Marah Bukan Sekadar Perasaan, Intip Kinerja Otak Saat Amarah Memuncak!

1 month ago 18

Fimela.com, Jakarta Pernahkah Sahabat Fimela merasa marah hingga tubuh terasa panas, napas memburu, dan pikiran seolah kabur? Emosi ini kerap datang tiba-tiba, seperti badai yang menyerang tanpa aba-aba. Meski sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif, marah adalah bagian alami dari pengalaman manusia. Ia muncul dalam berbagai bentuk dari kesal yang terpendam hingga ledakan emosi yang tak tertahankan. Namun, pernahkah terlintas di benak Sahabat, apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh, khususnya otak, saat kita dilanda amarah?

Rasa marah bukan sekadar emosi yang meledak begitu saja. Di baliknya, ada proses biologis dan neurologis yang kompleks, melibatkan kerja sama antarbagian otak yang jarang kita sadari. Amarah bisa mengaburkan penilaian kita, membuat kita bereaksi secara impulsif, atau bahkan merusak hubungan jika tidak dikelola dengan baik. Namun sebaliknya, marah juga bisa menjadi sinyal penting tentang batasan diri, ketidakadilan, atau kebutuhan yang belum terpenuhi.

Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam bagaimana otak kita merespons saat marah. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kepala kita? Mengapa emosi ini bisa terasa begitu kuat? Dan bagaimana kita bisa lebih memahami—dan mungkin mengendalikan—amarah itu sendiri? Melansir verywellmind.com, berikut adalah penjelasan mengenai apa yang terjadi pada otak kita saat kita sedang marah.

Otak dalam Mode Siaga, Konflik antara Amygdala dan Prefrontal Cortex

Ketika kita marah, dua bagian utama otak berperan penting: amygdala dan prefrontal cortex. Amygdala, bagian dari sistem limbik, bertugas mendeteksi ancaman dan memicu respons emosional cepat. Saat amygdala mengidentifikasi situasi sebagai ancaman, ia mengaktifkan respons "fight-or-flight" untuk melindungi diri. Sementara itu, prefrontal cortex, yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan rasional dan pengendalian diri, mencoba menenangkan dan mengevaluasi situasi secara logis. Namun, amygdala sering kali bereaksi lebih cepat, sehingga respons emosional bisa mendominasi sebelum logika mengambil alih.

Respons "fight-or-flight" yang dipicu oleh amygdala menyebabkan berbagai perubahan fisiologis. Detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan otot menegang. Tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol, mempersiapkan kita untuk menghadapi atau melarikan diri dari ancaman. Perubahan ini dapat membuat kita merasa panas, berkeringat, atau bahkan gemetar saat marah.

Dampak Jangka Panjang: Ketika Amarah Menjadi Kronis

Jika kemarahan terjadi secara berulang atau berkepanjangan, hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Stres kronis akibat kemarahan dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan gangguan kecemasan. Selain itu, sering marah dapat merusak hubungan interpersonal dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Mengelola Amarah: Strategi untuk Menenangkan Diri

Memahami bagaimana otak bereaksi saat marah dapat membantu kita mengembangkan strategi pengelolaan emosi yang efektif. Teknik seperti pernapasan dalam, meditasi, dan latihan kesadaran (mindfulness) dapat membantu menenangkan sistem saraf dan mengaktifkan prefrontal cortex untuk pengambilan keputusan yang lebih rasional. Selain itu, mengenali pemicu kemarahan dan mengembangkan keterampilan komunikasi yang sehat dapat membantu mencegah ledakan emosi di masa depan.

Meningkatkan Ketahanan Emosional

Ketahanan emosional dapat ditingkatkan melalui latihan dan kebiasaan sehari-hari. Aktivitas seperti olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menjaga pola makan sehat dapat membantu menjaga keseimbangan kimia otak. Selain itu, terapi kognitif perilaku (CBT) dan pelatihan pengendalian emosi dapat membantu individu mengenali pola pikir negatif dan mengembangkan respons yang lebih adaptif terhadap situasi yang memicu kemarahan.

Memahami Amarah, Mengelola Diri

Marah adalah bagian dari pengalaman manusia yang tak bisa dihindari, tetapi bisa dikelola. Dengan memahami apa yang terjadi di dalam otak saat emosi ini memuncak, Sahabat Fimela bisa lebih sadar terhadap respons tubuh dan pikiran, serta belajar untuk tidak langsung bertindak secara impulsif. Otak memang dirancang untuk melindungi kita melalui reaksi cepat seperti marah, tapi dengan latihan dan kesadaran diri, kita bisa mengaktifkan bagian otak yang membantu berpikir jernih dan tenang.

Mengelola amarah bukan berarti menekannya, melainkan mengenalinya, memahami akarnya, dan meresponsnya dengan cara yang sehat. Dengan begitu, bukan hanya kesehatan mental yang terjaga, tetapi juga hubungan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Jadi, lain kali ketika amarah datang menyapa, ingatlah: kita selalu punya pilihan untuk merespons dengan bijak.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|