Dampak Buruk Sifat Pick Me, Ketika Validasi Mengorbankan Jati Diri

10 hours ago 4

Fimela.com, Jakarta Pick me adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mencari validasi dengan menampilkan diri sebagai lebih baik atau berbeda dari kelompoknya, sering kali dengan merendahkan orang lain. 

Pada awal 2000-an, seperti dilansir dari verywellmind.com, banyak film dan acara televisi yang menampilkan karakter perempuan utama sebagai cool girl—sosok yang tidak sesuai dengan stereotip perempuan pada umumnya. Generasi Milenial yang beranjak remaja saat itu sangat terpengaruh oleh representasi ini.

Sebagai contoh, dalam film A Cinderella Story, ada adegan di mana Austin bertanya kepada Sam apakah ia lebih memilih makan rice cake atau hamburger. Sam memilih hamburger, dan Austin terkejut sekaligus terkesan. Pilihan ini membuat Sam masuk dalam kategori guys’ girl karena menunjukkan bahwa ia tidak seperti kebanyakan perempuan yang terobsesi dengan diet.

Contoh lainnya bisa dilihat dalam lagu Taylor Swift, You Belong With Me. Liriknya menggambarkan bagaimana ia memakai sneakers dan duduk di tribun, sementara pacar gebetannya mengenakan sepatu hak tinggi dan menjadi ketua pemandu sorak. Perbedaan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa ia lebih santai dan lebih bisa diajak relate, sehingga lebih cocok bagi gebetannya.

Beberapa tahun terakhir, Generasi Z mempopulerkan istilah #PickMeGirl sebagai ejekan. Istilah ini berasal dari frasa "I’m not like other girls" (Aku tidak seperti cewek lain). Melabeli seseorang sebagai pick me girl berarti mengejek perempuan yang mengubah dirinya demi mendapatkan persetujuan dari laki-laki. Ia dianggap putus asa dan rela melakukan apa saja untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih baik dibandingkan perempuan lain.

Ciri-Ciri Seorang “Pick Me Girl”

Pick me girl mengacu pada perempuan yang menunjukkan perilaku tertentu demi mendapatkan pengakuan dari laki-laki. Marvy Beckman, LICSW, Co-Chief Executive Officer dari Sunstar Virtual Behavioral Solutions, menjelaskan bahwa seorang pick me girl akan berusaha menyesuaikan cara bicara, penampilan, dan kepribadiannya agar lebih sesuai dengan orang-orang yang ingin ia dekati. Ia mungkin menghabiskan waktu dengan kelompok tertentu atau berusaha meningkatkan aspek-aspek dalam hidupnya, meskipun hal itu membuatnya merasa tidak nyaman.

Seorang pick me girl biasanya bangga karena merasa berbeda dari perempuan lain dan menghindari segala sesuatu yang dianggap terlalu feminin atau klise. Ia berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak terlalu membutuhkan perhatian atau drama, sehingga sering mengklaim sebagai perempuan yang low-maintenance, santai, dan mudah diajak bergaul. Selain itu, ia cenderung mencari validasi dari orang lain, terutama laki-laki, dengan menampilkan dirinya sebagai sosok cool girl yang bisa bergaul dengan mereka tanpa dianggap “merepotkan.” Dalam prosesnya, ia kerap meremehkan pencapaian dan minatnya sendiri agar terlihat lebih bisa diterima di lingkungan tertentu.

Konotasi Negatif dari “Pick Me Girl

Dr. Sabrina Romanoff, psikolog klinis, profesor, dan penulis di New York City, mengungkapkan bahwa label pick me girl memiliki konotasi negatif karena perempuan dengan sikap ini cenderung menyerahkan kekuatannya sendiri dan menggantungkan nilainya pada validasi dari laki-laki.

Seorang pick me girl mendefinisikan identitas dan harga dirinya berdasarkan apakah ia “dipilih” atau tidak. Ia kerap mengorbankan nilai, jati diri, dan kepribadiannya demi mendapatkan pengakuan. Masalahnya, kebutuhan ini lebih berkaitan dengan kurangnya rasa percaya diri. Akibatnya, ia mungkin dianggap menyebalkan oleh perempuan lain, padahal yang sebenarnya ia butuhkan hanyalah membangun harga diri yang lebih kuat.

"Ketika perempuan melihat hubungan sebagai kesempatan untuk 'dipilih'—sesuatu yang sering diperkuat sebagai pencapaian tertinggi dalam masyarakat (diikuti oleh pernikahan dan memiliki anak)—mereka kehilangan informasi berharga tentang pasangannya. Akibatnya, mereka sering berakhir dengan pasangan yang sebenarnya tidak cocok untuk mereka dalam jangka panjang," jelas Dr. Romanoff.

Dampak Buruk dari Label “Pick Me Girl”

Stereotip gender sering dikaitkan dengan berbagai dampak negatif. Pada laki-laki, stereotip ini berhubungan dengan pelecehan, kekerasan, dan seksisme. Sementara pada perempuan, dampaknya dapat berupa rasa malu terhadap tubuh sendiri, gangguan makan, penurunan ambisi dalam karier, toleransi terhadap kekerasan, dan keyakinan seksis.

Seorang pick me girl menemukan identitas dan nilai dirinya berdasarkan apakah ia “dipilih” atau tidak. Ia sering kali mengorbankan nilai, kepribadian, dan jati dirinya demi mendapatkan pengakuan. Masalahnya, kebutuhan ini lebih berakar pada kurangnya rasa percaya diri, sehingga sudut pandang orang yang memberi label tersebut bisa saja bias atau tidak sepenuhnya memahami kondisi sebenarnya.

Beberapa orang mungkin menganggap bahwa label pick me girl adalah cara masyarakat melawan stereotip gender. Namun, memberi label pada seseorang berdasarkan perilakunya juga merupakan bentuk stereotip. Label semacam ini menetapkan ekspektasi tertentu yang dapat merugikan, baik bagi mereka yang memenuhi stereotip tersebut maupun yang tidak.

Sebagai contoh, seorang perempuan yang menikmati menonton olahraga dan tidak suka merawat kuku bukan berarti ia sedang berusaha menjadi pick me girl. Bisa saja ia memang benar-benar menyukai hal tersebut, dan seharusnya tidak ada rasa malu dalam hal itu. Label-label seperti ini justru membuat seseorang kesulitan untuk bertindak secara autentik karena muncul ketakutan akan dikategorikan atau merasa tidak sesuai dengan suatu kelompok.

Selain itu, bagi mereka yang sengaja bersikap seperti pick me girl, hal ini sering kali berakar pada kurangnya rasa percaya diri, keterbatasan identitas diri, ketidakdewasaan, pengaruh media, serta tekanan budaya untuk menarik perhatian laki-laki dan mendapatkan validasi mereka. Oleh karena itu, daripada mengejek atau membenci seseorang karena dianggap sebagai pick me girl, lebih baik kita berfokus pada membongkar label-label yang membatasi dan saling mendukung, daripada mempertentangkan sesama perempuan.

"Masyarakat modern telah sangat memengaruhi pengalaman universal akan keinginan untuk 'dipilih.' Banyak perempuan yang dapat merasakan pengalaman ini, dan kita bisa membantu mereka keluar dari pola tersebut dengan mengingatkan mereka akan nilai diri mereka sendiri di luar hubungan dengan laki-laki. Perempuan memiliki kekuatan yang sama untuk menjadi 'pemilih,' dan penting untuk memberdayakan perempuan di sekitar kita agar dapat menggunakan kemampuan ini," saran Dr. Romanoff.

Label pick me girl sering kali digunakan untuk mengkritik perilaku tertentu, tetapi pada akhirnya justru memperkuat stereotip yang membatasi perempuan. Daripada saling menjatuhkan, lebih baik kita fokus pada membangun rasa percaya diri dan mendukung satu sama lain agar setiap perempuan bisa mengekspresikan dirinya dengan autentik tanpa takut dihakimi.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|