan ular yang tidak berbisa, yang umumnya lebih ramping.

Ciri kekekaran ini sering kali berkaitan dengan kemampuan ular untuk menelan mangsa yang lebih besar serta menyimpan kelenjar bisa yang lebih besar. Hal ini memberikan keunggulan bagi mereka dalam berburu dan pertahanan diri.

Namun, perlu diingat bahwa ciri ini tidak bersifat mutlak dan terdapat banyak pengecualian. Terdapat ular berbisa yang memiliki tubuh ramping, dan di sisi lain, ada juga ular tidak berbisa yang memiliki tubuh kekar.

Oleh karena itu, penilaian kekekaran tubuh sebaiknya dipadukan dengan tanda-tanda lain untuk melakukan identifikasi yang lebih tepat, bukan hanya mengandalkan satu ciri saja.

10. Suara Khusus

Selain itu, beberapa ular berbisa juga menghasilkan suara peringatan yang khas dan mudah dikenali. Salah satu contoh paling mencolok adalah ular derik yang memiliki derik di ujung ekornya, sehingga dapat menghasilkan suara gemerincing yang unik ketika merasa terancam.

Selain suara derik, banyak ular berbisa lainnya juga mendesis dengan keras sebagai bentuk peringatan sebelum mereka menyerang. Desisan ini berfungsi untuk mengintimidasi dan memberi tahu ancaman potensial agar menjauh.

Meskipun ada beberapa ular tidak berbisa yang dapat mendesis atau menggetarkan ekornya di atas dedaunan kering untuk meniru suara derik, keberadaan derik yang sebenarnya tetap menjadi indikator yang kuat untuk mengidentifikasi ular berbisa. Mengenali suara-suara ini dari jarak yang aman dapat memberikan waktu berharga untuk menjauh dan menghindari kontak langsung dengan ular.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Ricka Milla Suatin
Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|