75% Guru Singapura Gunakan AI, Menguak Peran AI di Dunia Pendidikan Singapura yang Adaptif

23 hours ago 4

ringkasan

  • Singapura memimpin integrasi AI di pendidikan, dengan 75% guru aktif menggunakannya untuk personalisasi pembelajaran dan efisiensi administratif, jauh di atas rata-rata global.
  • National University of Singapore (NUS) secara komprehensif mengintegrasikan AI dalam kurikulum dan pengalaman belajar untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi perubahan praktik kerja dan masa depan yang didorong teknologi.
  • Meskipun fokus pada teknologi, NUS juga menekankan pengembangan "keterampilan manusia" dan interaksi sosial melalui penggunaan AI seperti ScholAIstic, memastikan mahasiswa memiliki kemampuan interpersonal dan etika yang kuat.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, dunia pendidikan terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan Singapura berada di garis depan transformasi ini. Negara kota tersebut telah memposisikan diri sebagai pelopor global dalam mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) di sektor pendidikan.

National University of Singapore (NUS) menjadi salah satu institusi kunci yang memimpin upaya transformatif ini. Dari personalisasi pembelajaran hingga pengembangan keterampilan esensial, peran AI di dunia pendidikan Singapura secara fundamental mengubah lanskap edukasi.

Inovasi ini tidak hanya meningkatkan literasi digital siswa, tetapi juga mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan. Lantas, bagaimana Singapura dan NUS memanfaatkan AI untuk membentuk generasi penerus yang cakap dan beretika?

Adopsi AI oleh Guru dan Kementerian Pendidikan Singapura

Singapura secara proaktif mengadopsi AI untuk meningkatkan literasi digital dan menyesuaikan pengalaman belajar siswa. Sebuah survei OECD tahun 2024 menunjukkan bahwa guru-guru di Singapura adalah pengguna AI paling aktif di dunia pendidikan, dengan 75 persen melaporkan penggunaan AI untuk mendukung proses belajar-mengajar.

Angka ini jauh di atas rata-rata global yang hanya mencapai 36 persen, menunjukkan komitmen kuat Singapura terhadap inovasi. Para guru melihat manfaat nyata dari AI, seperti membantu merancang dan menyempurnakan rencana pembelajaran (82%) serta mengotomatisasi pekerjaan administratif (74%).

Kementerian Pendidikan Singapura (MOE) telah meluncurkan alat-alat berbasis AI untuk penandaan otomatis dan perencanaan pelajaran. Bahkan di tingkat sekolah dasar, Singapura telah memperkenalkan AI melalui "Sistem Pembelajaran Adaptif" (ALS) untuk mata pelajaran matematika.

ALS memungkinkan siswa memilih tingkat kesulitan dan menghasilkan pertanyaan berdasarkan data pembelajaran sebelumnya, memberikan pengalaman belajar yang sangat personal. Ini adalah langkah konkret dalam mengintegrasikan teknologi sejak dini.

Kontribusi NUS dalam Membentuk Masa Depan Pendidikan dengan AI

National University of Singapore (NUS) berada di garda terdepan dalam integrasi AI di pendidikan tinggi. Profesor Tan Eng Chye, Presiden NUS, menegaskan bahwa universitas ini mengambil pendekatan yang "kuat dan komprehensif" terhadap AI.

“NUS berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi mendalam berbasis riset di bidang AI dan deep tech. Hubungan kami dengan Indonesia telah lama terjalin erat, melalui kemitraan universitas, pusat inovasi BLOCK71, dan program pertukaran mahasiswa. Ekosistem digital Indonesia yang dinamis menjadikannya mitra penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik, di mana riset, kewirausahaan, dan pendidikan berpadu untuk memberikan dampak nyata. Melalui NIF Jakarta, kami menghubungkan ide dan manusia untuk membangun proyek serta kemitraan konkret antara para inovator di Singapura dan Indonesia," kata Professor Tan Eng Chye, Presiden NUS di NUS Innovation Forum pada Jumat (24/10/2025).

Di Indonesia, NUS Enterprise bermitra dengan Innovation Factory milik Salim Group di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta melalui jaringan BLOCK71, sebuah ekosistem akselerator global yang kini hadir di 11 kota dunia. Inisiatif ini memberikan akses bagi start-up terhadap mentor, investor, ruang kerja kolaboratif, serta peluang ekspansi ke pasar regional dan global.

Pendekatan ini mencakup pendidikan, penelitian, inovasi, dan administrasi, menunjukkan komitmen menyeluruh. Beliau menyatakan bahwa AI akan meningkatkan pendidikan di NUS dalam dua cara utama yang saling melengkapi.

Pertama, AI akan membuat pengalaman belajar lebih menarik, personal, dan responsif bagi mahasiswa. Kedua, AI akan disematkan langsung ke dalam kurikulum untuk mencerminkan perubahan praktik kerja yang muncul dari penggunaan AI di berbagai disiplin ilmu.

Profesor Tan juga menekankan pentingnya mempersiapkan mahasiswa menghadapi tekanan perpindahan pekerjaan dan menjaga diri dari potensi penyalahgunaan AI. Universitas tidak boleh takut atau menolak perkembangan teknologi, karena masa depan didorong oleh inovasi ini.

Pemanfaatan AI Inovatif di NUS dan Pengembangan Keterampilan Manusia

NUS telah mengambil langkah signifikan untuk memperkuat penelitian dan pendidikan AI terapan. Universitas ini membentuk NUS AI Institute (NAII) untuk memajukan penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi AI demi kebaikan masyarakat.

Untuk mempersiapkan mahasiswa, NUS menawarkan program gelar baru yang berfokus pada AI, termasuk Bachelor of Computing in Artificial Intelligence. Program ini tidak hanya mengajarkan dasar-dasar teknis AI tetapi juga membahas isu-isu etika, privasi, dan tata kelola AI.

Beberapa contoh pemanfaatan AI di NUS sangat beragam dan inovatif:

  • ScholAIstic: Sistem berbasis Large Language Model (LLM) ini digunakan untuk skenario role-playing, melatih "keterampilan manusia" praktis di bidang hukum atau keperawatan. ScholAIstic memberikan umpan balik interaksi siswa.
  • Platform IDentif.AI: Memanfaatkan pembelajaran mesin untuk menyederhanakan pengembangan terapi kombinasi obat, mengurangi sumber daya dan waktu secara signifikan.
  • Apache SINGA: Sistem deep learning terdistribusi sumber terbuka yang dikembangkan NUS untuk analitik data skala besar.
  • RETINA: Kolaborasi dengan National Healthcare Group Polyclinics untuk meningkatkan skrining gambar retina kondisi medis.

Meskipun AI membawa banyak kemajuan, NUS menyadari pentingnya menjaga interaksi sosial dan pengembangan keterampilan non-teknis mahasiswa. Profesor Tan Eng Chye menekankan bahwa pengalaman universitas lebih dari sekadar mendapatkan gelar, melainkan tempat untuk "matang dalam perspektif, membangun keterampilan dan karakter."

Penggunaan AI seperti ScholAIstic untuk melatih "keterampilan manusia" menunjukkan upaya NUS memastikan mahasiswa mengembangkan kemampuan interpersonal dan komunikasi. Dengan mengotomatisasi tugas administratif, AI membebaskan waktu pengajar untuk fokus pada bimbingan personal dan koneksi yang lebih kuat dengan mahasiswa.

Melalui pendekatan holistik ini, NUS menciptakan lingkungan pendidikan di mana kemajuan teknologi AI berjalan seiring pengembangan keterampilan sosial-emosional. Ini mempersiapkan mahasiswa menjadi pemimpin cakap dan beretika di masa depan yang didorong oleh AI.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Vinsensia Dianawanti

    Author

    Vinsensia Dianawanti
Batik Raya Indonesia

Batik Raya Indonesia

Lihat Selengkapnya

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|