ringkasan
- Shrekking adalah tren kencan di mana seseorang berkencan dengan individu yang dianggap di bawah standarnya, terutama penampilan fisik, dengan harapan perlakuan yang lebih baik.
- Tren ini didasari asumsi keliru bahwa daya tarik fisik berbanding terbalik dengan kualitas perlakuan, yang seringkali berujung pada kekecewaan atau “di-Shrekked”.
- Para ahli menyarankan untuk fokus pada kompatibilitas emosional dan nilai bersama daripada penampilan fisik demi membangun hubungan yang sehat.
Fimela.com, Jakarta Dunia kencan modern terus berevolusi dengan munculnya berbagai istilah dan tren baru, salah satunya adalah “Shrekking”. Tren ini, yang namanya terinspirasi dari film animasi populer Shrek, telah menarik perhatian di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di kalangan Sahabat Fimela.
Secara sederhana, shrekking adalah strategi kencan di mana seseorang secara sengaja memilih untuk berkencan dengan individu yang mereka anggap kurang menarik secara fisik atau berada di bawah “liga” mereka. Motivasi di balik tindakan ini adalah keyakinan bahwa pasangan yang dianggap “kurang” ini akan lebih menghargai hubungan dan cenderung memperlakukan mereka dengan lebih baik, sehingga mengurangi risiko patah hati atau kekecewaan.
Konsep ini mengacu pada kisah Putri Fiona yang menemukan kebahagiaan dengan ogre Shrek, meskipun Shrek tidak memenuhi standar “pangeran tampan” pada umumnya. Namun, di balik namanya yang terkesan lucu, “Shrekking” membawa implikasi yang kompleks dan seringkali berisiko dalam hubungan romantis.
Mengenal Lebih Dekat Apa Itu Shrekking
Inti dari tren shrekking adalah memilih pasangan yang secara fisik atau status sosial dianggap kurang menarik dibandingkan diri sendiri. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perlakuan yang lebih baik, karena ada asumsi bahwa pasangan yang “kurang” ini akan lebih menghargai dan tidak akan menyakiti.
Menurut Jagran.com, “Shrekking berarti berkencan dengan seseorang yang tidak Anda sukai, berharap mereka akan memperlakukan Anda lebih baik sebagai balasannya.” Ini menunjukkan adanya motivasi pragmatis di balik pilihan pasangan, bukan murni ketertarikan.
Istilah ini juga memiliki varian “di-Shrekked” (to get Shrekked). Ini berarti seseorang yang mencoba strategi “Shrekking” ini justru berakhir kecewa, patah hati, atau disakiti oleh pasangan yang mereka anggap “di bawah standar” tersebut. Hal ini membuktikan bahwa asumsi awal mereka seringkali salah.
Nama “Shrekking” memang diambil dari film Shrek karena hubungan antara Shrek dan Putri Fiona. Namun, para ahli menekankan bahwa meskipun kisah Shrek berakhir bahagia, realitas “Shrekking” dalam kencan modern seringkali tidak demikian.
Mengapa Tren Shrekking Adalah Pilihan yang Berisiko?
Meskipun niatnya mungkin untuk mencari hubungan yang lebih stabil dan terhindar dari kekecewaan, para ahli kencan dan sosiolog sangat memperingatkan terhadap tren “Shrekking” karena beberapa alasan mendasar. Pendekatan ini menciptakan ketidakseimbangan kekuatan dan dapat merusak fondasi hubungan yang sehat.
Salah satu risiko utama shrekking adalah asumsi yang keliru. Tren ini didasarkan pada asumsi bahwa daya tarik fisik berbanding terbalik dengan kualitas perlakuan. Artinya, semakin “tidak menarik” seseorang, semakin baik mereka akan memperlakukan pasangannya. Namun, ini adalah pandangan yang sangat bermasalah.
Amy Chan, seorang pelatih kencan, menjelaskan kepada Primetimer.com, “Di mana itu menjadi bumerang adalah ketika seseorang berasumsi bahwa hanya karena mereka berkencan ‘ke bawah’ dalam penampilan, mereka otomatis akan diperlakukan lebih baik.” Seseorang yang berperilaku buruk akan tetap berperilaku buruk, terlepas dari penampilan mereka.
Ironisnya, banyak yang mencoba “Shrekking” justru berakhir “di-Shrekked”, yaitu mereka tetap disakiti atau dikecewakan oleh pasangan yang mereka anggap “inferior”. Ini membuktikan bahwa penampilan tidak menjamin karakter atau perlakuan baik, dan dapat menghambat pertumbuhan seseorang dalam mencari koneksi sejati.
Membangun Hubungan Sehat di Era Shrekking
Alih-alih berfokus pada penampilan atau “menurunkan standar”, para ahli menyarankan untuk memprioritaskan kompatibilitas emosional, nilai-nilai bersama, dan ketersediaan emosional. Ini adalah fondasi penting untuk hubungan yang langgeng dan memuaskan bagi Sahabat Fimela.
Amy Chan menyarankan bahwa tujuan bagi mereka yang telah “di-Shrekked” bukanlah untuk kembali hanya berkencan dengan orang yang menarik secara konvensional. Namun, lebih kepada mengembangkan keterampilan penilaian karakter, nilai, dan ketersediaan emosional, terlepas dari “kemasan” mereka.
Ketertarikan fisik memang penting, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya prediktor perlakuan baik atau dasar sebuah hubungan. Membangun koneksi yang tulus membutuhkan lebih dari sekadar penampilan, melainkan pemahaman dan penghargaan terhadap kepribadian seutuhnya.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.
LifestyleInspirasi Sukses Berkarya Sebelum 30, NEU MEN Hadirkan Wastra Indonesia bersama Shopee
Setiap koleksi dirancang dengan memadukan kekayaan budaya Indonesia dan sentuhan modern, sehingga dapat diterima oleh berbagai generasi.
LifestyleTips Menjaga Barang di Rumah Tetap Awet Tanpa Jamur saat Cuaca Lembab
Jaga barang di rumah bebas dari jamur saat cuaca lembab dengan cara-cara berikut.
LifestyleJajan Pakai QRIS ShopeePay Serba Rp1.000 & Rp9.000, Cek Promo ShopeePay 16 Agustus - 14 September 2025 Selengkapnya!
Promo menarik ini bisa dinikmati di banyak merchant populer QRIS ShopeePay, di antaranya Alfamart, Indomaret, HokBen, D’Crepes, Mie Gacoan, Mister Donut, Point Coffee, Solaria, Yoshinoya, dan masih banyak lagi.
LifestyleStorm Breaker, 7 Zodiak yang Bisa Bangkit Kembali setelah Terpuruk
Storm Breaker adalah sebutan bagi pribadi tangguh yang mampu bangkit setelah terpuruk. Versi Fimela kali ini menghadirkan 7 zodiak yang dikenal memiliki daya juang luar biasa untuk menjadikan keterpurukan sebagai tantangan sekaligus batu loncatan menuju hidup yang lebih kuat.