5 Prinsip dari Buku The Psychology of Money untuk Bertahan di Ekonomi Sulit

21 hours ago 8

Fimela.com, Jakarta Ekonomi yang sulit bukan hanya menghantam dompet, tapi juga mengguncang cara berpikir kita tentang hidup. Banyak orang mendambakan uang karena merasa bahwa dengan uang, hidup akan terasa lebih terkendali. Bukan kendali penuh atas segalanya, memang, tapi cukup untuk memberi ruang bernapas. Dalam buku The Psychology of Money, Morgan Housel menyebut bahwa dividen tertinggi dari uang adalah kebebasan. Yakni saat seseorang bisa melakukan apa yang ia mau, kapan saja, dengan siapa saja, selama yang ia inginkan.

Sahabat Fimela, prinsip ini terdengar sederhana, tapi dalam praktiknya, hanya bisa dicapai dengan cara pandang yang matang terhadap uang. Buku ini bukan sekadar kumpulan tips finansial, tapi kumpulan pemahaman mendalam—bahwa uang itu personal, emosional, dan kompleks.

Housel menyusun 19 cerita pendek yang menjelaskan berbagai sikap dan keputusan manusia terhadap uang, lengkap dengan konteks sosial, ekonomi, dan psikologis yang menyertainya. Dan di tengah realitas ekonomi yang terus berubah, ada lima hal atau lima pelajaran yang bisa kita ambil dari buku ini yang layak kita resapi lebih dalam. Semoga info ini bisa menambah perspektif dan membantumu untuk bisa bertahan di masa-masa sulit, khususnya di tengan kondisi finansial yang tidak baik-baik saja.

1. Bukan Soal Cepat Kaya, tapi Mampu Bertahan Lama

Dalam situasi ekonomi yang tak bisa diprediksi, prinsip utama yang paling menyelamatkan bukan kemampuan mencetak kekayaan besar dalam waktu singkat, melainkan kemampuan bertahan dalam jangka panjang. Sahabat Fimela, ini bukan tentang berapa banyak kamu hasilkan hari ini, tapi tentang seberapa stabil kamu bisa hidup esok hari tanpa rasa panik.

Housel menekankan bahwa keberlangsungan finansial lebih penting daripada sensasi menjadi "kaya mendadak." Mereka yang mampu menyusun hidup dengan ritme sedang-sedang saja—dalam hal pengeluaran, perjalanan, waktu luang, dan relasi keluarga—memiliki peluang lebih besar untuk terhindar dari penyesalan. Seperti yang ditulis Housel dalam Bab Anda akan Berubah, rencana keuangan perlu fleksibel terhadap perubahan tujuan dan keinginan seiring waktu.

"Bertujuan mendapat tingkat tabungan sedang-sedang saja, waktu luang sedang-sedang saja, perjalanan pulang pergi sedang-sedang saja, dan waktu untuk keluarga sedang-sedang saja di tiap titik dalam kehidupan kerja Anda akan meningkatkan peluang bertahan di satu rencana dan menghindari penyesalan dibanding kalau ada salah satu hal di atas jatuh ke sisi ekstrem spektrum." (hlm. 142)

Bertahan hidup dengan tenang di masa sulit justru lebih mencerminkan kematangan finansial daripada berambisi besar tapi tanpa fondasi. Dalam jangka panjang, yang paling penting bukanlah keberuntungan atau spekulasi, tapi disiplin dan konsistensi.

2. Uang yang Tidak Dipamerkan Lebih Berharga dari yang Ditunjukkan

Di era visual ini, keberhasilan kerap disamakan dengan citra. Padahal, seperti yang dijelaskan dalam The Psychology of Money, kekayaan yang paling nyata justru tidak terlihat. Orang-orang yang benar-benar mapan secara finansial tidak merasa perlu membuktikan apapun lewat simbol eksternal.

Sahabat Fimela, menahan diri dari konsumsi demi pengakuan sosial adalah bentuk kecerdasan finansial yang langka. Dan ini semakin penting di tengah ekonomi sulit. Uang yang tidak kamu keluarkan hari ini bisa menjadi penyelamatmu esok hari.

Maka, saat kamu menolak ikut-ikutan membeli barang-barang mahal demi tampak "sukses", kamu sedang membangun modal terbesar: kendali. Kamu tidak sedang hidup dalam definisi orang lain. Kamu sedang melindungi masa depanmu.

3. Berpikir Seperti Insinyur Risiko yang Bijak

Housel mengajak pembacanya untuk tidak mengandalkan pola pikir hitam-putih. Sahabat Fimela, dunia tidak pernah sepenuhnya bisa ditebak. Maka, pengambilan keputusan keuangan juga harus mempertimbangkan kemungkinan gagal, bukan sekadar proyeksi indah di atas kertas.

Berpikir seperti insinyur risiko artinya kamu memahami bahwa rencana bisa berubah, dan bahwa bersiap untuk kegagalan itu bukan pesimis, tapi bijak. Dana darurat, diversifikasi, dan kebiasaan menyisihkan sedikit dari penghasilan adalah manifestasi dari pola pikir ini.

Ekonomi akan terus bergerak. Pasar naik-turun. Namun orang yang menyisakan ruang untuk salah langkah justru akan lebih tahan banting. Bukan karena ia tahu segalanya, tapi karena ia sadar tidak ada yang tahu segalanya.

4. Definisi Sukses Itu Personal, Bukan Perlombaan Massal

Salah satu kesalahan terbesar dalam pengelolaan uang adalah menjadikannya alat untuk membandingkan hidup. Padahal, setiap orang punya garis mulai dan tujuan berbeda. Housel mengingatkan bahwa tidak semua orang harus menempuh jalur yang sama untuk bisa disebut berhasil.

Sahabat Fimela, ketika kamu merasa cukup dengan apa yang kamu miliki, kamu sudah satu langkah lebih bijak dari banyak orang yang terus merasa kurang. Perjalanan finansial bukan tentang siapa yang paling cepat atau paling banyak, tapi siapa yang paling damai dalam perjalanannya.

Alih-alih mengikuti standar sukses yang dibentuk masyarakat atau media sosial, temukan sendiri versi terbaik hidupmu. Mungkin cukup berarti bagimu adalah bisa makan bersama keluarga tanpa terbebani utang. Mungkin cukup adalah bisa bekerja dengan fleksibilitas waktu. Dan itu sah-sah saja.

5. Pengendalian Diri: Aset yang Tak Tergantikan

Ilmu keuangan bisa diajarkan. Namun pengendalian diri hanya bisa dilatih dan ditempa. Housel menempatkan self-control sebagai kunci keberhasilan finansial yang lebih penting daripada semua strategi teknis. Sahabat Fimela, ini adalah aset yang tidak bisa diwariskan tapi sangat menentukan arah hidup seseorang.

Uang akan selalu menggoda. Tawaran diskon, tren konsumsi, atau tekanan sosial adalah ujian harian. Tapi saat kamu bisa menolak kesenangan sesaat demi kestabilan jangka panjang, kamu sedang membangun daya tahan finansial yang tak terlihat, namun sangat nyata.

Dalam konteks The Psychology of Money, uang bukan sekadar alat tukar, melainkan alat ukur terhadap keputusan kita sendiri. Dan keputusan terbaik lahir dari kendali yang matang, bukan impuls yang tak terkendali.

Sahabat Fimela, buku ini juga memberi kita satu pengingat penting: bahwa uang bukan satu-satunya hal yang bisa memberi makna hidup. Walaupun begitu, saat kita memiliki cukup uang, kita memiliki ruang untuk memilih: ingin bekerja dengan siapa, menghabiskan waktu di mana, dan menjalani hari-hari seperti apa. Dan itulah bentuk kemerdekaan yang sulit dibeli tapi bisa diupayakan.

The Psychology of Money layak dibaca siapa saja, baik yang sedang berjuang bertahan maupun yang ingin menemukan arah hidup baru lewat lensa finansial yang lebih jujur dan bijak. Dalam dunia yang cepat berubah ini, pemahaman tentang uang bukan hanya membuat kita lebih cerdas, tapi juga lebih damai dalam menjalani hidup.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|