Batik Bukan sekadar Motif Biasa dari Warisan Budaya hingga Kolaborasi Global

1 month ago 23

Fimela.com, Jakarta Batik telah lama menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia. Namun, pengakuan dunia baru benar-benar menguat pada tahun 2009 ketika UNESCO menetapkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity atau Warisan Budaya Tak Benda. Sejak saat itu, batik bukan sekadar motif kain, melainkan simbol yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Indonesia.

Fimela pun, sebagai media perempuan ikut merayakan Hari Batik Nasional dengan tema #MembatikMasaDepan. Dikemas cantik dalam Batik Raya Indonesia, Fimela menampilkan khasanah batik nusantara.

Tak hanya cerita tentang batik, tapi juga hingga rekomendasi UMKM batik yang bisa menjadi inspirasi OOTD kamu.

Batik dan Makna Sustainable Living

Di era modern, batik semakin menemukan relevansinya, terutama dalam konsep sustainable living. Batik tidak lahir dari industri fast fashion yang cepat berubah dan menghasilkan limbah berlebih. Proses pembuatannya panjang, penuh ketelitian, dan mengedepankan nilai seni. Karena itu, selembar kain batik bisa dipakai bertahun-tahun, bahkan diwariskan lintas generasi.

Lebih jauh lagi, batik kerap diproduksi dengan menggunakan pewarna alami yang ramah lingkungan. Daun indigo menghasilkan warna biru yang khas, kunyit memberi nuansa kuning keemasan, sementara kulit kayu menghadirkan palet cokelat alami. Pemilihan bahan-bahan ini bukan hanya menegaskan kedekatan batik dengan alam, tetapi juga mendukung keberlanjutan. Batik pada akhirnya hadir sebagai karya yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga memiliki dampak positif bagi bumi.

Batik dalam Kolaborasi Global

Keistimewaan batik membuatnya tidak terbatas sebagai busana sehari-hari. Dalam beberapa tahun terakhir, batik telah menembus batas, berkolaborasi dengan brand global dan industri kreatif lintas sektor.

1. Kulkas SMEG x Didiet Maulana

Kolaborasi unik antara desainer Indonesia Didiet Maulana dan brand ikonik Italia, SMEG, menjadi bukti nyata bahwa batik mampu melampaui fungsi tradisionalnya. Motif batik diaplikasikan pada permukaan kulkas retro SMEG, menjadikannya karya seni yang memadukan warisan budaya Indonesia dengan estetika desain Italia. Motif pucuk rebung dan ulerati dari batik tenun khas Nusantara digabungkan dengan pola geometris bangunan ikonik Palazzo Ducale di Guastalla, kota kelahiran SMEG.

Kolaborasi ini bukan sekadar soal estetika, tetapi juga tentang dialog budaya. Batik, yang identik dengan kearifan lokal Indonesia, mampu berdiri sejajar dengan desain global dan menghadirkan harmoni baru yang sarat makna.

2. Dior dan Endek Bali: Elegansi dalam Pemberdayaan

Kolaborasi besar lainnya datang dari rumah mode internasional Dior, yang menggandeng kain Endek Bali. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Letter of Intent (LOI) antara perwakilan Dior di Paris dan Gubernur Bali di Denpasar.

Lebih dari sekadar pengakuan internasional terhadap kain tradisional Bali, kolaborasi ini membuka peluang besar bagi para perajin lokal. UMKM yang selama ini menjaga kelestarian kain Endek diberdayakan agar dapat terus berkembang di tengah kompetisi industri global.

Kolaborasi ini adalah contoh nyata bahwa batik dan kain tradisional Indonesia tidak hanya dipandang sebagai artefak budaya, tetapi juga memiliki nilai ekonomi, sosial, dan identitas yang bisa mendukung kesejahteraan masyarakat.

3. IONIQ 5 Indonesian Batik

Dari dunia mode, batik juga merambah industri otomotif. Kolaborasi antara Indonesia dan Korea Selatan menghadirkan IONIQ 5 Indonesian Batik, mobil listrik edisi spesial dengan sentuhan motif Batik Kawung.

Peluncuran edisi ini menjadi penanda setengah abad hubungan diplomatik Indonesia-Korea. Motif Kawung diaplikasikan secara detail pada kap mesin, atap, sisi bodi, hingga pintu belakang mobil. Bahkan bagian interiornya dirancang dengan nuansa abu-abu lembut, diperkaya aksen logam bermotif yang menghiasi jok, kemudi, dan sandaran lengan.

Inovasi ini membuktikan bahwa batik bukan hanya untuk pakaian. Ia mampu hadir sebagai identitas visual yang memperkuat kerja sama internasional, bahkan pada produk teknologi tinggi seperti kendaraan listrik.

Batik di Panggung Dunia

Batik juga telah melintasi panggung global, dipakai oleh selebritas dan tokoh dunia. Kehadirannya dalam momen internasional membuktikan bahwa kain tradisional ini mampu menembus batas budaya dan mode.

Beberapa artis dunia pernah dengan bangga mengenakan batik, seperti Taeyong dari grup K-pop NCT yang tampil stylish dengan busana bermotif batik, penyanyi Jepang Fujii Kaze yang membawanya dalam nuansa kontemporer, hingga aktris Hollywood Julia Roberts yang anggun mengenakan batik dalam acara resmi. Setiap penampilan mereka seolah mengirim pesan bahwa batik adalah karya yang relevan di kancah mode global, sekaligus bentuk apresiasi atas kekayaan budaya Indonesia.

Batik: Antara Tradisi dan Inovasi

Batik telah membuktikan dirinya lebih dari sekadar kain bermotif. Ia adalah bahasa budaya, medium ekspresi seni, dan simbol identitas yang terus bertransformasi. Dari proses tradisional yang penuh filosofi hingga kolaborasi modern bersama brand global, batik senantiasa menemukan cara baru untuk hidup dan relevan di masa kini.

Di tengah gempuran tren mode cepat yang serba instan, batik justru menawarkan makna lain: kesabaran, keberlanjutan, dan kelestarian. Tidak heran jika hingga kini, batik terus dicintai, dikenakan, dan diapresiasi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga dunia.

Dengan segala pencapaiannya, batik layak disebut sebagai jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ia adalah bukti bahwa warisan budaya bisa terus hidup, berkembang, dan memberi inspirasi lintas generasi serta lintas bangsa.

Sekali lagi, Selamat Hari Batik Nasional Sahabat Fimela.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|