Harga Tas Branded Melonjak Imbas Perang Tarif Trump, Ini Strategi Belanja Cerdas ala Sosialita

1 week ago 10

Fimela.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi menaikkan tarif impor untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dalam kebijakan perdagangan terbarunya, China menjadi negara yang paling terdampak dengan tarif sebesar 34%, disusul Indonesia dengan tarif 32%.

Mengutip Liputan6.com, kebijakan ini juga menyasar negara-negara anggota Uni Eropa dan ikut mempengaruhi berbagai sektor, termasuk industri mode global. Di samping itu, kurs rupiah merosot jauh mendekati Rp 17.000. Buat para pecinta fashion, khususnya penggemar tas branded asal Eropa, tentunya harus bersiap menghadapi kenaikan harga yang cukup signifikan.

Pemerintah AS menetapkan tarif sebesar 20% untuk berbagai produk impor dari Eropa. Kondisi ini membuat banyak produsen dan peritel menaikkan harga jual, yang pada akhirnya dibebankan langsung ke konsumen.

Menurut Randall Holcombe, profesor ekonomi dari Florida State University (FSU), konsumen barang-barang mewah memang cenderung tidak terlalu sensitif terhadap fluktuasi harga. “Tarif tinggi ini lebih berdampak pada barang-barang mewah dibanding produk lain, karena konsumen di segmen ini memang tidak sensitif terhadap fluktuasi harga,” ujarnya, dikutip dari WWD.

Tas branded dari brand ernama seperti Hermès, Chanel, Dior, Gucci, hingga Fendi, yang sebagian besar diproduksi di Prancis dan Italia, mengalami penyesuaian harga yang cukup tajam.

Gaya Belanja Bijak Sosialita: Pilih Desainer Lokal dan Asia Tenggara

Kenaikan harga ini bikin banyak sosialita mulai berpikir ulang dalam berbelanja, termasuk salah satunya Fitria Yusuf Khalid, yang akrab disapa Fifi.

Di tengah harga yang makin tinggi dan nilai tukar rupiah yang kurang bersahabat, putri dari pengusaha Jusuf Hamka ini memilih pendekatan belanja yang lebih cerdas dan efisien.

“Saat ini saya lebih sering beli dari desainer Vietnam, Malaysia, dan tentu saja lokal, karena kualitasnya bagus dan harganya masih masuk akal,” ujar Fifi saat diwawancarai tim FIMELA pada 9 April 2025.

Beberapa label dari Asia Tenggara yang jadi andalannya antara lain Alia Bastamam dan Teh Firdaus dari Malaysia, serta Le Spoir Studio dan Chats by Cdam dari Vietnam. “Kadang beli lewat jastip, kadang online, tergantung kebutuhan dan ketersediaan barang,” tambahnya.

Bijak Belanja Barang Branded

Meskipun begitu, Fifi tetap menyisihkan ruang untuk brand ikonik Eropa seperti Hermès, Goyard, dan Loro Piana, tapi dengan pendekatan yang jauh lebih selektif.

“Kalau pun beli brand Eropa, saya hanya pilih yang timeless. Kayak tas klasik, sepatu, sunglasses, trench coat, atau fedora hat. Semua itu bisa jadi investment jangka panjang,” jelasnya.

Ia juga tetap mengapresiasi label-label kontemporer seperti The Row dan Frankie Shop yang menurutnya punya kualitas bagus dan desain yang versatile, tanpa harus selalu mahal.

Belanja di Luar Negeri? Hitung-Hitung Dulu

Belanja langsung di luar negeri memang bisa lebih hemat berkat adanya tax refund dan koleksi yang lebih lengkap. Tapi Fifi menekankan pentingnya menghitung efisiensi biaya perjalanan.

“Kalau sekalian ada rencana ke luar negeri, ya sekalian belanja bisa lebih efisien. Tapi kalau nggak ada, ya cukup lewat jastip aja. Soalnya, traveling ke luar negeri sekarang juga mahal,” ungkapnya.

Saat ditanya soal kebiasaan belanjanya sekarang, Fifi menjawab tegas, “Kalau nggak mendesak, saya lebih baik tahan dulu. Ekonomi lagi susah.” Menurutnya, situasi ini adalah momen yang tepat untuk belajar belanja lebih mindful dan bijak.

Bukan Lagi Soal Jumlah Tas, Tapi Strategi

Dengan melemahnya rupiah, harga barang impor yang melonjak, dan biaya perjalanan yang makin tinggi, pencinta mode kini ditantang untuk lebih kreatif. Mulai dari memprioritaskan produk lokal dan regional yang berkualitas, hingga lebih selektif memilih barang branded yang memang timeless dan punya nilai investasi jangka panjang.

Di sisi lain, tarif impor yang tinggi dari AS justru bisa jadi peluang untuk produk lokal berkembang. Situasi ini mendorong konsumen Indonesia untuk lebih mendukung dan beralih ke brand dalam negeri.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, kontribusi merek lokal terhadap ekonomi Indonesia mencapai 61% dari PDB. Ini membuktikan bahwa produk lokal punya peran besar dalam perekonomian nasional, dan kini, panggungnya semakin luas.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|