Co-Housing: Tren Hunian di Tengah Kota saat Harga Rumah Kian Sulit Dijangkau

1 week ago 1

Fimela.com, Jakarta Zara seorang Gen Z setiap harinya melaju dari pinggiran Bekasi menuju Jakarta Pusat untuk bekerja. Impian membeli rumah di pusat kota Jakarta atau minimal dekat dengan tempat kerjanya semakin jauh dari angan, ketika harga rumah semakin tidak terjangkau.

Harga properti makin melambung, sementara gaji sering kali tidak sebanding dengan kecepatan kenaikan harga rumah. Kalau dulu ratusan juta masih bisa dapat rumah mungil di kawasan strategis, sekarang nominal itu hanya cukup buat rumah di pinggiran atau jauh dari pusat kota. 

Dengan keresahan ini, munculah konsep co-housing sebagai solusi baru yang layak dipertimbangkan.

Apa Itu Co-Housing?

Co-housing adalah konsep hunian kolaboratif di mana beberapa orang berbagi ruang dan fasilitas bersama, tapi tetap memiliki unit pribadi. Jadi kamu bisa punya privasi, sekaligus mendapat keuntungan tinggal dalam komunitas. Bentuknya bisa berupa flat, rumah susun, atau kawasan dengan fasilitas bersama yang diatur untuk dipakai bersama..

Konsep ini sebenarnya bukan hal baru di dunia, tapi sekarang mulai terasa relevan untuk diterapkan di Indonesia. Alasannya jelas: harga tanah semakin mahal, lahan di kota semakin sempit, sementara kebutuhan akan tempat tinggal nyaman dan terjangkau terus meningkat.

Apalagi dengan lokasi yang tersentralisasi di pusat kota saja. Jadi, konsep co-housing semakin relevan.

Alasan Co-Housing Cocok di Indonesia

Hal yang menarik dari co-housing ini semakin cocok dengan karakter masyarakat Indonesia. Nilai dari co-housing adalah kolaborasi. Tinggal di hunian bersama membuatmu saling membantu, berbagi fasilitas, dan merasakan ikatan sosial yang mungkin sulit kamu temukan kalau tinggal di apartemen mewah yang serba individualis.

Selain itu, modal sosial masyarakat Indonesia juga kuat. Kebiasaan ngobrol bersama tetangga, saling bantu ketika ada acara, sampai urunan buat fasilitas bersama sudah jadi hal biasa. Jadi, bukan mustahil kalau co-housing bisa berkembang lebih besar di sini.

Flat Menteng sebagai Contoh Co-Housing Populer

Salah satu contoh nyata co-housing yang sukses di Jakarta adalah Flat Menteng. Ide ini datang dari Marco Kusumawijaya, seorang arsitek sekaligus aktivis. Flat Menteng dirancang sebagai hunian kolaboratif yang memungkinkan orang dengan modal kurang dari Rp1 miliar bisa tinggal di kawasan elite Jakarta. Bayangkan saja, dengan harga segitu, kamu bisa memiliki hunian yang lokasinya strategis.

Dari Flat Menteng, kamu bisa jalan kaki ke stasiun KRL, MRT, dan halte TransJakarta. Jadi, akses transportasi umum super gampang. Buat kamu yang sehari-hari kerja atau kuliah di pusat kota, ini jelas jadi keuntungan besar karena kamu tidak perlu buang waktu berjam-jam di jalan.

Selain soal lokasi, Flat Menteng juga dirancang untuk memberi rasa kebersamaan. Fasilitas yang bisa dipakai bareng bikin biaya perawatan jadi lebih efisien, sekaligus menumbuhkan interaksi sosial antar-penghuni.

Kenapa Co-Housing Mulai Populer?

Ada beberapa alasan kenapa co-housing mulai dilirik banyak orang, terutama generasi muda:

Efisiensi Biaya Hidup

Tinggal di co-housing bisa memangkas banyak biaya. Kamu nggak perlu keluar uang besar buat beli tanah atau rumah individu di tengah kota. Selain itu, biaya perawatan bisa ditanggung bersama, jadi terasa lebih ringan.

Mengurangi Rasa Kesepian

Hidup di kota besar sering bikin orang merasa kesepian. Ritme kerja yang padat ditambah interaksi sosial yang minim bisa bikin kamu merasa terisolasi. Dengan co-housing, ada kesempatan lebih besar buat bersosialisasi, ngobrol sama tetangga, bahkan saling dukung.

Mendorong Gotong Royong

Konsep ini bikin penghuni terbiasa bekerja sama. Misalnya, bikin acara bersama, urunan buat fasilitas, atau sekadar bantuin tetangga pindahan. Hal kecil seperti itu bisa memperkuat rasa kebersamaan.

Ramah Lingkungan

Banyak co-housing dirancang dengan konsep berkelanjutan. Misalnya penggunaan energi terbarukan, sistem daur ulang, atau ruang hijau bersama. Jadi kamu nggak cuma hemat biaya, tapi juga ikut berkontribusi menjaga bumi.

Gaya Hidup Praktis dan Kolaboratif

Gen Z dan milenial identik dengan gaya hidup yang praktis. Mereka lebih suka berbagi (sharing economy) daripada harus punya segalanya sendiri. Co-housing pas banget karena menawarkan kemudahan, akses cepat ke transportasi umum, dan ruang untuk kolaborasi.

Cocok Buat Kamu yang Cari Hunian Strategis

Kalau kamu merasa harga rumah di kota bikin pusing, co-housing bisa jadi alternatif realistis. Kamu tetap bisa tinggal di lokasi yang strategis tanpa harus mengeluarkan uang miliaran. Plus, kamu bisa menikmati manfaat sosial dan lingkungan yang biasanya nggak kamu dapatkan kalau tinggal sendirian.

Bagi Gen Z, co-housing juga menjawab kebutuhan gaya hidup modern. Kamu bisa kerja dari rumah (WFH) sambil tetap punya kesempatan interaksi sosial. Kamu juga bisa ikut komunitas kecil dalam hunian, yang mungkin bisa jadi wadah kolaborasi kerja, hobi, atau bahkan usaha bersama.

Tantangan Co-Housing

Meski terdengar menarik, tentu ada tantangan dalam penerapan co-housing di Indonesia. Salah satunya soal pengelolaan. Tinggal bersama orang dengan latar belakang berbeda pasti butuh aturan jelas. Jika tidak ada manajemen yang baik, bisa timbul konflik soal kebersihan, fasilitas bersama, atau gaya hidup yang berbeda.

Selain itu, regulasi soal kepemilikan juga masih jadi PR. Apakah kepemilikan berupa sertifikat bersama, sewa jangka panjang, atau sistem koperasi? Hal ini harus jelas biar nggak ada masalah hukum di kemudian hari.

Hunian Masa Depan yang Lebih Kolaboratif

Di tengah mahalnya harga rumah, co-housing bisa jadi solusi cerdas untuk kamu yang ingin memiliki hunian strategis, nyaman, dan tetap terjangkau. Lebih dari sekadar tempat tinggal, co-housing menawarkan gaya hidup kolaboratif yang sesuai dengan nilai gotong royong masyarakat Indonesia.

Flat Menteng sudah memberi contoh bahwa hunian model ini bukan hanya ide, tapi nyata bisa diwujudkan. Dengan modal sosial yang kuat dan semangat kebersamaan, bukan mustahil kalau co-housing akan jadi tren besar di masa depan.

Jadi, tertarik untuk tinggal di co-housing.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Ayu Puji Lestari
Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|