Terungkap! Sifat Tonedeaf Adalah Amusia, Gangguan Musik Bawaan yang Unik

11 hours ago 5

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah Anda mendengar seseorang disebut "tonedeaf" atau bahkan merasa diri Anda demikian? Istilah ini seringkali disalahpahami sebagai sekadar ketidakmampuan bernyanyi. Padahal, sifat tonedeaf adalah kondisi neurologis kompleks yang jauh lebih dalam dari itu.

Kondisi ini secara medis dikenal sebagai amusia, yakni gangguan kognitif yang memengaruhi persepsi nada dan kemampuan memproses musik. Ini bukan tentang seberapa baik seseorang bisa menyanyikan lagu, melainkan tentang bagaimana otak mereka memproses informasi musikal.

Memahami amusia akan membuka wawasan baru tentang keragaman cara otak manusia bekerja. Mari kita selami lebih jauh apa sebenarnya amusia ini dan bagaimana dampaknya dalam kehidupan sehari-hari individu yang mengalaminya.

Mengenal Amusia: Gangguan Persepsi Musik yang Unik

Amusia adalah gangguan musik yang terutama muncul sebagai cacat dalam memproses nada atau pitch. Namun, kondisi ini juga mencakup masalah memori dan pengenalan musik. Istilah "tonedeafness" atau "tune deafness" merupakan nama populer untuk amusia.

Orang yang mengalami amusia tidak dapat secara akurat membedakan perbedaan nada musik. Meskipun memiliki pendengaran yang normal, individu dengan amusia tidak mampu mengenali melodi familiar atau mendeteksi nada yang salah atau sumbang. Beberapa bahkan menganggap musik sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan atau mengganggu.

Gangguan pemrosesan pendengaran ini membuat pendengaran internal individu tidak memiliki kemampuan untuk mengenali kapan nada mereka menyimpang dari nada yang diinginkan. Ini berarti mereka kesulitan menyanyikan lagu dengan nada yang tepat, bukan karena malas berlatih, melainkan karena otak mereka memproses suara secara berbeda.

Dua Jenis Amusia: Bawaan Sejak Lahir atau Didapat Kemudian

Amusia umumnya diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu amusia kongenital dan amusia akuisita. Kedua jenis ini memiliki karakteristik dan penyebab yang berbeda, namun sama-sama memengaruhi kemampuan seseorang dalam memproses musik.

Amusia kongenital, yang juga dikenal sebagai "tonedeafness" atau "tuli nada", adalah disabilitas musik yang tidak dapat dijelaskan oleh lesi otak sebelumnya, gangguan pendengaran, atau cacat kognitif lainnya. Kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik dan sudah ada sejak lahir, berlangsung seumur hidup. Prevalensi amusia kongenital diperkirakan sekitar 1,5% hingga 4% dari populasi umum, dan individu yang mengalaminya seringkali memiliki keterampilan intelektual serta bahasa yang normal. Penelitian menunjukkan bahwa amusia kongenital dapat diturunkan dalam keluarga.

Sementara itu, amusia akuisita adalah disabilitas musik yang memiliki karakteristik serupa, tetapi terjadi sebagai akibat dari kerusakan otak. Kondisi ini lebih umum daripada amusia kongenital dan dapat disebabkan oleh cedera otak, seperti stroke atau trauma. Gejala amusia akuisita sangat bervariasi, tergantung pada lokasi dan sifat lesi. Kerusakan otak dapat memengaruhi kemampuan bernyanyi, memainkan instrumen, atau bahkan membaca serta menulis musik.

Gejala, Penyebab Neurologis, dan Dampak Sosial Amusia

Gejala amusia dapat dikategorikan sebagai reseptif, klinis, atau campuran. Gejala reseptif meliputi ketidakmampuan mengenali melodi familiar, kehilangan kemampuan membaca notasi musik, dan ketidakmampuan mendeteksi nada yang salah. Dalam kasus yang parah, musik bahkan bisa terasa menyakitkan. Gejala klinis atau ekspresif mencakup kehilangan kemampuan bernyanyi, menulis notasi musik, atau memainkan instrumen.

Amusia disebabkan oleh pemahaman dan penerjemahan sinyal yang tidak memadai yang dikirim ke telinga, akibat cacat anatomi dan fungsional di otak. Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa pada orang tonedeaf, terdapat lebih sedikit koneksi saraf antara daerah frontal dan temporal otak. Girus frontal kanan, tempat pemikiran tingkat tinggi, dan lobus temporal kanan, tempat pemrosesan suara, memiliki koneksi yang lebih lemah karena materi putih yang lebih tipis.

Kondisi ini memiliki dampak sosial dan emosional yang signifikan. Individu dengan amusia mungkin menganggap musik sebagai kebisingan dan merasa terganggu, yang dapat menyulitkan mereka dalam situasi sosial yang melibatkan musik. Di negara-negara dengan bahasa tonal, amusia bahkan dapat memengaruhi kemampuan berbicara dan memahami bahasa, menambah kompleksitas dampak sosialnya.

Diagnosis dan Potensi Peningkatan Kondisi Amusia

Banyak orang yang mengalami amusia tidak menyadari kondisi mereka. Diagnosis seringkali sulit dicapai tanpa pemeriksaan khusus, terutama jika tidak disertai gangguan neurologis atau neuropsikologis lainnya. Amusia dapat diuji menggunakan berbagai alat investigasi, seperti Montreal Battery for Evaluation of Amusia (MBEA), yang menilai enam komponen pembuatan musik: skala, kontur, interval, ritme, meter, dan memori musik.

Sayangnya, tidak ada obat yang diketahui untuk amusia sejati, di mana amusia merupakan defisit kognitif. Individu yang benar-benar tonedeaf tidak akan pernah bisa belajar membedakan nada dan menyanyikan melodi lagu dengan benar. Namun, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar "ketidakmampuan bernyanyi" yang persisten dapat disembuhkan dengan pelatihan telinga dan instruksi teknik vokal.

Bagi mereka yang tidak benar-benar tonedeaf, pelatihan telinga dapat membantu meningkatkan kemampuan mengenali nada yang berbeda. Latihan bernyanyi secara teratur, dimulai dengan melodi sederhana dan secara bertahap beralih ke komposisi yang lebih rumit, dapat mengembangkan pemahaman nada yang lebih baik. Audiolog juga dapat merekomendasikan pelatihan pendengaran eksplisit untuk mendeteksi perubahan frekuensi dan durasi relatif.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|