Fimela.com, Jakarta Pernikahan Luna Maya yang baru-baru ini digelar menyita perhatian publik, tak hanya karena sosok Luna Maya sendiri, tetapi juga karena keindahan busana adat Yogyakarta yang dikenakannya. Upacara tersebut menjadi sorotan karena menampilkan keanggunan tradisi Jawa yang kaya makna. Pernikahan ini pun menjadi bukti betapa pakem busana pernikahan adat Yogyakarta menyimpan pesona yang abadi dan relevan hingga saat ini. Perpaduan modernitas dan tradisi terlihat begitu harmonis.
Pakem busana pernikahan adat Yogyakarta bukanlah sekadar pakaian, melainkan representasi dari aturan dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dari Keraton Yogyakarta. Bukan satu model pakaian tunggal, melainkan beragam busana dengan ciri khas dan makna tersendiri, menyesuaikan tahapan upacara dan status sosial mempelai. Memahami pakem ini berarti menyelami kekayaan budaya Jawa yang sarat simbolisme.
Pernikahan adat Yogyakarta melibatkan berbagai busana. Masing-masing memiliki peran dan makna khusus dalam rangkaian upacara. Keindahan dan kemegahannya menjadi daya tarik tersendiri, mengundang decak kagum siapa pun yang menyaksikannya. Penggunaan kain, riasan, aksesoris, dan kebaya semuanya diatur secara detail dan memiliki filosofi mendalam.
Mengenal Ragam Busana Adat Pernikahan Yogyakarta
Salah satu busana yang sering digunakan adalah Paes Ageng. Busana ini lazim dikenakan keluarga Keraton dalam upacara akad dan panggih (pertemuan pengantin). Ciri khasnya adalah riasan paes hitam lancip berpinggiran emas dengan Gelung Bokor Gajah Ngoling. Pengantin wanita mengenakan kemben, sementara pengantin pria tampil dengan dada terbuka, dihiasi Kuluk Kanigaran. Kemewahan dan keanggunan Paes Ageng menggambarkan status dan kedudukan tinggi.
Berbeda dengan Paes Ageng, ada Paes Ageng Jangan Menir. Mirip dengan Paes Ageng, namun menggunakan kebaya bludru hitam yang menutup seluruh tubuh. Busana ini sering digunakan dalam upacara boyongan (membawa pengantin wanita ke rumah mempelai pria). Kesederhanaan yang elegan menjadi ciri khasnya.
Busana Jogja Putri digunakan pada upacara Sepasaran (upacara 5 hari setelah Panggih). Sayangnya, detail lebih lanjut tentang busana ini masih terbatas. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengungkap keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya.
Untuk resepsi atau syukuran pernikahan, biasanya digunakan Busana Ksatrian. Tampilannya lebih sederhana dibandingkan busana-busana lainnya, namun tetap mempertahankan keanggunan dan nilai-nilai tradisi.
Makna Simbolis di Balik Kain, Riasan, dan Aksesoris
Unsur penting dalam pakem busana pernikahan adat Yogyakarta terletak pada pemilihan kain. Jenis kain yang digunakan memiliki makna simbolis. Kain batik dengan motif tertentu sering digunakan, dan pemilihan motifnya pun harus sesuai dengan konteks upacara. Motif-motif tersebut mengandung pesan dan doa untuk kehidupan pernikahan yang bahagia.
Riasan wajah atau paes juga merupakan bagian tak terpisahkan. Bentuk dan warna paes memiliki aturan tersendiri dan mengandung makna filosofis yang mendalam. Paes bukan sekadar riasan, melainkan simbol keindahan, kesucian, dan doa restu.
Aksesoris seperti perhiasan dan aksesoris kepala (kuluk untuk pria) juga diatur sesuai pakem dan status sosial. Pemilihan aksesoris yang tepat akan menambah keindahan dan kelengkapan busana pengantin.
Kebaya yang digunakan pun memiliki model dan detail tertentu yang mengikuti pakem. Model dan detail tersebut mencerminkan status sosial dan juga estetika khas Yogyakarta.
Interpretasi dan Adaptasi Pakem
Penting untuk diingat bahwa pakem busana pernikahan adat Yogyakarta bersifat kompleks dan beragam. Informasi di atas hanyalah sebagian kecil dari keseluruhannya. Interpretasi dan adaptasi pakem dapat bervariasi, tetapi tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar yang telah diwariskan. Hal ini terlihat dari pernikahan Luna Maya yang tetap mempertahankan esensi tradisi namun dengan sentuhan modern.
Perlu studi lebih lanjut untuk memahami pakem ini secara menyeluruh. Namun, keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya tetap menginspirasi dan relevan hingga saat ini. Pernikahan Luna Maya menjadi salah satu contoh bagaimana tradisi dapat diinterpretasikan dan diadaptasi secara modern tanpa menghilangkan nilai-nilai luhurnya.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.