Glinda Dressing Jadi Cara Ariana Grande Hidupkan Wicked di Dunia Nyata dengan Gaun Vintage Couture

Fimela.com, Jakarta Ariana Grande muncul sebagai pusat perhatian dalam rangkaian promosi Wicked: For Good. Ia bukan hanya memerankan Glinda dalam film, tetapi juga menghidupkannya di dunia nyata melalui penampilan-penampilan yang dirancang dengan filosofi character dressing. Dengan menggabungkan fashion couture, arsip vintage, dan estetika good witch glamour, Ariana Grande menjadikan setiap karpet merah sebagai ekstensi naratif dari perjalanan Glinda di Oz. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai Glinda Dressing, sebuah pendekatan mode yang memperlihatkan bagaimana karakter film dapat terus hidup melalui bahasa visual dan busana.

Dalam perjalanan globalnya—mulai dari London, Singapura, Paris, Governors Awards di Los Angeles, hingga premiere final di New York—Ariana tampil dengan pilihan gaun yang tidak hanya cantik, tetapi juga simbolik. Ia merangkai busana sebagai medium storytelling, memadukan sejarah mode, craftsmanship, dan interpretasi karakter yang ia perankan. 

Penasaran bagaimana Ariana Grande membawa Wicked keluar dari layar dan menjadikannya nyata?

Di premiere London, Ariana Grande memilih gaun vintage karya Gilbert Adrian dari tahun 1952—sebuah pilihan yang tidak hanya bersejarah, tetapi juga strategis dalam membangun citra Glinda. Adrian adalah salah satu desainer Hollywood Golden Age, dikenal dengan konstruksi presisi, teknik draping yang dramatis, dan kemampuan menciptakan siluet yang tak lekang waktu. Keputusan Ariana mengenakan gaun berusia lebih dari tujuh dekade ini menjadi perayaan estetika klasik, sangat senada dengan aura timeless yang dimiliki karakter Glinda.

Gaun ini menampilkan shimmering satin dengan kilau lembut, memunculkan kesan etereal yang identik dengan sang Good Witch. Siluetnya memanjang, mengalir, dan menghadirkan struktur yang elegan tanpa kehilangan fluiditas. Busana Adrian terkenal dengan permainan volume dan garis tubuh yang mempertegas feminitas tanpa berlebihan—sebuah kualitas yang selaras dengan Glinda, yang anggun namun tetap penuh kehangatan.

Penampilan Ariana dipoles dengan styling yang sangat Glinda-esque: rambut sleek updo, makeup airy bernuansa rose–champagne, serta aksesori minimalis yang menjaga fokus tetap pada gaun. Sang bintang tampak seperti membawa glamor Broadway ke karpet merah London, menjadikan busana sebagai portal antara dunia Oz dan dunia nyata.

Untuk premiere Singapura, Ariana melangkah dengan gaun Thom Browne yang menjadi salah satu penampilan paling viral dari rangkaian turnya. Gaun off-shoulder ini tersusun dari layer tulle pink–biru yang membentuk ilusi awan mengambang, menciptakan efek fairy cloud yang begitu identik dengan Glinda.

Thom Browne dikenal sebagai arsitek dalam couture modern—konstruksinya menantang logika, layering-nya presisi, dan permainan teksturnya teatrikal. Dalam gaun ini, layering tulle disusun sedemikian rupa sehingga menciptakan gradasi warna halus yang seolah memantulkan cahaya. Sentuhan couture Browne terlihat dari bagaimana warna, struktur, dan tekstur disatukan membentuk bentuk yang dreamy namun tetap sculptural.

Gaun ini memadukan keanggunan lembut Glinda dengan nuansa avant-garde yang modern. Ariana tampak seolah melayang, menghidupkan persona Glinda yang baik hati, bercahaya, dan penuh keajaiban.

Di Paris, Ariana memilih gaun arsip Givenchy era Alexander McQueen tahun 1998—periode ketika McQueen memadukan gothic romanticism dengan siluet-siluet yang poetik. Gaun ini menampilkan siluet fitted-bodice yang bertransformasi menjadi rok gradasi warna periwinkle–blush–ivory. Gradasi itu membentuk efek misty gradient, seperti langit senja yang berubah perlahan.

Detail paling menonjol adalah layering chiffon dan organza yang membentuk tekstur halus, menciptakan kesan seolah-olah gaun tersebut bergerak sendiri. Palet warna yang dreamy memperkuat karakter Glinda yang magis, ceria, namun memiliki kedalaman emosional.

Dengan busana ini, Ariana tidak hanya terlihat seperti penyihir baik; ia terlihat seperti manifestasi visual dari cahaya, harapan, dan transformasi—tema-tema penting dalam Wicked. Paris dikenal sebagai kota mode, dan pilihan arsip McQueen dari Givenchy menegaskan bahwa Ariana tengah merayakan dimensi artistik dari karakter yang ia bawakan.

Di Governors Awards 2025, Ariana kembali mencuri perhatian dengan gaun Dior Fall 2007 dari era John Galliano—salah satu fase paling teatrikal, dramatis, dan penuh storytelling dalam sejarah rumah mode tersebut. Gaun ini memiliki siluet asimetris yang menyerupai toga-modern, draping lembut yang mengalir seperti air, serta swirl motif pada rok yang menciptakan dinamika visual.

Craftsmanship era Galliano terlihat jelas pada beading rumit dan struktur gaun yang memadukan arsitektur mode dengan narasi artistik. Koleksi Fall 2007 dikenal sebagai perayaan drama haute couture, dan Ariana menggunakannya untuk menegaskan “era Wicked”-nya: glam Hollywood kuno bercampur mistik Glinda.

Dengan riasan lebih dewasa dan tone styling yang lebih regal, ia menghadirkan versi Glinda yang matang—lebih dramatis, lebih sureal, lebih berlapis emosi. Gaun ini secara sempurna menangkap perpaduan antara glamor dan fantasi.

Di final premiere Wicked: For Good di New York, Ariana memilih gaun Schiaparelli—rumah mode yang dikenal dengan estetika surrealism couture. Gaun tersebut menampilkan siluet kolumnar dengan struktur sculptural pada bodice, dihiasi aksen emas lembut dan detail embroidery berbentuk semburat bintang yang mengkilap.

Schiaparelli menggabungkan unsur mimpi dan seni, dan Ariana memanfaatkannya untuk memunculkan sisi kosmik Glinda: cahaya, keajaiban, dan kekuatan lembut. Siluet yang ramping namun struktural menciptakan kesan heavenly figure, seolah Glinda turun langsung dari langit Oz.

Detail shimmering pada gaun ini mencerminkan kilau sihir Glinda, sementara palet warna soft-gold dan cream memberi kesan dewasa dan elegan.