Memaknai Early Thirties dan Refleksi Ulang Tahun Nikita Willy

9 hours ago 3

Fimela.com, Jakarta Usia 20-an kerap digambarkan sebagai panggung pembuktian: sibuk mengejar validasi, merajut mimpi, hingga membungkus pencapaian dengan euforia. Tapi ketika perempuan memasuki usia early thirties, panggung itu mungkin seakan mengecil. Bukan karena semangat hidupnya padam, melainkan karena sorotan kini datang dari dalam, bukan luar. Sahabat Fimela, di titik ini perempuan mulai bertanya bukan lagi “apa yang bisa aku capai?” melainkan “ke mana hidup ini akan kubawa?”

Nikita Willy menandai ulang tahun ke-31 dengan cara yang sangat berbeda dari selebritas kebanyakan. Ia memilih merayakan dengan momen penuh refleksi, bersama orang-orang terdekat, dalam suasana sederhana namun bermakna. Langkah ini bukan sekadar pilihan gaya hidup, melainkan pergeseran kesadaran yang mencerminkan fase pendewasaan emosional perempuan dewasa.

Makna Kedewasaan: Dari Pencapaian ke Kepekaan

Banyak yang belum menyadari bahwa usia 30-an awal adalah masa ketika nilai hidup perempuan mulai terdistilasi. Jika sebelumnya fokusnya adalah diri sendiri, kini mulai mengarah pada makna yang lebih besar—keluarga, hubungan, komunitas.

Nikita Willy, dalam refleksi ulang tahunnya, menyoroti pentingnya cinta, dukungan seorang ibu, dan keamanan untuk sang anak. Kalimat-kalimatnya sederhana, tapi memuat emosi yang dalam dan kesadaran sosial yang kuat.

Lewat unggahan Instagram Stories-nya, Nikita menyampaikan sebuah harapan yang menyentuh hati:"31 today! My birthday wish? For all children to grow up safe and loved. For all mothers to feel supported and seen. And for every family to be wrapped in love. Here's to raising kind hearts… together! Moms support moms."Ungkapan ini bukan hanya harapan pribadi, melainkan gambaran jelas tentang nilai yang kini menjadi pusat hidupnya: kebermaknaan dalam memberi dan mendampingi.

Di usia ini, banyak perempuan belajar bahwa makna hidup tidak hanya datang dari apa yang mereka bangun untuk diri sendiri, tapi juga dari apa yang mereka ciptakan untuk orang lain—terutama untuk generasi berikutnya.

Ruang Baru dalam Pikiran dan Perasaan

Saat seorang perempuan memasuki usia 30-an, cara pandangnya terhadap hidup pun berubah. Ia tidak mudah terintimidasi oleh ekspektasi sosial, dan tidak pula tergoda oleh gemerlap semu.

Sebaliknya, ia mulai menyusun ulang prioritas: memilih koneksi yang tulus daripada relasi yang luas, merawat emosi daripada mengejar validasi.

Memasuki usia 30-an, perempuan mulai memahami bahwa kualitas hubungan lebih penting daripada kuantitas. Mereka cenderung memilih koneksi yang tulus, yang memberi rasa aman dan nyaman secara emosional. Alih-alih mengejar pengakuan dari luar, mereka lebih fokus merawat batin dan menjaga kestabilan perasaan.

Di usia ini pula, perempuan mulai menyadari bahwa merawat diri bukan hanya soal skincare atau gym, tapi juga soal menjaga kewarasan jiwa. Mereka lebih selektif terhadap distraksi dan lebih fokus terhadap hal-hal yang membuat hidup bermakna. Inilah momen saat perempuan mulai lebih percaya pada intuisi daripada opini orang lain.

Antara Karier, Relasi, dan Peran Baru

Mengutip jurnal berujudul Established adulthood: A new conception of ages 30 to 45 dari PubMed, usia 30 hingga 45 tahun adalah masa established adulthood, yaitu fase paling menuntut tetapi bermakna. Fase ini bukan hanya masa karier sedang matang, tetapi juga relasi menjadi kompleks, dan banyak perempuan memulai peran baru sebagai ibu. Tidak mudah, karena semua peran itu harus dijalani secara seimbang.

Namun di situlah kekuatannya: perempuan di usia ini bukan lagi pencari identitas, tetapi penjaga keseimbangan. Mereka tahu kapan harus maju, kapan harus mundur, dan kapan harus diam untuk menguatkan fondasi hidup. Mereka tak lagi sibuk memoles citra, tetapi sibuk memupuk makna.

Nikita Willy, di tengah kesibukan sebagai publik figur dan ibu, menunjukkan bahwa kebahagiaan bukan datang dari banyaknya aktivitas, melainkan dari kehadiran yang sadar dan utuh. Perubahan ini menggambarkan bagaimana perempuan dewasa mulai menyusun hidup bukan dari tuntutan luar, tetapi dari nilai-nilai yang mereka yakini sendiri.

Menggenggam Damai, Bukan Lagi Euforia

Sahabat Fimela, early thirties adalah titik di mana banyak perempuan mulai merindukan kedamaian. Mereka sudah pernah menikmati euforia, sudah kenyang dengan pengakuan, dan kini ingin tinggal dalam ruang batin yang tenang.

Kedamaian itu tidak datang tiba-tiba. Kedamaian dibangun dari penerimaan terhadap diri sendiri, dari keberanian untuk tidak menyenangkan semua orang, dan dari ketulusan untuk hidup apa adanya.

Perempuan di usia 30-an mulai menciptakan ruang untuk bertumbuh, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang-orang yang ia cintai.

Memasuki usia 30-an, banyak perempuan mulai menyadari bahwa pertumbuhan sejati bukan hanya soal pencapaian pribadi, tetapi juga soal bagaimana mereka memberi ruang bagi orang lain untuk ikut tumbuh bersama. Mereka tidak lagi sekadar ingin sukses sendiri, tetapi ingin membangun lingkungan yang sehat secara emosional, spiritual, dan mental. Peran sebagai istri, ibu, anak, atau sahabat dijalani dengan lebih sadar dan penuh cinta, karena mereka tahu bahwa keberhasilan hidup tidak terpisah dari harmoni dalam relasi.

Early Thirties: Titik Balik yang Membuka Pintu Baru

Menariknya, perubahan yang terjadi di usia early thirties sering kali tidak terlihat dari luar. Tidak ada upacara atau momen dramatis. Tapi perubahan itu terasa dalam cara seseorang mengambil keputusan, dalam sikapnya terhadap konflik, dan dalam kualitas relasinya dengan orang lain.

Perempuan menjadi lebih selektif, bukan karena sombong, tapi karena ia belajar bahwa energi harus dikelola dengan bijak. Ia lebih banyak mendengar sebelum bicara, lebih banyak berpikir sebelum bertindak, dan lebih banyak memberi ruang bagi orang lain untuk menjadi diri sendiri.

Kedewasaan ini tidak lahir dari teori atau nasihat, tetapi dari luka, kegagalan, dan refleksi yang mendalam. Seperti Nikita yang menemukan makna baru dalam hidupnya setelah menjadi ibu, banyak perempuan di usia ini mulai merajut hidup bukan dari mimpi yang besar, tetapi dari detail kecil yang penuh kasih.

Menjadi Perempuan Dewasa yang Penuh Makna

Usia 30-an bukan akhir masa muda, melainkan awal dari hidup yang dijalani dengan kesadaran. Banyak perempuan mulai menyadari bahwa kebahagiaan tidak terletak pada pencapaian, tapi pada kedamaian batin dan relasi yang sehat. Mereka tidak lagi takut gagal, karena tahu setiap kegagalan adalah batu loncatan menuju kedewasaan sejati.

Sahabat Fimela, menjadi dewasa adalah proses mencintai hidup dengan cara yang lebih utuh. Early thirties bukan momen krisis, tapi momen klarifikasi. Saatnya berhenti mencari siapa diri kita, dan mulai menjadi siapa yang memang sudah kita yakini selama ini.

Jika kamu merasa hidup sedang berubah arah, mungkin itu bukan akhir, tapi justru awal dari versi dirimu yang paling sejati.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|