Fimela.com, Jakarta Wastra jadi salah satu cerminan dari kekayaan budaya Indonesia. Setiap daerah memiliki kreasi wastra dengan beragam motif yang kaya akan filosofis. Beda motif, beda juga makna dan fungsi dari setiap wastra yang dibuat dalam tradisi adat masyarakat setempat.
Wastra sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti sehelai kain. Indonesia dianugerahi wastra yang begitu kaya akan budaya sehingga disebut wastra nusantara.
Beruntungnya, wastra yang semula identik dengan kesan kuno dan formal, kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia di era modern. Wastra kerap dijadikan sebagai sentuhan etnik yang memperkaya tampilan modern.
Di antara ribuan wastra yang ada di Indonesia, ada beberapa jenis wastra yang menjadi favorit masyarakat. Baik digunakan sebagai busana untuk mengikuti prosesi adat maupun dikenakan sebagai busana sehari-hari, seperti dikutip dari laman Wonderful Indonesia.
1. Batik
Wastra yang satu ini identik dengan budaya di wilayah Pulau Jawa. Secara tradisional, batik dibuat pada kain dengan teknik mengambar pola menggunakan malam atau lilin panas yang kemudian diwarnai dengan pewarna alami.
Ragam motif dan corak yang digambar pada kain Batik biasanya tergantung pada daerahnya. Namun secara umum, kain Batik mencerminkan nilai-nilai budaya, spiritualitas, hingga kearifan lokal masyarakat Indonesia. Tidak jarang motif Batik yang dibuat mengandung makna harapan, doa, dan identitas nasional.
Tak hanya motif, proses pembuatan Batik turut memberikan nilai filosofis yang bisa ditiru. Seperti kesabaran dalam proses yang panjang mengingat proses pembuatan Batik tidaklah instan, ketelitian dan ketekunan pada detail melalui menggambar pola dari yang besar hingga yang rumit dan kecil, serta konsistensi melalui setiap menggambar pola Batik di seluruh bagian kain.
2. Ulos
Wastra yang satu ini menjadi wastra asal Suku Batak, Sumatera Utara. Secara harafiah, Ulos memiliki arti selimut yang menghangatkan badan. Sehingga melambangkan kehangatan, kasih sayang, dan persatuan dalam masyarakat Batak.
Masyarakat Sumatera menjadikan Ulos sebagai simbol kehidupan yang mewakili siklus kelahiran, pernikahan dan kematian. Tak heran, jika setiap ulos memiliki motif yang berbeda sesuai degan tahapan kehidupan.
Ulos sendiri dibuat dengan teknik yang mirip dengan kain songket Palembang menggunakan alat tenun. Ia memiliki warna yang didominasi dengan warna merah, hitam dan putih.
3. Tenun Sumba
Seperti namanya, wastra ini dibuat dengan teknik tenun yang menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Teknik ini akan menghasilkan berbagai macam motif dan corak yang khas. Salah satu jenis kain tenun yang cukup terkenal, yakni tenun Sumba.
Tenun Sumba identik dengan motif fauna yang terdapat dalam kepercayaan masyarakat Sumba. Masyarakat Sumba meyakini setiap binatang layak dijadikan simbol atau nilai kehidupan manusia. Salah satunya motif buaya dan naga yang bermakna kekuatan dan kekuasaan raja. Sementara motif kuda memiliki arti kepahlawanan dan kebangsawanan.
Untuk membuat selembar kain tenun Sumba membutuhkan proses yang sangat panjang. Setidaknya harus melalui 42 tahapan yang bisa memakan waktu hingga tiga tahun. Membuat kain ini tidak hanya memiliki nilai ekonomis tinggi melainkan juga begitu sakral dan hanya dipakai untuk acara pernikahan, kelahiran, hingga ritual penguburan.
4. Songket
Kain songket menjadi kain tenun tradisional Indoensia yang erat dengan budaya Melayu. Dibuat dengan menyisipkan benang emas atau perak ke dalam kain tenun yang terbuat dari sutra maupun katun. Sehingga memberikan efek kilau yang cantik dari benang logam.
Kain Songket banyak ditemukan di daerah Sumetera, seperti Palembang, Minangkabau, dan Riau. Beberapa daerah di Kalimantan dan Sulawesi pun juga memiliki songket sebagai identitas budaya.
Sama seperti kain Batik, motif songket bervariasi tergantung daerah asalnya. Namun secara umum, terinspirasi dari alam, flora, dan fauna yang melambangkan kemakmuran, kejayaan, dan keberanian.
5. Tapis
Kain Tapis merupakan salah satu jenis kain tenun yang berasal dari Lampung. Dibuat dari sebenang kapas dan diberi hiasan sulaman benang emas, perak, dan sutera yang membentuk beragam motif. Motif dari kain Tapis sendiri tidak terpaku pada flora dan fauna, bisa juga menampilkan arsitektur bangunan hingga menceritakan bagian dari sejarah.
Seperti misalnya motif kapal. Motif ini melambangkan perjalanan hidup manusia. Kapal dianggap sebagai kendaraan yang membawa kehidupan manusia dari kelahiran hingga kematian.
Kain ini awalnya dibuat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan hanya digunakan pada acara adat atau ritual keagamaan. Namun kini banyak dijadikan sebagai busana sehari-hari dan menjadi buah tangan wajib dari Lampung.
Jangan lewatkan Parade Wastra Nusantara 2025, 8-10 Agustus 2025 di Kota Kasablanka, Jakarta. Informasi selengkapnya bisa kamu ikuti di paradewastranusantara.co.id dan akun media sosial Fimela.com.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.