Penampilan Cut Meyriska dan Melody Laksani Tampil Modern Dibalut Tenun Baduy

Fimela.com, Jakarta Di balik perbukitan hijau Pegunungan Kendeng, Banten, hidup sebuah masyarakat adat yang hingga kini tetap teguh menjaga tradisinya: Suku Baduy. Komunitas ini terbagi menjadi dua kelompok, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Keduanya dikenal sebagai penjaga alam dan adat istiadat, meski memiliki tingkat keterbukaan berbeda terhadap modernisasi.

Baduy Dalam memilih hidup jauh dari pengaruh luar, sedangkan Baduy Luar sudah mulai menerima sentuhan perubahan tanpa meninggalkan jati diri mereka. Meski berbeda dalam gaya hidup, masyarakat Baduy memiliki kesamaan mendasar: kedekatan dengan alam.

Hampir seluruh penduduknya bertani dan berladang sebagai mata pencaharian pokok. Kehidupan sederhana dan harmoni dengan alam menjadi napas sehari-hari mereka. Namun, ada satu aspek lain yang tidak kalah menarik untuk disimak: peran perempuan Baduy dalam menjaga warisan budaya yang berharga, yaitu tenun.

Sejak usia belia, para perempuan Baduy diajarkan menenun oleh orangtua mereka. Kegiatan ini bukan sekadar keterampilan, tetapi juga sarana melestarikan identitas budaya. Di rumah-rumah panggung sederhana, jemari mereka dengan telaten menyusun benang demi benang hingga tercipta kain khas dengan corak dan motif yang unik.

Motif tenun Baduy dikenal karena tampilannya yang tegas, berpadu dengan ragam warna yang tetap alami dan menawan. Saat dewasa, keterampilan ini bukan hanya simbol kebanggaan, melainkan juga sumber penghasilan bagi keluarga.

Hasil tenun yang dibuat dengan penuh ketelitian sering diburu karena keaslian dan keunikannya. Tak heran jika tenun Baduy kini diakui sebagai salah satu wastra Nusantara yang memiliki nilai seni tinggi dan terus menarik perhatian desainer.

Salah satu desainer yang menjadikan tenun Baduy sebagai inspirasi karya modern adalah Yanti Adeni. Dalam koleksi bertajuk “Enchanting Baduy”, Yanti mengangkat kain tradisi ini menjadi busana siap pakai yang elegan dan relevan dengan gaya hidup perempuan masa kini. Ia memadukan kekhasan motif tenun Baduy dengan sentuhan modern, menciptakan harmoni antara tradisi dan tren mode.

Dalam koleksi ini, Yanti menampilkan sepuluh look yang mewakili beragam aktivitas perempuan modern. Setiap rancangan dirancang agar bisa digunakan dalam situasi yang berbeda, mulai dari suasana formal hingga acara glamor.

"Dua look pertama menghadirkan blazer elegan yang dapat menjadi inspirasi busana kerja (office style). Potongan rapi dan material tenun Baduy menghadirkan kesan profesional sekaligus unik, cocok untuk perempuan yang ingin tampil beda di tempat kerja," ujar Yanti.

Dua look berikutnya menyajikan busana kasual stylish untuk arisan, hangout, hingga liburan. Perpaduan rok A-line, blouse longgar, dan rompi panjang menghadirkan kesan santai namun tetap chic.

"Aku juga menghadirkan dua look busana pesta bernuansa nasional seperti kebaya dan baju kurung Melayu. Keduanya dirancang dengan detail yang halus dan tetap menonjolkan motif tenun Baduy sehingga menghadirkan nuansa anggun sekaligus autentik. Untuk mereka yang ingin tampil lebih feminin, ada dua look dress dengan potongan A-line yang colourful dan memancarkan keceriaan tanpa meninggalkan sentuhan elegan," jelas Yanti.

Sebagai penutup, dua look terakhir dibuat untuk acara-acara besar seperti event televisi, photoshoot, hingga Meet Gala. Look ini dirancang lebih “grande”, menampilkan sisi glamor tenun Baduy yang dikombinasikan dengan bahan modern dan detail mewah. Karya ini menunjukkan bahwa kain tradisi pun dapat tampil megah di panggung mode internasional.

Dalam koleksi ini, material utama tentu didominasi oleh tenun Baduy. Namun Yanti memadukannya dengan bahan-bahan lain seperti tile, satin silk, lace, dan chiffon untuk memberikan tekstur dan dimensi berbeda. Setiap busana juga dilengkapi ornamen handmade berupa bordir dan payet minimalis yang dikerjakan secara teliti. Sentuhan detail ini memperkuat kesan eksklusif sekaligus mempercantik tampilan akhir setiap rancangan.

Transformasi tenun Baduy menjadi busana modern juga mencerminkan perjalanan masyarakat adat itu sendiri. Meski hidup sederhana, mereka memiliki warisan budaya yang kaya dan tak lekang waktu. 

Bagi perempuan modern, busana berbahan tenun Baduy bukan sekadar pakaian, tetapi juga pernyataan gaya dan identitas. Memakai kain ini berarti turut mendukung pelestarian budaya sekaligus menunjukkan bahwa tradisi dan tren bisa berjalan berdampingan. Seperti Cut Meyriska dan Melody Laksani yang telah mengenakan rancangan Yanti Adeni ketika keduanya menjadi muse di acara fashion show.

Cut Meyriska tampil mengenakan pakaian dengan gaya layering dengan nuansa warna coral salur hitam. Ia tampil mengenakan dress coral lengan puff yang memiliki aksen apron tenun Baduy dan dihiasi tali panjang.

Bagian lengan juga memiliki aksen tulle hitam senada dengan rok panjangnya. Melengkapi tampilannya dengan kerudung coral polos.

Sementara itu, Melody mengenakan atasan model lengan panjang dengan tenun Baduy sebagai bahan dasar kainnya. Atasan tersebut memiliki aksen dasi motif senada serta bordiran hijau motif bunga.

Bagian rok panjang polos warna coklat senada dengan kerudungnya. Meski mengenakan kain tradisional namun penampilannya tetap terlihat modern.