Sejauh Mata Memandang Persembahkan Koleksi “Larung” di JFW 2026, Doa untuk Laut yang Kian Terluka

1 month ago 24

Fimela.com, Jakarta Jakarta Fashion Week 2026 menjadi saksi kembalinya Sejauh Mata Memandang (SMM) dengan koleksi terbaru bertajuk “Larung”, yang dipresentasikan di Pondok Indah Mall 3, Jakarta. Di bawah arahan Chitra Subyakto sebagai pendiri dan direktur kreatif, SMM kembali menghadirkan fashion dengan pesan mendalam, refleksi dan harapan bagi laut yang semakin rusak akibat ulah manusia.

Dalam bahasa Indonesia, larung berarti menghanyutkan sesuatu ke air,  sebuah ritual tradisional yang kerap dimaknai sebagai bentuk doa, penghormatan, dan pelepasan. Begitu pula koleksi ini, yang menjadi simbol untuk melarung kedukaan atas kerusakan laut, sekaligus mengirimkan doa agar semakin banyak orang peduli pada keberlangsungan ekosistem laut.

“Melalui koleksi bertema Larung ini, aku nggak hanya mau kasih karya tapi juga doa,” ujar Chitra Subyakto. “Larung ini berasal dari tradisi mengirimkan doa ke laut, seperti sesajen. Semoga banyak orang yang semakin peduli dan memikirkan makhluk lain di bumi ini. Karena kita nggak hidup sendirian,” lanjutnya.

Seruan untuk Laut yang Terluka

Bukan kali pertama laut menjadi inspirasi bagi Sejauh Mata Memandang. Enam tahun lalu, Chitra sempat meluncurkan koleksi “Laut Kita” (2019) yang berangkat dari keresahan terhadap sampah plastik sekali pakai. Kini, keresahan itu bertransformasi menjadi bentuk kontemplatif yang lebih dalam.

“Laut adalah sumber kehidupan kita, tapi kini sedang tidak baik-baik saja,” tutur Chitra. “Kita sudah masuk ke masa di mana laut mengalami kerusakan yang hampir tidak bisa diubah lagi. Banyak karang yang tercemar dan kehilangan warna. Koleksi ini adalah doa dan harapan untuk laut yang kita cintai,” tambahnya.

Chitra menambahkan, manusia sering merasa paling pintar dan paling benar, padahal justru kitalah yang menyebabkan kehancuran. “Planet bumi terlihatnya biru, kita adalah bagian dari laut ini. Mungkin apa yang kita lakukan tidak mengubah apa-apa, tapi bukan berarti kita diam saja,” kata Chitra.

Warna, Motif, dan Cerita di Balik “Larung”

Sebanyak 30 tampilan (looks) ditampilkan dalam presentasi ini, mulai dari kebaya, jaket, celana, hingga kain batik tulis dan scarf. Warna biru mendominasi sebagai representasi laut, berpadu dengan putih yang melambangkan kesucian dan harapan baru. Sentuhan kuning keemasan memberi kesan pantulan cahaya matahari di atas lautan, menciptakan harmoni visual yang menenangkan namun penuh makna.

Bak lukisan kehidupan laut, motif-motif baru dalam koleksi ini menampilkan biota laut seperti paus, hiu, pari, plankton, penyu, dan terumbu karang, yang berpadu dengan motif klasik khas Sejauh seperti Ombak Laut, Bunga Laut, Ayam, Onde, dan Tambal.

“Desainnya dirancang untuk merefleksikan keanekaragaman hayati laut,  dari paus, hiu, biota laut kecil sampai plankton,” jelas Chitra.

Material Ramah Bumi dan Produksi Sirkular

Konsisten dengan semangat slow fashion, Sejauh Mata Memandang kembali menerapkan sistem produksi sirkular dan bertanggung jawab. Koleksi “Larung” memanfaatkan material upcycle (daur naik) melalui teknik patchwork dari kain perca, kain kurang sempurna, dan kain deadstock milik SMM serta Sharon Jap Atelier.

Selain itu, bahan lain yang digunakan antara lain katun, tencel, dan linen, semua bersifat biodegradable, tidak meninggalkan jejak sampah abadi seperti poliester. Beberapa material juga berasal dari tenun jacquard daur ulang yang dibuat dari limbah pakaian bekas.

“Kita pakai material yang bisa hancur secara alami atau bisa didaur ulang selamanya,” ujar Chitra. “Ada juga kain-kain lama yang di-upcycle, sama seperti koleksi ‘Daur’ sebelumnya, karena kami ingin koleksi ini terus hidup," tambahnya.

Kolaborasi Artistik dan Penampilan Dita Karang

Kehadiran “Larung” di JFW 2026 semakin spesial dengan sentuhan artistik lintas disiplin. Musik orisinal diciptakan oleh Kasimyn dari Gabber Modus Operandi, lengkap dengan aransemen ulang lagu “Secukupnya” milik Hindia. Presentasi visual turut diperkaya oleh 3D art karya Randy Rais, serta aksesori dari Jewel Rocks yang dibuat dari jaring ikan bekas asal Sumba menggunakan teknik beading dan macramé.

Puncak pertunjukan menghadirkan penampilan istimewa Dita Karang, penyanyi dan penari asal Indonesia yang kini berkarier solo di Korea Selatan. Ia membawakan koreografi ciptaan Siko Setyanto, menutup pergelaran dengan performa yang menyatukan musik, tarian, dan pesan lingkungan.

“Kolaborasi ini sangat berarti buat saya. Selain musik, menari adalah passion saya sejak kecil. Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari pesan Sejauh Mata Memandang,  mengingatkan bahwa laut memberi kehidupan bagi kita semua,” kata Dita Karang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|