Judul: Halte Alam Baka
Penulis: Kai Elian
Editor: Karina Anjani
Penyunting aksara: Novera Kresnawati
Ilustrasi sampul: Muhammad Sabilihaq
Penerbit: Gramedia Pusta Utama
***
Tiba-tiba dia melihat halte warna merah di seberang jalan, padahal sebelumnya tempat itu kosong. - hlm. 11
Kelihatan dari tulisannya. Lo lihat sendiri, mereka tinggal di kota-kota yang berbeda, tetapi punya deskripsi yang sama tentang halte itu. Jadi gue rasa kecil kemungkinan mereka berbohong. Mereka juga bertemua si tukang rajut. - hlm. 65
Sebesar apa pun cinta orangtua terhadap anaknya, seorang ayah tidak akan bisa memilih takdir anaknya. - hlm. 102
Meskipun kematian adalah takdir yang tak terhindarkan, bagi setiap manusia, sering kali anggota keluarga, kerabat, atau sahabat yang ditinggalkan belum siap menghadapi perpisahan. Mereka berharap masih punya kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal, menyatakan cinta, meminta maaf, dan hal-hal lain yang tidak sempat diutarakan selama hidup. Ada juga yang ingin memastikan bahwa yang berpulang menemukan kedamaian di alam sana. - hlm. 113
Ada banyak orang yang pernah kehilangan seseorang, tapi kenapa hanya segelintir yang diberi kesempatan singgah di halte itu dan merasakan keajaibannya? - hlm. 120
Tugas kita adalah membuat orang percaya pada kita, sekalipun itu bukan kebenaran. Kitalah yang mengatur apa yang benar. - hlm. 147
Hidup saya tidak mudah dan sering kali saya berpikir untuk, yah... menyerah saja. - hlm. 231
Tubuh menua karena dipengaruhi waktu. Namun jiwa abadi. - hlm. 254
Manusia itu seperti benang rajut. - hlm. 276
***
Julian bekerja di sebuah media dan dia bertanggung jawab untuk menerima dan mempublikasikan tulisan-tulisan kiriman pembaca untuk rubrik Kisah Pembaca. Dari sekian banyak tulisan yang ia terima, ada beberapa tulisan yang memiliki kesamaan, yaitu terkait halte misterius dan seorang nenek yang memakai baju rajutan dengan kombinasi warna yang tak biasa.
Dewa, rekan kerja Julian, sempat meragukan kebenaran tulisan-tulisan kiriman pembaca terkait halte misterius itu. Siapa tahu tulisan tentang halte misterius itu hanya akal-akalan saja dan dikarang demi bisa viral di dunia maya.
Demi menuntaskan rasa penasarannya, Julian memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh. Dia pun berusaha menemui dan mewawancari beberapa narasumber yang mengirim tulisan tentang halte misterius tersebut.
Rubrik Kisah Pembaca yang memuat tulisan-tulisan pembaca tentang halte misterius itu pun viral. Banyak pembaca yang penasaran sekaligus memiliki teorinya sendiri tentang keberadaan halte misterius tersebut.
Siapa sangka melalui penyelidikan yang dilakukan oleh Julian, ada kisah dari masa lalu yang ia temukan. Ada keterlibatan orang-orang dari masa lalu yang memengaruhi kisah-kisah yang hadir di masa kini. Bahkan ada suatu benang merah yang akhirnya ia temukan dari kisah hidupnya sendiri.
Novel Halte Alam Baka ini menghadirkan dua linimasa, yaitu tahun 199x dan 202x. Meskipun ada huruf "x" tapi kita bisa menebak tahun tersebut merujuk pada masa apa karena ada latar kejadian yang dipaparkan dengan cukup gamblang berkaitan dengan peristiwa sejarah penting di Indonesia.
Awalnya kita diajak untuk mengikuti kisah beberapa orang yang seakan acak. Kita diajak melompati waktu bergantian dari masa lalu dan masa kini. Meskipun demikian, kita tidak akan kebingungan mengikuti jalinan ceritanya. Bahkan seperti sebutir bawang bombay, tiap kali kita menguliti satu lapisannya, ada lapisan baru yang akan kita temukan. Benar-benar seru dan menarik untuk diikuti dari satu bab ke bab berikutnya.
Bahasa dan narasi yang digunakan dalam novel ini juga asyik sekali untuk diikuti. Ada banyak adegan yang bisa dengan mudah kita visualisasikan di dalam kepala kita karena deskripsi dan uraian yang jelas dan dinamis.
Ada kisah kelam yang merupakan bagian dari sejarah penting Indonesia di masa lalu yang diangkat di novel ini. Pergolakan politik hingga bagaimana peran media dalam kekuasaan menjadi latar dan sebab kejadian yang menyertai karakter-karakter di novel ini.
Halte Alam Baka menjadi pengikat sendiri untuk setiap karakter di dalam novel ini. Mereka yang menyesal dan telah berbuat salah, mereka yang ingin menyampaikan hal penting pada orang-orang terkasih yang sudah tiada, hingga mereka yang ingin menemukan harapan baru untuk melanjutkan hidup, semuanya terhubung dengan halte merah. Sosok nenek misterius yang selalu meninggalkan barang rajutan untuk orang-orang yang ia temui dan pilih pun memiliki sisi magisnya sediri.
Tema tentang duka, kehilangan, penyesalan, hingga harapan untuk terus berjuang dalam hidup cukup dominan di novel ini. Sebagai manusia, kita memang pada dasarnya akan berikatan atau bersinggungan dengan orang lain. Bahkan dengan orang yang baru kita temui atau orang yang benar-benar asing, bisa jadi ada benang merah tersendiri yang menghadirkan ikatan kuat dengan cara yang tak terduga.
Bagi Sahabat Fimela yang suka atau sedang mencari bacaan dengan tema slice of life dan realisme magis, Halte Alam Baka bisa menjadi rekomendasi yang menarik. Hati akan terasa hangat saat kita sampai ke halaman terakhir novel ini. Bahkan seulas senyuman bisa terbentuk tanpa kita sadari ketika sudah selesai membaca novel ini.