BOSS Luncurkan Koleksi yang Mendefinisikan Ulang Fungsionalitas, Kesederhanaan, dan Presisi, dalam Desain Kontemporer

Fimela.com, Jakarta BOSS meluncurkan koleksi yang mendefinisikan ulang fungsionalitas, kesederhanaan, dan presisi melalui pernyataan desain kontemporer yang inovatif dan berani. Dipentaskan di Fonderia Macchi di Milan, peragaan busana—dengan tema menawan "Paradoks BOSS"—menampilkan tampilan runway untuk pria dan wanita yang mengungkapkan fleksibilitas di balik merek, dan merayakan beragam pengaruh yang menginspirasi dan membentuk identitas BOSS. Narasi yang tampak berlawanan menciptakan kisah ekstrem yang inspiratif dan bermakna—dan saling menyeimbangkan, dalam dialog visual antara keteraturan dan ketidakteraturan.

KONTRAS MENCIPTAKAN KOHESI: INILAH PARADOKS BOSS

“Seni adalah bagian dari sejarah merek BOSS. Warisan ini memicu kolaborasi kami dengan beragam seniman berbakat dan beragam. Dalam koleksi ini, terdapat berbagai lapisan pengaruh: desain dan arsitektur, serta tari kontemporer—ditambah segala sesuatu di antaranya,” ujar Marco Falcioni, Direktur Kreatif di HUGO BOSS. “Pameran ini merupakan penghormatan bagi kreativitas, dan eksplorasi lebih lanjut tentang hubungan BOSS dengan dunia seni.”

Tim desain BOSS menemukan inspirasi dalam kesederhanaan dan keteraturan dalam arsitektur, serta dalam desain industri Jerman dari tahun 1960-an. Minimalisme, kejelasan, dan presisinya dapat dilihat dalam siluet geometris dan jahitan koleksi. Tari kontemporer abad ke-20, dan kebebasan yang ditemukan dalam seni kontemporer, memberikan inspirasi bagi unsur-unsur kekacauan dan ketidakteraturan, menawarkan sentuhan baru pada tampilan yang bersih dan canggih.

Pengaruh ini—aspek geometris yang teratur, dan kekacauan yang lebih liar dan mengalir—memungkinkan dua dunia keteraturan dan ketidakteraturan berpadu dengan mulus dalam koleksi ini.

Untuk pameran Paradox-nya, BOSS mentransformasi ruang industri Fonderia Macchi di Milan dengan instalasi karya seniman kontemporer Belanda Boris Acket, yang karya multidisiplinnya menggabungkan cahaya, bayangan, gerak, dan suara untuk menciptakan pengalaman yang imersif dan mengguga "Untuk presentasi ini, saya telah menata ulang salah satu karya ikonis studio ini, Estetika Pembusukan," ujar sang seniman, Boris Acket. "Ditransformasikan menjadi entitas reflektif yang otonom, karya ini berperan sebagai seorang penampil non-manusia, memandu para model saat mereka bergerak dalam pertunjukan. Karya ini berakar pada juxtaposisi: penciptaan dan penghancuran berlangsung secara paralel."

Dengan memanfaatkan lapisan foil yang halus, instalasi ini mewujudkan konsep pembusukan dengan secara bertahap mengerut dan runtuh di setiap gerakan halus, membuat karya seni terasa seolah hidup, bernapas, dan pada akhirnya menua seiring waktu. Karya ini bukanlah elemen skenografi statis, melainkan partisipan aktif, yang memproyeksikan refraksi yang bergeser pada busana, panggung peragaan, dan penonton. Setiap model menjadi bagian dari koreografi yang diperluas di mana kain, tubuh, dan cahaya terus berinteraksi.

Untuk menciptakan penceritaan yang imersif dan dinamis di ruang digital, serta terlibat dalam percakapan autentik dengan dunia seni, BOSS mengidentifikasi dan berkolaborasi dengan empat seniman digital dari berbagai disiplin ilmu—masing-masing dengan bahasa dan visi artistik yang berbed yang menggunakan AI sebagai alat untuk memfasilitasi ekspresi kreatif. Merek ini meminta para seniman ini untuk mengeksplorasi konsep Paradoks BOSS, mengambil isyarat dari kontras antara keteraturan dan ketidakteraturan.

Direktur kreatif Sybille de Saint Louvent, desainer visual kreatif Andrés Reisinger, seniman sekaligus direktur kreatif Joann, serta penyair, seniman, dan peneliti AI Sasha Stiles mengembangkan karya seni yang diresapi teknik berbasis AI dan ciri khas artistik mereka masing-masing, yang masing-masing berfokus pada mode, arsitektur, imajinasi, dan puisi.

Karya visual mereka meliputi dasi berwarna berkilau; arsitektur berbalut kain yang terinspirasi Milan; dan pretzel dalam bentuk-bentuk fantastis. Karya-karya ini dilengkapi dengan karya puisi audiovisual yang mengharukan dan mengalir—semuanya terinspirasi oleh tema paradoks koleksi BOSS Musim Semi/Panas 2026. Karya-karya seni ini mulai hadir di ruang digital pada 22 September, menjadi pembuka acara, dan memicu percakapan seputar visi kreatif dan estetikanya.

 PLATFORM PENUH BINTANG DAN BARIS DEPAN

Peragaan busana BOSS Musim Semi/Panas 2026 dipersembahkan di hadapan lebih dari 600 tamu, termasuk duta merek David Beckham, Aaron Pierre, Ishaan Khatter, dan Khaby Lame. Beragam talenta dari seluruh spektrum kreatif hadir di barisan depan, termasuk Meghann Fahy, Corey Mylchreest, Belinda Peregrín, Rudy Pankow, Maisa, Hande Erçel, Mew Suppasit, Josh Heuston, Chloe Bailey, Steven Zhang, Tia Ray, Cleo, Anttónia, Leony, Óscar Casas, Karim Fahmy, Dania Farag Elbanawy, Nassim Lyes, Biondo, Jakub Strach, dan Maciej Musiał. Para talenta olahraga, termasuk duta merek BOSS, Alica Schmidt, Mats Hummels, dan Yusra Mardini, juga menghiasi barisan depan acara.

Kurator Neville Wakefield, seniman Ludovic Nkoth, kolektor Karen Boros, seniman Conie Vallese, fotografer Ryan McGingley, penari Francesco Mariottini, fotografer sekaligus seniman Lea Colombo, dan seniman Eliza Douglas semuanya tampil di panggung peragaan busana, semakin mempererat hubungan peragaan busana ini dengan dunia seni. Model dan bintang kampanye BOSS terbaru, Amelia Gray, dan kreator konten Lena Mantler juga turut melenggang di peragaan busana. Duta merek dan superstar K-pop ternama dunia, S.COUPS, menutup peragaan busana dengan perjalanan yang kuat dan tak terlupakan di panggung peragaan busana BOSS, yang sangat mengejutkan sekaligus menggembirakan para penggemar.

Daya tarik daring yang berdampak besar dicapai dalam skala global dengan melibatkan kreator konten sosial populer, termasuk Alexis Stone, Fai Khadra, Noah Beck, Cheng Cheng Fan, dan Antoni Porowski.