Fimela.com, Jakarta Di tengah ritme kota yang tiada henti—lampu merah yang selalu tergesa, notifikasi ponsel yang tak henti berbunyi, serta kesibukan yang terus menuntut fokus—ada sekelompok orang yang memilih diam, duduk, membuka buku, dan menyeruput secangkir kopi. Bukan untuk melarikan diri, tapi untuk menemukan kembali apa yang sering hilang: ketenangan, makna, dan koneksi humanis. Membaca buku sambil menikmati kopi di sudut kafe atau toko buku kini tak lagi hanya dianggap sebagai aktivitas intelektual semata. Ia telah menjelma menjadi gaya hidup urban yang sarat makna—sebuah bentuk kontemplasi modern di tengah hingar bingar kehidupan kota.
Namun ada sesuatu yang lebih mendalam di balik fenomena ini. Aktivitas ini menyentuh satu konsep sosial penting yang diperkenalkan oleh sosiolog Ray Oldenburg: third place atau tempat ketiga. Tempat yang dimaksud ini bukan rumah, bukan pula tempat kerja, tetapi sebuah ruang netral di mana orang-orang bisa berkumpul secara santai, setara, dan tanpa tekanan. Di sanalah terjadi percakapan, tawa, ide-ide besar, dan hubungan yang terbentuk secara autentik. Tempat ini adalah ruang nyaman bagi komunitas, dan kini, ia bersatu dengan dunia literasi.
Literasi sebagai Gaya Hidup yang Modern
Buku dan kopi bukan hanya simbol ketenangan; keduanya menciptakan suasana yang mengundang refleksi. Di tengah lalu lintas kota yang padat dan ruangan kerja yang kian tak humanis, membaca menjadi semacam “perlawanan sunyi”.
Duduk di sudut ruangan, membuka halaman demi halaman, adalah bentuk pelarian yang tidak menjauhkan, tapi justru mendekatkan, kepada diri sendiri, kepada pikiran yang terlupa, dan kadang, kepada orang asing yang duduk tak jauh dari kita, melakukan hal yang sama.
Gaya hidup ini tidak eksklusif. Siapa pun bisa memulainya. Tidak perlu perpustakaan besar atau kafe mahal. Yang dibutuhkan hanyalah ruang yang mendukung: nyaman, terbuka, dan hangat, baik secara atmosfer maupun secara sosial. Di sinilah konsep third place menemukan bentuknya yang paling relevan bagi masyarakat urban hari ini.
Literasi sebagai Kekuatan Ruang Publik
Berbagai kota di dunia telah lebih dulu menyadari potensi literasi sebagai kekuatan ruang publik. Kimbocho, distrik di Tokyo, dikenal dengan ratusan toko buku antik yang berjejer rapi di sepanjang jalan.
Sementara di Inggris, Hay-on-Wye telah menjelma menjadi "kota buku" dengan festival literasi yang menyatukan pembaca dari seluruh dunia. Powell’s Books di Portland, Amerika Serikat, bukan hanya toko buku, melainkan pusat komunitas dan diskusi publik.
Kota-kota ini bukan hanya menyediakan buku dan kopi. Mereka membangun atmosfer, menghidupkan interaksi, dan menanamkan semangat kolektif yang memberi makna baru pada ruang-ruang publik.
Di Indonesia: Ketika Rak Buku dan Meja Kopi Menyatukan Jiwa
Fenomena serupa mulai tumbuh di Indonesia. Di tengah padatnya mall dan menjamurnya kafe komersial, muncul ruang-ruang yang secara sadar menggabungkan literasi, suasana estetik, dan kehangatan sosial.
Gramedia Makarya dan Gramedia Jalma hadir bukan sekadar sebagai toko buku, tapi juga sebagai tempat berkreasi, berdiskusi, dan bersantai. Suasana yang dihadirkan bukan seperti toko ritel biasa, melainkan seperti ruang tamu bersama, tempat setiap orang bisa merasa memiliki.
Toko-toko buku independen juga memainkan peran penting dalam membentuk third place literasi di Indonesia. Sebut saja Mojok Store yang menyatukan buku dan obrolan santai; Solusi Buku yang kerap menyelenggarakan diskusi literasi dan bedah buku; Buku Akik yang menyuguhkan pengalaman belanja buku dalam suasana yang intim; hingga Melek Huruf yang memberikan ruang aman bagi komunitas untuk bertumbuh bersama lewat wacana.
Tak hanya itu, OPPO Experience Store di Pacific Place menghadirkan pendekatan unik. Sebagai toko smartphone, ia tak hanya menjual teknologi, tetapi juga menghadirkan kafe bergaya perpustakaan dengan koleksi buku yang bisa dibaca di tempat. Ini adalah bukti bahwa third place bisa hadir di mana saja, bahkan di tengah ruang komersial, selama nilai-nilainya dijaga: kenyamanan, kebebasan berekspresi, dan suasana inklusif.
Estetika yang Menghidupkan Komunitas
Apa yang membuat third place begitu magis bukan hanya fungsinya sebagai ruang, tetapi atmosfer yang tercipta. Cahaya lembut, furnitur kayu, rak-rak buku yang terbuka, aroma kopi yang menyapa sejak langkah pertama masuk, semuanya menciptakan perasaan diterima.
Di ruang seperti ini, percakapan bisa lahir dari kebetulan. Seorang pembaca menyapa pembaca lain, satu komentar kecil bisa memulai diskusi panjang tentang buku, politik, atau kehidupan.
Tidak ada tekanan untuk tampil atau bersaing. Yang hadir hanyalah kehangatan, saling menghargai, dan dorongan untuk tumbuh bersama. Di sinilah komunitas lahir, bukan dari keharusan, tapi dari kesamaan niat dan suasana hati.
Membaca sebagai Perjalanan Jiwa
Di tengah semua itu, membaca di third place menjadi lebih dari sekadar aktivitas, melainkan menjadi bentuk meditasi ringan, semacam pengembaraan batin tanpa harus beranjak jauh. Di setiap halaman yang dibaca, seseorang bisa menemukan dirinya kembali.
Di sela hiruk-pikuk, membaca menjadi jalan sunyi untuk kembali jujur pada perasaan, merefleksi pengalaman, dan memaknai hidup dengan cara yang sederhana tapi dalam.
Itulah kekuatan literasi yang hidup di third place: ia tak hanya mengisi pikiran, tetapi juga menyejukkan jiwa. Dan ketika dilakukan bersama, di ruang yang saling menerima, ia juga memperkuat ikatan sosial yang otentik.
Di era yang serba cepat, serba daring, dan serba instan, third place menawarkan sesuatu yang langka: ruang untuk pelan-pelan merasa. Ruang untuk mengenal orang lain tanpa basa-basi, untuk berbicara tanpa takut dihakimi, dan untuk membaca tanpa harus dikejar waktu.
Literasi yang hidup bukanlah literasi yang hanya dibaca, tapi yang dirasakan bersama. Dan third place, entah itu kafe, toko buku, perpustakaan, atau bahkan toko teknologi, adalah fondasi penting bagi masa depan masyarakat yang lebih humanis.
Karena di balik secangkir kopi dan satu halaman buku, ada kemungkinan tak terbatas untuk memahami dunia… dan diri kita sendiri.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.