Judul: Ikhlas Penuh Luka
Penulis: Boy Chandra
Editor: Linda Irawati
Penyelia Naskah: Yayi Dewintya
Ilustrasi Isi: Karang Marhaen
Tata Letak Isi: Mataharimalam Studio
Desain Kover: bywithly
Tata Letak Kover: Karang Marhaen
Cetakan kedua: Mei 2025
Penerbit: Grasindo
"Bas, hakikat hidup adalah berpisah. Semua orang yang pernah bertemu kita, pernah bersama kita, pada akhirnya akan berpisah. Seperti ibumu, yang akhirnya harus berpisah dengan kita. Ayah mungkin hanya menunggu waktu, menunggu jemputan. Nanti, akan ada waktunya Ayah pun harus berpisah dengan tubuh Ayah. Berpisah juga denganmu. Ayah ingin kamu menemukan seseorang tempatmu berkeluh kesah, berbagi hidup."
"Kita lebih senang mencari cahaya di diri orang lain, namun membiarkan cahaya di dalam diri padam. Kita senang memuja hal-hal di luar diri kita, kadang berlebihan, lalu mengecilkan diri kita sendiri."
"Di usiaku yang tidak lagi muda ini, aku ingin bertemu seseorang yang siap merencanakan hari-hari yang baik untuk masa depan."
"Setiap pertemuan memang dirancang sepaket dengan perpisahan. Jangan terlalu dalam mencintaiku."
***
Novel Ikhlas Penuh Luka karya Boy Chandra menghadirkan kisah pertemuan dua jiwa yang sama-sama terluka, Basri dan Genia, yang tanpa sengaja bersua di sebuah pemakaman.
Pertemuan itu bukan hanya sebuah kebetulan, melainkan menjadi awal dari proses penyembuhan luka batin masing-masing. Basri tumbuh dalam kesepian, ditinggalkan oleh sosok yang dulu ia cintai dan menghadapi kehampaan hidup bersama sang ayah yang tenggelam dalam duka. Sementara Genia, perempuan mandiri yang terbiasa hidup sendiri, harus menghadapi kesunyian karena ayahnya lebih memilih sibuk bekerja di luar kota.
Semesta mempertemukan mereka dengan cara yang begitu sederhana dan dengan kebetulan yang begitu unik. Kedekatan keduanya terjalin pelan, yaitu dimulai dari percakapan ringan hingga menjadi tempat bertukar rasa dan pikiran.
Ada ketulusan yang terasa dalam hubungan mereka; bukan sekadar tentang cinta, tetapi tentang menjadi tempat pulang yang saling menguatkan. Dialog dan interaksi mereka tidak dibuat-buat, dan justru di situlah letak kekuatan kisah ini, yaitu alami, apa adanya, dan begitu menyentuh hati dan perasaan.
Hanya perjalanan mereka tidak selalu mudah. Basri dihadapkan pada dilema besar tentang masa depannya: apakah ia harus bertahan dalam hidup yang stagnan atau mengejar impian yang mungkin akan memisahkannya dari kenyamanan yang mulai ia temukan bersama Genia? Pertanyaan ini menjadi beban emosional yang besar, menggambarkan keresahan banyak orang dewasa muda yang tengah berada di persimpangan hidup. Di sisi lain, Genia pun menghadapi pertanyaan serupa dalam hidupnya sendiri—tentang kemandirian, kesepian, dan kepercayaan.
Novel ini mengangkat tema cinta hingga tentang luka dan penerimaan. Di tengah keputusasaan, tokoh-tokohnya belajar bahwa ikhlas bukan berarti menyerah, tapi memahami bahwa setiap kehilangan bisa membuka jalan baru. Bahwa setiap akhir bisa menjadi pintu awal menuju perjalanan baru yang lebih bermakna. Ada emosi dan refleksi kehidupan dalam narasi yang lembut dalam novel ini.
Salah satu kekuatan novel ini adalah bagaimana karakter-karakternya tetap digambarkan manusiawi, yaitu dengan semua sisi rapuh dan rasa takut yang nyata. Mereka tidak sempurna, dan justru itulah yang membuat mereka dekat dengan pembaca.
Obrolan mereka yang membahas berbagai isu, mulai dari sosial, politik, hingga perasaan paling pribadi terasa begitu mengalir. Ditambah lagi, kesukaan mereka terhadap buku memberikan sentuhan manis yang memperkuat koneksi emosional antar tokoh.
Ikhlas Penuh Luka adalah potret kehidupan yang sederhana namun bermakna, dengan nuansa romansa yang tidak berlebihan. Novel ini bisa menjadi rekomendasi baru untuk masuk ke daftar bacaanmu. Bukan hanya karena ceritanya yang menyentuh, tapi karena pesan-pesan kehidupan yang ditanamkan dengan begitu mengena. Ada refleksi tentang menjadi dewasa, berdamai dengan masa lalu, dan menerima hidup apa adanya yang akan sangat mengena dalam kehidupan kita sebagai pribadi yang berjuang untuk terus bertumbuh dan melangkah meski baru mengalami duka atau kehialngan.
Jika kamu mencari bacaan yang tidak sekadar menghibur, tapi juga menemani saat-saat penuh perenungan, novel ini bisa menjadi pilihan tepat. Dengan gaya penulisan yang lembut dan penuh empati, Ikhlas Penuh Luka akan membuatmu merasa lebih dipahami, dan siapa tahu, ikut sembuh bersama Basri dan Genia.