Mengenal Impulsive Buying: Perilaku Belanja Tak Terencana yang Sering Terjadi

6 days ago 11

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela pasti sudah tidak asing dengan terms baru di dunia belanja saat ini yakni ‘impulsive buying’, bukan? Impulsive buying merujuk pada perilaku seseorang yang membeli barang secara tiba-tiba tanpa pertimbangan yang matang dan sering kali dipicu oleh faktor eksternal atau emosional. Sebagai contoh, seseorang berniat pergi ke sebuah toko untuk membeli satu barang namun berakhir dengan membeli banyak barang yang sama sekali tidak direncanakan sebelumnya.

Meskipun dapat memberikan kepuasan sesaat, belanja secara impulsif sering kali mengarah pada penyesalan setelah pembelian dan bahkan dapat berdampak buruk pada kondisi finansial seseorang. Lantas, apa sebenarnya yang memengaruhi munculnya perilaku impulsive buying dan mengapa seseorang sering terjebak dalam perilaku ini?

Dalam artikel yang dilansir dari ramseysolutions.com ini, kita akan mengenal lebih dalam mengenai impulsive buying, faktor penyebab, dampaknya, serta bagaimana cara menghindarinya agar kita dapat berbelanja dengan lebih bijak.

Apa Itu Impulsive Buying?

Impulsive buying adalah suatu perilaku di mana seorang konsumen membeli barang secara mendadak tanpa perencanaan sebelumnya. Tindakan ini terjadi tanpa pertimbangan rasional dan seringkali didorong oleh rangsangan yang bersifat emosional. 

Impulsive buying dapat terjadi di berbagai situasi, baik itu di pusat perbelanjaan, e-commerce, atau bahkan di tempat-tempat yang tidak terduga lainnya. Perilaku ini sangat berbeda dengan planned buying, yakni perilaku berbelanja yang dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan berdasarkan kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying

1. Stimulasi Visual dan Promosi
: Tampilan produk yang menarik dan promosi diskon besar atau penawaran terbatas, seperti “Buy 1 Get 1” sering kali membuat konsumen merasa terdesak untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Hal inilah yang pada akhirnya memicu impulsive buying.

2. Emosi dan Mood: 
Perasaan emosional konsumen sangat memengaruhi keputusan pembelian impulsif. Saat seseorang merasa stres, kecewa, atau bahkan sangat bahagia, mereka mungkin cenderung mencari pelarian melalui belanja sebagai bentuk self-reward yang mendorong seseorang untuk membeli barang tanpa pertimbangan matang.

3. Keterbatasan Waktu: 
Tekanan waktu juga dapat memengaruhi keputusan impulsif. Misalnya, ketika ada penawaran terbatas waktu, seperti "Hanya hari ini!" atau "Persediaan terbatas!", konsumen sering merasa harus segera membeli produk tersebut untuk tidak melewatkan kesempatan yang jarang datang.

4. Persepsi Sosial dan Pengaruh Teman: 
Kehadiran teman atau keluarga dalam kegiatan belanja dapat meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan impulsive buying. Pengaruh sosial—baik secara langsung atau tidak langsung, dapat membuat konsumen merasa lebih termotivasi untuk membeli barang tertentu.

5. Kemudahan Akses dan Pembayaran
: Di era digital seperti sekarang, kemudahan belanja online juga sangat mempengaruhi perilaku impulsif. Hanya dengan beberapa klik, konsumen dapat membeli barang tanpa berpikir panjang. Opsi pembayaran yang mudah, seperti pembayaran dengan kartu kredit atau dompet digital, membuat konsumen semakin terjebak dalam lingkaran impulsive buying.

Dampak Negatif dari Impulsive Buying

Meskipun impulsive buying dapat memberikan kesenangan sesaat, perilaku ini sering kali memiliki dampak yang kurang menguntungkan. Diantaranya:

  • Peningkatan Beban Keuangan: Belanja secara impulsif dapat menyebabkan pengeluaran yang lebih besar daripada yang direncanakan yang pada akhirnya dapat memengaruhi kesehatan finansial seseorang. Jika kita tidak bisa mengontrol, kebiasaan ini bisa membuat seseorang terjebak dalam hutang.
  • Penyesalan Setelah Pembelian: Banyak konsumen yang merasa menyesal setelah membeli barang secara impulsif, terutama jika barang tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak terpakai dalam jangka panjang.
  • Stres dan Kecemasan: Terlalu sering melakukan impulsive buying bisa menambah rasa stres dan kecemasan, terutama jika dampaknya dirasakan dalam pengelolaan keuangan pribadi.

Cara Menghindari Impulsive Buying

1. Buat Daftar Belanja: Sebelum pergi berbelanja, buatlah daftar belanja yang jelas dan tetap berpegang pada daftar tersebut. Ini dapat membantu menghindari pembelian barang yang tidak diperlukan.

2. Tunda Keputusan Pembelian: Jika merasa tertarik untuk membeli barang tertentu, cobalah untuk menunda keputusan pembelian selama beberapa jam atau bahkan satu hari. Ini dapat memberi waktu untuk mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.

3. Perhatikan Emosi: Berhati-hatilah ketika belanja dalam kondisi emosi tertentu. Jika merasa stres atau cemas, cobalah untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum membuat keputusan belanja.

4. Hindari Berbelanja Saat Lapar atau Letih: Berbelanja saat lapar atau dalam keadaan lelah dapat meningkatkan kemungkinan melakukan impulsive buying. Rasa lapar dapat mendorong seseorang untuk membeli makanan atau barang yang tidak diperlukan.

Sahabat Fimela, itulah beberapa informasi seputar impulsive buying yang telah dirangkum oleh Fimela. Ingat untuk selalu mindful saat berbelanja, ya!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|