Fimela.com, Jakarta Di tengah gempuran standar fesyen massal yang seragam dan terus-menerus berganti cepat ala industri fast fashion, Gen Z memilih jalur sebaliknya. Mereka memutuskan untuk stand out, bukan blend in. Dan dari pilihan itu lahirlah sebuah tren yang kini merajai berbagai feed TikTok dan Instagram: chaotic customization.
Tren ini bukan sekadar soal gaya berpakaian, tapi lebih dari itu, ia adalah bentuk pernyataan. Fashion bukan lagi tentang tren musiman, tapi tentang jati diri. Lewat perpaduan aksesori warna-warni, bordiran DIY, pin karakter favorit, patch random, hingga handmade items yang punya cerita personal, chaotic customization menjadi cara Gen Z berkata: “Ini aku. Dan aku tak ingin terlihat seperti orang lain.”
Gaya yang 'Berantakan', Tapi Penuh Arti
Satu hal yang menarik dari chaotic customization adalah kesan "semrawut" yang disengaja. Tas jinjing yang dihiasi lusinan bag charm berbentuk karakter lucu, jaket denim yang penuh patch bordir dan pin vintage, sepatu dengan shoe charm unik, hingga ponsel yang tak lagi polos berkat deretan phone charm handmade. Semua itu dipilih dan dipadupadankan dengan penuh kesadaran, bukan asal.
Sementara generasi sebelumnya dibesarkan dengan standar "less is more", Gen Z justru menantang ide itu dengan mengatakan, “More is more. Asal bermakna.”
Kenapa Gen Z Suka Gaya ‘Chaotic’?
Menurut Elsbeth van Paridon, seorang pakar fesyen dan budaya yang berbasis di Beijing, tren ini mencerminkan kebutuhan Gen Z akan ekspresi diri yang otentik.
“Generasi ini membawa personalisasi ke tingkat baru,” ujarnya dikutip dari MEAN BLVD. “Ini bukan sekadar estetika, melainkan bentuk perlawanan terhadap tekanan ekonomi dan sosial,” tambahnya.
Sementara itu, WGSN, lembaga peramalan tren global, menggambarkan fenomena ini sebagai "accessorising accessories", menumpuk aksesori di atas aksesori lainnya. Mereka mencatat bahwa tren ini mencerminkan pergeseran budaya menuju maksimalisme dan ekspresi diri dalam fesyen.
Gaya Melawan Fast Fashion?
Tren chaotic customization juga dipicu oleh keresahan terhadap industri fast fashion yang kian tak ramah lingkungan dan terus menekan individu untuk mengikuti standar ideal. Melalui elemen DIY dan item preloved yang dimodifikasi ulang, Gen Z menunjukkan resistensi halus terhadap budaya konsumsi massal.
Sejumlah nama sudah dikenal dengan gaya chaotic customization. Doja Cat, Billie Eilish, NewJeans, KiiKii kerap tampil dengan padanan gaya eksentrik penuh aksesori tak biasa. Di Indonesia, sosok seperti Sivia Azizah juga berani tampil dengan item penuh warna dan detail personal yang mencuri perhatian.
Inspirasi Gaya Chaotic Customization yang Bisa Dicoba
Untuk kamu yang tertarik menjajal gaya ini, tak perlu langsung tampil heboh dari ujung kepala sampai kaki. Mulailah dari hal kecil:
- Bag charm: Tambahkan gantungan lucu atau handmade ke tas favoritmu.
- Phone charm: Pilih yang punya arti personal, seperti buatan teman atau hasil DIY-mu sendiri.
- Shoe charm: Percantik sneakers polos dengan hiasan yang mencuri perhatian.
- Patch dan pin: Tempelkan di jaket, tote bag, atau topi untuk kesan playful dan unik.
Menurut artikel dari Fashionista, toko-toko independen dan kreator lokal kini kebanjiran permintaan untuk aksesori handmade karena tren ini. Bahkan, banyak Gen Z memilih membuat sendiri item merekam, menambahkan nilai emosional sekaligus mendorong semangat kreasi.
Chaotic customization bukan tentang tampil beda demi dilihat. Tapi tentang menyalurkan diri secara jujur lewat fashion. Gaya ini mengajarkan kita bahwa tak ada satu pun standar kecantikan atau estetika yang harus dipatuhi. Karena dalam dunia chaotic customization, menjadi diri sendiri adalah satu-satunya aturan yang penting.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.