Lebih dari Sekadar Waktu, Kisah OMEGA Menjadi Time Keeper Olimpiade Sejak 1932

7 hours ago 3

Fimela.com, Jakarta Di setiap detik yang menentukan nasib seorang atlet, ada nama yang berdiri di belakang layar: OMEGA. Merek jam tangan asal Swiss ini bukan hanya pencipta waktu yang indah di pergelangan tangan, tapi juga penjaga setiap detik kemenangan di panggung olahraga terbesar dunia, Olimpiade.

Dan pada 6 Februari 2026, saat Olimpiade Musim Dingin Milano Cortina 2026 resmi dimulai di tengah panorama menakjubkan Italia Utara, OMEGA akan kembali mengemban peran pentingnya sebagai Official Timekeeper untuk ke-32 kalinya sejak 1932.

Perjalanan OMEGA di dunia Olimpiade dimulai dengan sederhana. Tahun 1932, seorang pembuat jam dikirim ke Los Angeles membawa satu koper berisi 30 stopwatch manual. Dari sanalah sejarah baru dimulai, untuk pertama kalinya satu merek dipercaya mencatat waktu secara resmi di ajang olahraga paling bergengsi di dunia.

Empat tahun kemudian, di Garmisch-Partenkirchen 1936, OMEGA hadir di Olimpiade Musim Dingin pertamanya dengan 27 stopwatch untuk mengukur setiap cabang olahraga. Namun revolusi besar terjadi pada 1948, ketika OMEGA memperkenalkan photoelectric cell, teknologi yang secara otomatis menghentikan waktu begitu atlet melewati garis finis. Tak lagi bergantung pada mata manusia, akurasi kini benar-benar bisa diandalkan.

Era Inovasi: Saat Waktu Muncul di Layar Dunia

Memasuki tahun 1950-an hingga 1980-an, peran OMEGA bukan hanya mengukur waktu, tapi juga membawa pengalaman olahraga lebih dekat ke publik.

Pada Cortina d’Ampezzo 1956, OMEGA memperkenalkan starting gate pertama di cabang ski alpen, sistem yang memicu waktu secara otomatis begitu atlet meluncur.

Lalu di Innsbruck 1964, lewat teknologi Omegascope, OMEGA menghadirkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu waktu lomba yang tampil langsung di layar televisi. Untuk pertama kalinya, penonton di rumah bisa ikut merasakan tegangnya sepersekian detik penentuan juara. Dari sinilah lahir konsep “real-time” yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap pertandingan olahraga.

Tahun 1980, inovasi Game-O-Matic memungkinkan sistem secara otomatis menghitung dan menampilkan peringkat atlet segera setelah mereka melewati garis finis. Dunia mulai mengenal istilah instant ranking, dan lagi-lagi, OMEGA berada di garda depan perubahan itu.

Dari Stopwatch ke AI: Saat Presisi Bertemu Teknologi

Tahun 1992 menandai babak baru dalam akurasi waktu. OMEGA memperkenalkan Scan’O’Vision, kamera photofinish digital yang mampu mengukur waktu hingga seper seribu detik, ketepatan yang menentukan siapa juara dunia dan siapa yang harus puas di posisi dua.

Lompatan teknologi berlanjut di abad ke-21. Di Torino 2006, atlet untuk pertama kalinya mengenakan transponder, perangkat kecil di pergelangan kaki yang mengirim data waktu secara otomatis lewat sinyal radio. Di Vancouver 2010, pistol start tradisional diganti dengan electronic start pistol, alat berwarna merah futuristik yang menyalakan cahaya, memainkan suara, dan mengirim sinyal waktu secara bersamaan dalam satu klik.

Lalu datang era digital yang sesungguhnya. Dari Olimpiade Sochi hingga Beijing 2022, OMEGA menggabungkan sensor gerak, computer vision, dan kecerdasan buatan (AI) untuk merekam data real-time seperti tinggi lompatan, kecepatan, hingga rotasi tubuh atlet saat melakukan gerakan di udara. Teknologi ini bukan hanya mengukur siapa yang tercepat, tapi juga menceritakan bagaimana kemenangan itu terjadi.

Di Olimpiade Musim Dingin mendatang, OMEGA membawa teknologi paling mutakhir yang pernah ada. Kamera Scan’O’Vision ULTIMATE akan digunakan untuk merekam hingga 40.000 gambar per detik, memastikan setiap hasil diputuskan dengan kejelasan mutlak.

Di cabang bobsleigh, OMEGA memperkenalkan Virtual Photofinish, sistem visual yang membandingkan waktu tiap tim secara real-time dan menampilkan selisih detik yang sebelumnya tak kasat mata. Di figure skating, teknologi Computer Vision kini bisa mendeteksi sudut bilah sepatu para atlet, memberi data langsung bagi juri untuk menilai presisi gerakan.

Bahkan di ski jumping, sistem baru akan menganalisis posisi tubuh atlet saat lepas landas untuk memahami di mana perbedaan antara kemenangan dan kegagalan terjadi.

Semua data itu akan tampil lewat grafis 4K ultra-jernih di layar televisi dunia, membawa penonton lebih dekat ke detak jantung setiap pertandingan.Untuk merayakan momen ini, OMEGA meluncurkan Seamaster 37 mm Milano Cortina, jam tangan edisi khusus yang terinspirasi dari model emas 1956, tahun ketika OMEGA pertama kali memperkenalkan jam penghormatan untuk Olimpiade.

Dibuat dari 18K Moonshine™ Gold dengan dial enamel putih dan logo klasik OMEGA, desainnya menjadi simbol harmoni antara tradisi dan inovasi.

Lebih dari sekadar pencatat waktu, OMEGA telah menjadi penjaga kisah manusia dalam sepersekian detik, detik yang bisa menentukan sejarah, karier, bahkan impian seseorang.

Di setiap garis finis, di setiap lompatan dan putaran, waktu tidak hanya diukur, tapi diabadikan.

Dari koper berisi stopwatch hingga teknologi AI di Olimpiade Musim Dingin 2026, perjalanan OMEGA adalah bukti bahwa waktu punya jiwa.Ia bisa merekam perjuangan, menandai kemenangan, dan menceritakan kisah luar biasa di balik setiap detik. Dan di tangan OMEGA, waktu bukan hanya berjalan, ia hidup, bernapas, dan menjadi bagian dari sejarah.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|