Fimela.com, Jakarta Bali, sebuah pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, kini menyambut sebuah proyek ambisius yang menjanjikan perpaduan harmonis antara kreativitas, inovasi, dan keberlanjutan. Proyek tersebut dikenal dengan nama Nuanu Creative City. Bukan sekadar properti atau kawasan wisata biasa, Nuanu adalah sebuah "kota kreatif" yang dirancang untuk menjadi ekosistem yang hidup bagi seniman, inovator, pengusaha, dan komunitas global.
Nuanu Creative City terletak di daerah Tabanan, sebuah area di Bali yang masih mempertahankan nuansa pedesaan yang tenang. Lokasi ini dipilih dengan cermat untuk memberikan kontras yang menarik antara ketenangan alam dan dinamika kreativitas. Filosofi utama Nuanu berpusat pada konsep tiga pilar: Seni & Budaya, Inovasi & Kewirausahaan, dan Kesejahteraan & Kemanusiaan.
Nuanu Creative City memiliki visi untuk menjadi pusat seni dan budaya yang berkelas dunia. Kawasan ini akan dilengkapi dengan galeri seni, studio kreatif, ruang pertunjukan, dan instalasi seni publik. Tujuannya adalah untuk mendukung seniman lokal maupun internasional, serta menjadi wadah bagi pertukaran ide dan kolaborasi lintas disiplin.
Menciptakan ruang terbuka untuk seni yang semakin berkembang
“Nuanu Creative City tidak pernah menentukan seni apa yang harus ada di Nuanu. Namun tujuannya adalah untuk mendukung orang-orang dan proses yang membentuknya, dengan menciptakan ruang, memberikan dukungan dan selalu terbuka terhadap apa pun itu. Identitas seni di sini tidak bersifat tetap; melainkan terus berkembang seiring dengan waktu dan hubungan yang berjalan,” ungkap Kelsang Dolma, Fair Director of Art & Bali 2025.
Mereka akan melihat tempat seperti Art Village, di mana seniman lokal membagikan cara-cara tradisional dengan eksperimen kontemporer atau Aurora Media Park, berisikan instalasi besar dan tertanam dalam kontur alam yang menyala saat malam hari. Di Labyrinth DOME, seniman dapat bereksperimen dengan membuat pertunjukan yang dipadu dengan teknologi dan cara bercerita yang imersif.
Nuanu Creative City juga berkolaborasi dengan seniman, kurator, dan kolektif untuk terus mengeksplorasi. Terkadang, kolaborasi ini terjadi dalam fasilitas formal seperti Labyrinth Art Gallery, namun bisa juga berdiri kokoh di tanah, seperti Earth Sentinels karya Daniel Popper atau Menara Tri Hita Karana rancangan Arthur Mamou-Mani.
Dolma juga mengungkapkan jika, “Ruang publik di Nuanu Creative City juga menjadi tempat di mana seni mengintervensi sesuai dengan kondisi dan komunitas ruang tersebut. Komitmen kami dalam seni dan budaya juga terlihat dari program-program yang dijalankan. Inisiatif seperti FOTO Bali Festiva, festival fotografi internasional, dan Art & Bali, art fair kontemporer berkonsep unik, memacu dialog lintas negara, melalui pameran, diskusi panel dan lokakarya Sehingga, dapat disimpulkan bahwa identitas seni di Nuanu tidak terbatas dalam satu gagasan. Melainkan terus berkembang seiring dengan proses dan orang-orang yang membuatnya. “ ungkapnya.
Apa yang membedakan pendekatan Nuanu Creative City dalam pengembangan seni dibandingkan dengan tempat lainnya?
Mona Liem, Kurator Terra Nexus untuk Art & Bali 2025 juga memiliki cara untuk Nuanu dalam memadukan seni, inovasi, dan berkelanjutan, dalam satu ekosistem hidup yang memungkinkan seniman tumbuh, berkolaborasi, dan berdampak secara global maupun lokal.
Seperti halnya yang dilakukan dengan Art Village—salah satu platform di dalam Nuanu yang berisikan para seniman lokal—dalam membuat karya seni yang ramah lingkungan dan keberaniannya untuk memulai pameran khusus seni media baru “Terra Nexus”. Saya melihat Nuanu selalu membuka diri dengan mengajak berbagai elemen masyarakat di dunia seni di Bali maupun kota seni lainnya untuk terus menciptakan ruang seni yang inklusif dan juga kolaboratif, di mana ini sangat dibutuhkan melihat lanskap seni saat ini.
Ada cara tersendiri yang dilakukan oleh Nuanu Creative City dalam mendukung seniman lokal dan internasional, yaitu melalui partisipasi aktif dalam membuat acara seni, seperti Terra Nexus, pameran seni media baru dalam Art & Bali 2025 kali ini. Dalam acara ini para kolektor dapat berpartisipasi langsung terhadap pembelian karya, kolaborasi proyek kreatif, dukungan residensi seniman, serta promosi melalui media digital. Ruang kolaboratif yang mendorong pertukaran ide, edukasi, dan inovasi lintas disiplin, menjadikannya ekosistem yang sangat ideal untuk tumbuhnya seni yang berkelanjutan.
Cara Nuanu Creative City menyeimbangi seni kontemporer, tradisional, dan seni baru dalam program kurasi yang dilakukan?
Mona Liem menyebutkan jika” Sebagai kurator, saya ingin menciptakan dialog yang seimbang—menghormati akar budaya, merespons masa kini, dan menjelajahi masa depan. Mengangkat tema universal (seperti alam, identitas, dan spiritualitas) yang bisa dijawab oleh ketiga kategori seni ini—tradisi, kontemporer, dan eksperimental—menciptakan ruang tampil yang setara untuk semuanya.”
Menjadi kurator di Nuanu Creative City menghadirkan tantangan unik karena lingkungan dan visi Nuanu yang kompleks dan multidisipliner. Seperti
1. Kita diharapkan menjembatani Tradisi dan Inovasi, sehingga harus cermat menjaga keseimbangan antara warisan budaya lokal (seperti seni Bali) dan ekspresi seni kontemporer atau seni media baru, tanpa mengompromi kedua nilai tersebut.
2. Mengembangkan narasi kurasi yang mampu menggabungkan disiplin berbeda secara harmonis dan komunikatif.
3. Merespons audiens internasional sambil tetap berpijak kuat pada konteks lokal. Ini membutuhkan sensitivitas budaya dan pemahaman lintas perspektif.
4. Pendekatan yang bukan hanya artistik, tetapi juga berkelanjutan dan progresif. Kurator harus berpikir tentang dampak ekologis, sosial, dan etika dari karya yang ditampilkan.
5. Menjadi pusat seni budaya dan bekerja dengan seniman, komunitas lokal, teknologi, investor, dan edukator.
Kurator di Nuanu bukan hanya “penyeleksi karya”, tapi juga perancang pengalaman lintas budaya dan lintas masa depan, kolaboratif, dan visioner dalam mengintegrasikan seni, teknologi, dan kehidupan berkelanjutan. Saya yakin ini akan terlihat dan terasa ketika pengunjung melihat pameran Terra Nexus di Art & Bali 2025 nanti.
Tantangan bagi para kurator
Mona Liem, Kurator Terra Nexus untuk Art & Bali 2025 menceritakan target jangka panjangnya yang ingin dilakukan bersama Nuanu Creative City dalam beberapa tahun ke depan, yaitu membuat ruang baru yang mendorong pertumbuhan seni dan media baru, Kurator di Nuanu bukan hanya “penyeleksi karya”, tapi juga perancang pengalaman lintas budaya dan lintas masa depan, kolaboratif, dan visioner dalam mengintegrasikan seni, teknologi, dan kehidupan berkelanjutan. Saya yakin ini akan terlihat dan terasa ketika pengunjung melihat pameran Terra Nexus di Art & Bali 2025 nanti.
Sebagai lulusan ZHdK (Zurich University of the Arts) yang berfokus pada new media art, identity, and technology, serta pengalaman lebih dari 8 tahun mengembangkan platform seni terhubung (Connected Art Platform), bersama Nuanu saya ingin:
1. Mendirikan Ekosistem Seni Media Baru di Asia Tenggara
Membangun ruang dan infrastruktur di Nuanu yang mendukung praktik seni berbasis teknologi seperti AI, AR/VR, bioart, mathematical art, dan seni jaringan (networked art), serta mempertemukannya dengan konteks budaya lokal.
2. Menjadi Penghubung Global–Lokal
Menghubungkan seniman, peneliti, dan teknolog dari Asia Tenggara dengan jaringan global seni dan inovasi, sekaligus menjaga otentisitas narasi identitas lokal.
3. Mendorong Eksperimen & Pendidikan
Membangun program riset-kreasi, residensi, dan edukasi yang mendorong eksperimen antar-disiplin dan pendekatan kritis terhadap relasi manusia, teknologi, dan budaya.
4. Menciptakan Format Baru Kurasi & Presentasi
Mengembangkan format kurasi baru yang tak hanya menggunakan galeri fisik, tapi juga ruang digital, partisipatif, dan interaktif—menyatu dengan prinsip keberlanjutan dan kedaulatan data.
Visi saya: Menjadikan Nuanu sebagai hub seni dan teknologi masa depan di Asia Tenggara—tempat di mana seni bukan hanya ekspresi, tapi juga ekosistem yang hidup, terhubung, dan berdampak.
Bagi Nuanu, seni merupakan perjalanan daripada tujuan akhir. Seni harus menjadi sesuatu yang membuat kita tergerak dan kami selalu mencoba untuk mengkurasi setiap suara dan pesannya menjadi chorus yang indah. Memadukan kekayaan alam dengan teknologi juga sesuatu yang membangkitkan semangat kita.
Peran kami mungkin lebih tepat sebagai fasilitator dan kurator, sedangkan pesan biasanya disampaikan oleh para seniman. Namun, jika ditanya dan harus dijawab dalam satu pesan singkat — maka pesan itu adalah “tetaplah penasaran, bersemangat untuk belajar sesuatu yang baru, dan selalu bertanya.”Seni bagi kami adalah bagian dari setiap perjalanan dan setiap proyek—dan jika dikembangkan lagi menjadi pesan yang lebih besar, hidup dalam dunia yang penuh karya seni lebih menyenangkan. Ungkap Lev Kroll, CEO Nuanu Creative City.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.