“If Only” Pameran Didi Budiardjo di The Langham Jakarta, Perayaan Cinta Seumur Hidup pada Dunia Fashion

Fimela.com, Jakarta Desainer senior Didi Budiardjo kembali menunjukkan dedikasinya terhadap dunia mode lewat pameran bertajuk “If Only”, yang digelar di The Langham Jakarta. Pameran ini bukan sekadar menampilkan busana, tapi menjadi refleksi pribadi Didi tentang perjalanan panjang dan cintanya terhadap fashion, sebuah kisah yang telah membentuk dirinya selama puluhan tahun berkarya.

“If Only” menghadirkan narasi intim dari Didi Budiardjo. Ia menggambarkan bagaimana mode bukan hanya pekerjaan atau passion, tetapi bagian penting dari hidupnya. “Fashion adalah cinta pertama saya,” tulisnya dalam pengantar pameran. “Ia membentuk saya, memeluk saya, dan menyelamatkan saya,” lanjutnya.

Dalam pameran ini, Didi mengajak pengunjung memahami makna cinta dan kebebasan melalui busana. Baginya, kelahiran modernitas dalam fashion selalu berakar dari cinta, dan kebebasan menjadi inti dari proses kreatif. Ia ingin menunjukkan bahwa mode bukanlah sesuatu yang statis, ia terus tumbuh, berubah, dan beradaptasi dengan zaman.

Didi menyebut “If Only” sebagai sebuah renungan visual tentang perjalanan kariernya. Setiap busana dihadirkan bukan hanya untuk menunjukkan keterampilan teknis, tetapi juga pemikiran dan filosofi di balik penciptaannya. Tema kebebasan, keindahan, dan ketekunan menjadi benang merah dalam keseluruhan presentasi.

Salah satu bagian penting dalam pameran ini adalah segmen bertajuk “Paradoxe”, yang terinspirasi dari arsitek Frank Lloyd Wright dan film bisu tahun 1930-an. Didi mengadopsi elemen arsitektur klasik seperti garis-garis geometris, nuansa art deco, dan menerjemahkannya dalam bentuk busana modern dengan karakter khasnya.

Dominasi warna silver, pastel, hingga putih telur menghadirkan kesan lembut namun berstruktur. Sementara itu, penggunaan bahan-bahan fluid seperti sutra serta manipulasi kain berhiaskan bunga tiga dimensi menunjukkan kemahiran Didi dalam menggabungkan konstruksi kuat dengan feminitas yang halus.

Hasilnya adalah koleksi yang terasa modern namun timeless, menghadirkan interpretasi baru tentang elegansi.

Segmen berikutnya, “Universe”, menampilkan bagaimana Didi melihat fashion sebagai bahasa universal yang melampaui batas ruang dan waktu. Ia memadukan elemen masa lalu dengan visi masa depan, menciptakan gaya yang relevan untuk perempuan modern.

Busana dalam bagian ini dihiasi dengan mutiara baroque dan bunga berenamel, mencerminkan keseimbangan antara realitas dan imajinasi. Koleksi ini mendorong pemakainya untuk tampil berani dan percaya diri, sembari tetap membawa sentuhan klasik yang menjadi ciri khas karya Didi Budiardjo.

Menurut Didi, keseluruhan pameran ini adalah simbol dari gagasan kebebasan dan keindahan tanpa batas, mewakili sosok perempuan Didi Budiardjo, bukan sekadar sosok ideal, tapi perempuan nyata yang tangguh dan anggun.

Pameran “If Only” di The Langham Jakarta juga didukung oleh berbagai kolaborator yang memperkuat atmosfernya. LAFLO menghadirkan furnitur yang melengkapi interior pameran. Fior D’amor menata bunga dengan komposisi artistik. Creamerie menghadirkan kreasi kue pernikahan berestetika couture, dan Rinaldy A. Yunardi menambahkan sentuhan dramatis lewat aksesori mewahnya.

Dukungan dari Dilmah Tea, Kiss Me Deadly Extrait De Parfume (KMDY), dan Jakarta International Management (JIM) semakin memperkuat nuansa eksklusif yang menjadi ciri khas pameran ini.  “If Only” menjadi bukti bahwa setelah puluhan tahun berkarya, Didi Budiardjo tetap memiliki semangat yang sama terhadap dunia mode. Ia melihat fashion bukan sekadar tren, melainkan perjalanan hidup yang terus berkembang. Dalam pameran ini, Didi tidak hanya menampilkan busana indah, tapi juga menghadirkan refleksi tentang cinta, kebebasan, dan dedikasi, nilai-nilai yang telah menjadi fondasi dari setiap karyanya.

Seperti yang ia tuliskan dalam penutup narasinya, “You never forget your first love.” Dan bagi Didi Budiardjo, cinta itu selalu bernama fashion.