Cucu Donald Trump, Kai Trump, Jual Sweater $130, Kontroversi Foto Gedung Putih

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, nama Kai Trump kini menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Cucu perempuan Donald Trump ini baru saja meluncurkan lini pakaiannya sendiri. Peluncuran ini berfokus pada penjualan sweatshirt atau kaus lengan panjang yang menarik perhatian publik.

Produk fashion ini segera menuai pro dan kontra, terutama karena strategi promosinya yang dinilai kontroversial. Berbagai pihak menyoroti harga jual yang mencapai $130 per buah serta lokasi pemotretan yang tidak biasa.

Koleksi ini, yang disebut-sebut sebagai “mimpi yang sudah lama saya miliki” oleh Kai Trump sendiri, kini menjadi topik diskusi. Publik mempertanyakan etika di balik pemanfaatan nama besar keluarga dan fasilitas negara untuk kepentingan komersial.

Kai Trump, putri dari Donald Trump Jr. dan Vanessa Haydon, yang kini berusia 18 tahun, meluncurkan koleksi sweatshirt eksklusif. Desainnya menampilkan inisialnya “KT” serta tanda tangan pribadinya. Beberapa model juga menyertakan nama “KAI” yang tersemat di bagian belakang leher, memberikan sentuhan personal pada setiap produk.

Sweatshirt ini tersedia dalam tiga pilihan warna klasik: biru tua, putih, dan hitam. Pembeli dapat memilih antara siluet wanita yang lebih kotak atau potongan “unisex” yang lebih ramping. Pilihan ini menawarkan fleksibilitas gaya bagi para penggemar fashion.

Namun, harga jual setiap sweatshirt sebesar $130 atau sekitar Rp2,1 juta menjadi salah satu poin kritik utama. Banyak pihak menilai harga tersebut terlalu tinggi, terutama mengingat kontroversi seputar produksi dan promosi. Kai Trump sendiri menyatakan koleksi ini bukan hanya merchandise, melainkan “pokok yang bisa Anda kenakan di mana saja”.

Promosi lini pakaian Kai Trump segera memicu gelombang kritik. Foto-foto promosi sweatshirt ini diambil di depan Gedung Putih, sebuah properti milik pembayar pajak. Penggunaan lokasi ini dianggap tidak etis untuk tujuan komersial, menimbulkan pertanyaan tentang batas antara kepentingan pribadi dan publik.

Kai Trump juga terlihat mengenakan sweatshirt tersebut saat bepergian dengan kakeknya, Donald Trump, termasuk saat menuju Ryder Cup. Gerakan sederhana seperti memasukkan tangan ke saku sweater saat melambaikan tangan di depan umum, dianggap sebagai strategi pencitraan untuk menonjolkan produknya. Ini memperkuat pandangan bahwa kehadirannya di panggung publik tidak hanya sebatas mendampingi kakeknya, tetapi juga menjadi ajang promosi terselubung.

Kontroversi lain muncul terkait kemiripan logo “KT” pada sweatshirt Kai Trump. Logo ini dibandingkan dengan logo “TK” yang digunakan oleh bintang NFL Travis Kelce untuk lini pakaiannya “Tru Kolors” dengan American Eagle. Banyak komentator di media sosial menuduh Kai Trump meniru desain logo Kelce, menambah daftar kritik terhadap peluncuran ini.

Model bisnis Kai Trump juga tidak luput dari sorotan. Pelanggan dikenakan biaya di muka untuk barang yang belum diproduksi, menimbulkan pertanyaan tentang waktu pengiriman dan transparansi. Kurangnya informasi mengenai lokasi produksi sweatshirt juga menjadi perdebatan. Awalnya, produk diluncurkan tanpa label negara asal, memicu spekulasi produksi di Tiongkok. Meskipun label “Made in USA” kemudian ditambahkan, isu ini terlanjur menjadi perdebatan publik.

Warga internet dan komentator media ramai mengecam keluarga Trump karena dianggap berulang kali memanfaatkan status politik mereka demi keuntungan komersial. Kritik ini menyoroti perdebatan tentang etika pemanfaatan nama besar politik untuk menggerakkan usaha komersial. Sejarah panjang keterkaitan bisnis dan politik dalam keluarga Trump menambah bobot kontroversi ini.

Putra-putra Donald Trump, Donald Jr. dan Eric, dilaporkan pernah mengambil keuntungan dari koin meme yang mengusung nama orang tua mereka. Ivanka Trump juga pernah menjalankan label fashionnya sendiri yang populer, namun ditutup setelah menuai reaksi keras saat ia menjabat sebagai penasihat Gedung Putih. Rangkaian peristiwa ini membuat publik semakin curiga bahwa langkah Kai Trump merupakan kelanjutan dari jejak yang sudah digariskan oleh keluarganya.