Lenzing Rilis TENCEL™ Lyocell - HV100, Serat Premium dengan Tekstur Alami untuk Masa Depan Tekstil Berkelanjutan

Fimela.com, Jakarta Dunia mode dan tekstil kini semakin bergerak ke arah keberlanjutan. Konsumen tidak hanya mencari produk yang indah dipandang, tetapi juga yang selaras dengan nilai ramah lingkungan. Menjawab kebutuhan tersebut, Lenzing Group, produsen terkemuka serat selulosa regeneratif, memperkenalkan TENCEL™ Lyocell - HV100, inovasi terbaru yang menggabungkan estetika alami dengan komitmen pada produksi bertanggung jawab.

Serat terbaru ini dirancang untuk menghadirkan tekstur autentik yang terinspirasi dari serat alami. Melalui teknologi Variocut, Lenzing mampu menciptakan variasi panjang serat secara terkontrol sehingga kain yang dihasilkan memiliki karakter unik dan tampilan yang berbeda dari lyocell konvensional. Kehadiran HV100 menjadi jawaban atas tingginya permintaan pasar terhadap material dengan nuansa natural, sekaligus menjaga kualitas dan keberlanjutan yang sudah lama menjadi identitas Lenzing.

Debut perdana TENCEL™ Lyocell - HV100 akan berlangsung di ajang Kingpins Amsterdam pada 15–16 Oktober 2025. Produk ini pertama kali hadir dalam kategori denim, sebelum nantinya diperluas ke kain tenun fashion maupun tekstil rumah tangga pada 2026.

TENCEL™ Lyocell - HV100 hadir dengan keunggulan utama berupa “ketidaksempurnaan alami”. Panjang serat yang diatur secara presisi menciptakan detail tekstur matte dengan sentuhan lembut, sekaligus tampilan buram yang menonjolkan nuansa autentik khas serat alami. Kain yang tidak terlalu licin saat disentuh, sehingga sangat cocok untuk denim premium.

Berbeda dari bahan sintetis yang sering kali terlihat seragam, HV100 justru memberikan karakter yang unik dan bertekstur. Kain menjadi lebih hidup, dengan ketidakteraturan halus yang justru menghadirkan estetika berbeda. Menariknya, serat ini tetap mempertahankan kenyamanan khas TENCEL™—lembut, breathable, serta mudah diolah tanpa menimbulkan masalah warna saat pencucian maupun efek jatuh kain yang terasa berlebihan.

Solusi Tekstil Berkelanjutan

Selain nilai estetika, TENCEL™ Lyocell - HV100 juga memperkuat komitmen Lenzing pada keberlanjutan. Proses produksinya menggunakan sistem closed-loop yang mampu mengurangi konsumsi air dan emisi karbon hingga 50% lebih rendah dibandingkan lyocell generik. Dengan pemulihan pelarut mencapai lebih dari 99,8%, serat ini juga terbuat dari kayu bersertifikat FSC® atau PEFC, serta dapat terurai secara alami maupun dikomposkan.

“Produk inovatif ini hadir di saat industri menghadapi kesenjangan antara permintaan dan pasokan serat,” ujar Rohit Aggarwal, CEO Lenzing Group. “HV100 menjawab kebutuhan akan estetika alami sekaligus keberlanjutan, sebuah langkah penting dalam mendukung industri tekstil yang lebih bertanggung jawab.”

Walaupun debut di denim, potensi TENCEL™ Lyocell - HV100 jauh lebih luas. Hasil uji coba menunjukkan bahwa serat ini mampu dipadukan dengan TENCEL™ Lyocell standar maupun kapas untuk menghasilkan beragam tekstur dan rasa sentuhan. Dari chino berstruktur hingga perlengkapan rumah yang lembut, HV100 memberi ruang lebih besar bagi para produsen dan desainer untuk berkreasi.

Florian Heubrandner, Vice President Global Business Management Textiles Lenzing, menegaskan “Variasi panjang serat yang terkontrol memberi peluang baru dalam menciptakan kain dengan karakter berbeda. Kami sudah melihat berbagai pendekatan inovatif dari mitra, dan percaya HV100 akan membuka pintu bagi diferensiasi produk di pasar global.” ungkapnya. 

Masa Depan Tekstil yang Autentik dan Bertanggung Jawab

Dengan hadirnya TENCEL™ Lyocell - HV100, Lenzing sekali lagi menunjukkan bagaimana inovasi serat dapat berjalan beriringan dengan komitmen terhadap lingkungan. Bukan hanya sekadar bahan tekstil, HV100 adalah simbol masa depan mode yang lebih sadar, lebih kreatif, dan lebih autentik.

Serat ini akan tampil perdana bersama sekitar 20 mitra pabrik di Kingpins Amsterdam 2025, menawarkan kesempatan bagi industri dan konsumen untuk menjelajahi kemungkinan tanpa batas dalam tekstil berkelanjutan.

Penulis: Siti Nur Arisha