Cap Go Meh: Tradisi Unik & Makna Keberuntungan di Tahun 2025

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernah mendengar Cap Go Meh? Perayaan yang jatuh pada tanggal 15 setelah Tahun Baru Imlek ini, merupakan puncak dari rangkaian perayaan Imlek dan dirayakan meriah oleh komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Tahun ini, Cap Go Meh 2025 akan dipenuhi dengan berbagai tradisi unik yang penuh warna dan makna, membawa harapan keberuntungan untuk tahun yang baru!

Cap Go Meh, yang artinya 'malam ke-15', bukan sekadar perayaan biasa. Ini adalah momen penting yang menandai berakhirnya perayaan Tahun Baru Imlek. Di setiap daerah, Cap Go Meh dirayakan dengan beragam tradisi unik, mencerminkan akulturasi budaya lokal dengan tradisi Tionghoa yang kaya. Bayangkan, perpaduan budaya yang begitu indah!

Di Indonesia, khususnya Singkawang, Kalimantan Barat, Cap Go Meh terkenal dengan atraksi 'Tatung'. Bayangkan, orang-orang yang diyakini kerasukan roh leluhur menunjukkan kekebalan terhadap benda tajam! Seru, ya? Selain itu, pawai lampion dan barongsai juga memeriahkan suasana, diiringi musik khas Imlek yang meriah. Belum lagi hidangan khas seperti lontong Cap Go Meh yang menggugah selera!

Di kota-kota besar lainnya di Indonesia, pertunjukan barongsai dan liong juga umum dilakukan. Gerakannya yang lincah dan atraktif dipercaya mengusir hal negatif dan membawa keberuntungan. Mie panjang umur pun sering disajikan, melambangkan harapan akan umur panjang dan kesehatan yang baik. Wah, penuh makna sekali!

Tidak hanya di Indonesia, Cap Go Meh juga dirayakan meriah di berbagai negara. Di Tiongkok, sebagai asal mula perayaan, Festival Lampion (Lantern Festival) digelar spektakuler dengan ribuan lampion menghiasi langit malam. Tangyuan, bola ketan manis, dinikmati bersama keluarga sebagai simbol kebersamaan dan keberuntungan. Romantis dan penuh kebersamaan!

Di Hong Kong, Spring Lantern Festival menampilkan lampion-lampion cantik yang menghiasi kota, menambah keindahan dan semarak perayaan. Pertunjukan barongsai yang meriah juga turut memeriahkan suasana. Sementara di Malaysia, Tatung Parade menjadi daya tarik utama, menampilkan keanekaragaman budaya dan tradisi Tionghoa yang unik. Di Filipina, meskipun tidak sebesar di negara lain, komunitas Tionghoa tetap merayakan Cap Go Meh dengan penuh semangat.

Secara umum, tradisi Cap Go Meh seringkali melibatkan festival lampion yang menerangi malam, melambangkan harapan dan doa untuk keberuntungan di tahun baru. Tarian barongsai dan liong dipercaya mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Berbagai makanan khas juga disajikan, seringkali memiliki makna simbolis seperti umur panjang atau keberuntungan. Warna merah yang dominan melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.

Lebih dari sekadar perayaan, Cap Go Meh juga merupakan sarana berkomunikasi dengan Tuhan dan merekatkan hubungan dengan orang-orang terkasih. Seperti yang diungkapkan Wakil Ketua MABT Pontianak, Adi Sucipto, "Imlek (dalam hal ini Cap Go Meh) bagi kami, terutama yang beragama Konghucu dan Buddha, adalah sebuah ibadah. Selain itu, juga sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga, saling berbagi kebahagiaan, dan tentunya berdoa kepada Tuhan agar tahun yang baru ini membawa keberkahan, kelimpahan, dan kesehatan yang lebih baik."

Sejak abad ke-7 Masehi, Cap Go Meh telah menjadi simbol kebersamaan antara penguasa dan rakyat, menggambarkan harmoni dan persatuan dalam masyarakat. Tradisi ini telah diadaptasi dengan budaya lokal, menciptakan perpaduan unik yang memperkaya makna perayaan tersebut. Di Tanjungpinang misalnya, Cap Go Meh dimeriahkan dengan alunan musik melayu, menambahkan warna lokal yang khas.