Osaka Metro Hadirkan Merchandise Upcycle, Terbuat dari Bagian Kereta yang Sudah Tak Beroperasi

Fimela.com, Jakarta Di tengah meningkatnya kesadaran akan circular economy, konsep yang menekankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan, industri perkeretaapian Jepang mengambil langkah kreatif. Barang-barang yang dulunya dianggap limbah kini justru dihidupkan kembali lewat sentuhan desain: mulai dari jok bekas yang dijahit menjadi tas, kabel listrik yang diubah jadi alat bantu sepatu, hingga pegangan tangan kereta yang kini berfungsi sebagai gantungan baju.

Langkah ini bukan sekadar bentuk efisiensi, tetapi juga pernyataan bahwa keberlanjutan bisa tampil dalam wujud yang bergaya. Di tangan para pengrajin dan desainer Jepang, benda-benda yang pernah menemani perjalanan ribuan orang kini mendapatkan kehidupan baru, bukan di rel, tapi di tangan para kolektor dan pecinta desain.

Osaka Metro menjadi salah satu perusahaan transportasi yang paling konsisten dalam mengusung semangat upcycle. Lewat proyek “Retired Car Re-use Project”, mereka menghadirkan lini CREATE, yang mengubah bagian-bagian asli kereta yang sudah pensiun menjadi produk bergaya dan fungsional.

Koleksi terbarunya mencakup tote bag (¥3.300) yang menggunakan hand strap asli dari kereta lama, serta pen pouch (¥3.300) yang dibuat dari kain jok kereta Osaka Metro. Setiap produk membawa sedikit nostalgia, potongan kecil dari sejarah transportasi yang kini bisa dibawa ke mana pun.

Semua koleksi dalam seri CREATE tersedia di toko daring resmi Osaka Metro CREATE. Proyek ini menjadi simbol komitmen perusahaan untuk memberi “kehidupan kedua” bagi komponen yang dulunya hanya berakhir di gudang penyimpanan, sekaligus memperkenalkan nilai upcycling kepada masyarakat urban Jepang yang kian sadar akan gaya hidup berkelanjutan.

Inovasi Osaka Metro tak berhenti di sana. Untuk memperluas ide upcycling, mereka menggandeng sejumlah brand Jepang ternama. Bersama Sunward Ltd., lahirlah lini “RAU-RAU-G HAITETSU”, yang menghadirkan produk-produk upcycle seperti ransel dan tas dari bagian interior kereta lama.

Tak hanya itu, Osaka Metro juga berkolaborasi dengan Mizuno, merek olahraga legendaris asal Jepang, untuk menciptakan kursi ergonomis “Le Plié Squat.” Kursi ini dibuat dari kain jok kereta tua dan dirancang agar tetap nyaman serta tahan lama, bukti bahwa inovasi hijau bisa tetap menghadirkan nilai estetika dan fungsionalitas tinggi.

Kolaborasi lintas industri ini menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak harus berhenti pada konsep daur ulang semata, melainkan bisa menjadi bentuk kreativitas yang berakar dari nostalgia dan cinta terhadap transportasi publik.

Fenomena upcycling di Jepang kini berkembang menjadi tren yang melampaui sekadar kepedulian lingkungan. Masyarakat tertarik bukan hanya karena produknya ramah lingkungan, tetapi juga karena cerita di baliknya, bagaimana sesuatu yang dulu dianggap usang bisa diubah menjadi benda bernilai emosional.

Salah satu contohnya datang dari Prefektur Iwate, tempat perusahaan kereta JR East berkolaborasi dengan pengrajin lokal untuk menciptakan teko besi tradisional Nambu Tekki dari rel bekas jalur Kamaishi Line. Meski dijual dengan harga mencapai ¥330.000, teko ini tetap laris di pasaran. Nilai simboliknya tak ternilai: dari baja yang pernah mengantar ribuan perjalanan, kini menjadi benda yang menghangatkan rumah.

nisiatif upcycling seperti yang dilakukan Osaka Metro dan perusahaan kereta lainnya menandai perubahan besar dalam cara industri memandang limbah. Setiap potongan logam, kain, atau komponen teknis kini dilihat bukan sebagai sisa produksi, melainkan sebagai bahan dengan potensi cerita dan fungsi baru.

Selain mengurangi limbah industri, langkah ini juga mempererat hubungan emosional antara masyarakat dan sistem transportasi publik. Setiap produk menjadi pengingat bahwa keberlanjutan tidak harus kaku dan membosankan—ia bisa lahir dari kreativitas, kolaborasi, dan rasa hormat pada masa lalu.

Melalui proyek seperti Retired Car Re-use Project, Osaka Metro membuktikan bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari hal sederhana—dari rel yang tak lagi beroperasi, dari kain jok yang sudah lusuh, hingga gantungan tangan yang telah menempuh ribuan perjalanan.

Kini, benda-benda itu punya makna baru: bukan hanya simbol keberlanjutan, tapi juga wujud penghargaan terhadap desain, sejarah, dan inovasi. Dalam setiap tote bag, ransel, atau teko besi, ada cerita tentang perjalanan, perubahan, dan kesempatan kedua.