Judul: Yujin, Yujin
Penulis: Lee Geum-yi
Penerjemah: Herlinda Yuniasti
Peenyelaras Aksara: Selsa
Penyunting: Andry Setiawan
Desainer Sampul: Naira Chintya
Penata Sampul: Rudi
***
Ibu menyambutku dengan lambaian tangannya. Baiklah, akan kuceritakan kepada Ibu. Aku bermaksud untuk berlari ke arah Ibu. Namun, setelah memastikan aku melihatnya, Ibu segera berbalik dan berjalan menuju tempat parkir. Lagi-lagi ada jarak antara aku dan lbu. Aku melangkah gontai, Haruskah aku berterima kasih karena Ibu menjemputku? (hlm. 52)
"Kudengar kamu juga pergi ke kantor polisi dan ada wartawan juga di sana? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa... kita melakukan sesuatu yang buruk?"
Harapan orang dewasa kepada anak-anak mereka terlalu banyak. Seharusnya, orang yang pernah jadi anak-anak dan remajalah yang menjadi teman bagi anak-anak mereka. Bukan sebaliknya. Sungguh tidak masuk akal meminta anak-anaknya jadi teman bagi orang dewasa. Anak-anak bahkan belum pernah mengalami masa dewasa itu. (hlm. 84)
"Mereka ingin kamu melupakannya selamanya, tapi tidak bagi Nenek. Kamu masih muda, kamu tak pikun. Masih segar bugar dan tumbuh dengan baik. Bukankah seharusnya lebih baik mengingat hal yang telah kamu alami? Ingat dan atasi. Bekas luka di tubuh seperti bonggol di pohon. Menurut Nenek, kita harus hidup membawa ingatan tentang luka tersebut." (hlm. 151)
Hidupku seperti berjalan di jembatan yang mudah jatuh dengan satu kesalahan salan diri kecil. Jauh dari cinta atau perlindungan yang pantas diterima, hidup di bawah tekanan utang selamanya. (hlm. 156)
Oh, aku ingin hidup di dunia tanpa ujian dan tumbuh secepat pohon kacang Jack. Tapi, apakah ada? Kata orang, hidup adalah serangkaian ujian. Manusia tampaknya harus menghadapi ujian sampai mati. (hlm. 162)
***
Memiliki nama yang sama, maka cara mudah untuk membedakan keduanya adalah dengan menyematkan kata "Besar" dan "Kecil". Yujin Besar dan Yujin Kecil memiliki sifat dan temperamen yang berbeda. Yujin Besar cenderung lebih suka menjalani hari-harinya dengan apa adanya, sementara Yujin Kecil merasa memiliki tuntutan dan tekanan untuk menjadi juara satu di sekolah. Yang satu cenderung lebih ceria, yang satunya lagi cenderung tampak murung.
Saat Yujin Besar sibuk dengan pertemanan dan mulai mendekati gebetannya, Yujin Kecil punya pergolakan batinnya sendiri. Ditambah dengan rasa heran Yujin Kecil yang sama sekali tak ingat pernah satu TK dengan Yujin Besar. Yujin Kecil pun memberanikan diri untuk bertanya pada Yujin Besar soal "kejadian itu". Ketika dia mulai teringat kembali kepingan-kepingan memori di masa TK itu, rasa gelisah dan tidak tenang pun membuatnya makin kalut.
Pola asuh yang didapatkan Yujin Besar dan Yujin Kecil berbeda, dan ternyata dari perbedaan pola asuh itu, ada dampak yang berbeda juga dari cara mereka menanggapi trauma masa kecil itu. Di awal membaca novel ini kesannya mungkin hanya seperti kisah remaja yang biasa. Seiring mengikuti halaman demi halaman dan suara hati dari masing-masing Yujin, kita mulai merasakan kedalaman yang berbeda.
Meski genre-nya teenlit, buku ini juga sangat penting dibaca oleh para orang dewasa. Terlebih bagi orang dewasa yang sudah menjadi orangtua, maka ada hal-hal penting yang perlu kita perhatikan lagi tentang cara membantu dan menemani anak untuk pulih dan sembuh dari trauma dan luka yang pernah dialami. Dari perbedaan cara Ibu Yujin Besar dan Ibu Yujin Kecil dalam mendampingi anak mereka melalui masa-masa sulit, ada poin-poin penting terkait memulihkan trauma hingga membantu anak untuk bisa bahagia dan nyaman menjadi diri mereka sendiri.
Novel ini menghadirkan suara yang mewakili keresahan dan harapan remaja, seolah menjadi teriakan yang akhirnya mampu menembus telinga orang dewasa. Sekilas, nuansanya mungkin mirip bacaan ringan untuk remaja yang penuh dengan percakapan, emosi, dan dinamika khas masa puber. Akan tetapi, semakin dalam halaman demi halaman dibaca, semakin jelas bahwa buku ini justru ditujukan bagi para orang dewasa, terutama mereka yang berperan sebagai orangtua, pendidik, atau siapa pun yang punya pengaruh dalam kehidupan seorang anak muda.
Lebih dari sekadar kisah tentang tumbuh kembang remaja, buku ini menyuguhkan cermin bagi orang dewasa untuk menilai kembali bagaimana sikap, pilihan kata, dan pola asuh mereka membentuk jiwa seorang remaja. Kita sebagai pembaca kembali diingatkan bahwa perhatian, kehangatan, atau bahkan ketidakpedulian orangtua dapat meninggalkan jejak yang begitu kuat.
Membaca novel ini bisa mendorong kita untuk bisa lebih peka dan peduli dalam mendengar suara remaja sekaligus benar-benar memahami dunia mereka, sehingga tercipta hubungan yang lebih sehat, penuh empati, dan saling menguatkan.
Dinamika pertemanan Yujin Kecil dan Yujin Besar juga memperkaya cerita dengan nuansa hangat antara kepolosan dan perjalanan melalui masa sulit bersama. Ada rasa kasih dan sayang yang akan ikut tumbuh di hati kita ketika mulai mengetahui dan mengikuti pergolakan batin keduanya.
Yujin, Yujin merupakan novel yang menghadirkan suara remaja sebagai panggilan bagi orang dewasa untuk lebih mendengar dan memahami dunia mereka. Di balik kisah sederhana, novel ini menjadi cermin bagi orangtua dan pendidik tentang bagaimana sikap mereka membentuk jiwa remaja. Lebih dari bacaan, novel ini juga menjadi pengingat untuk menghadirkan empati, kehangatan, dan kebijaksanaan dalam setiap interaksi dengan orang terkasih.