Green Living dari Dapur hingga Kamar Mandi: Cara Brand FMCG Membuat Hidup Konsumen Lebih Ramah Lingkungan

1 week ago 17

Fimela.com, Jakarta Kamu pasti sering melihat tumpukan sampah plastik dari kemasan sabun, air mineral, atau makanan ringan yang kamu beli setiap hari. Nyatanya, sebagian besar produk harian yang kita gunakan berasal dari industri FMCG (Fast Moving Consumer Goods) yang memproduksi kebutuhan sehari-hari dalam jumlah besar dan cepat. Praktis, memang, tapi di balik kenyamanan itu, tersimpan masalah besar: sampah kemasan sekali pakai.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik Kementerian Lingkungan Hidup, total timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2024 mencapai sekitar 46,63 juta ton. Angka ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar bagi berbagai daerah, terutama dengan meningkatnya volume limbah dari aktivitas rumah tangga dan industri setiap tahunnya. 

Meskipun sedikit ironis, kemasan plastik masih menjadi solusi efisien bagi perusahaan dalam mendistribusikan produk ke seluruh Indonesia, tapi efek jangka panjangnya terhadap lingkungan sudah semakin terasa. Dari botol air minum hingga sachet detergen, sebagian besar berakhir di tempat pembuangan akhir dan hanya sebagian kecil yang berhasil didaur ulang. 

Saat Konsumen Mulai Peduli, Brand Pun Berubah

Beberapa tahun terakhir, riset menunjukkan bahwa konsumen kini lebih memmerhatikan faktor keberlanjutan sebelum membeli produk. Tak sekadar melihat harga atau kualitas, banyak orang mulai menilai apakah produk tersebut menggunakan kemasan yang ramah lingkungan, bisa didaur ulang, atau bahkan bisa diisi ulang.

Kesadaran inilah yang mendorong brand FMCG besar bertransformasi menuju konsep green living. Mereka sadar, perubahan tak hanya dimulai dari kebijakan besar, tapi juga dari hal kecil seperti botol plastik yang kita pegang setiap hari.

Salah satu cara paling populer yang mereka terapkan adalah melalui konsep circular economy atau ekonomi sirkular. Konsep ini berfokus pada penggunaan sumber daya secara berkelanjutan yaitu mengurangi limbah, mendaur ulang bahan, dan memperpanjang siklus hidup produk sebanyak mungkin. Dengan kata lain, apa yang dulu dianggap “sampah”, kini bisa menjadi bahan baru untuk digunakan kembali.

Brand Semakin Memahami Kebutuhan Konsumen

Brand FMCG besar makin memahami persoalan ini. Kesadaran akan pentingnya mengolah sampah yang dihasilkan membuat mereka berusaha untuk mencari solusinya. Berikut adalah beberapa usaha FMCG untuk mengatasi sampah kemasan.

Unilever: Kurangi Plastik, Pilih Plastik yang Lebih Baik

Salah satu perusahaan yang paling aktif menerapkan prinsip ini adalah Unilever Indonesia. Melalui filosofi “less plastic, better plastic, no plastic”, Unilever berusaha mengurangi penggunaan plastik dari berbagai lini produknya.

Salah satu langkah nyata mereka adalah menghadirkan refill station di beberapa kota besar. Di sini, konsumen bisa mengisi ulang sabun, sampo, atau detergen dari wadah lama mereka. Konsep sederhana ini membantu mengurangi sampah kemasan baru sekaligus mendorong kebiasaan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

Unilever juga telah menggunakan 100% plastik daur ulang (PET) untuk beberapa produknya seperti Love Beauty and Planet, serta menargetkan 25% kemasan produk menggunakan plastik daur ulang (PCR) pada tahun 2025. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari pilihan desain kemasan yang lebih bijak.

Danone-AQUA: Setia dengan Galon dan Gerakan Bijak Berplastik

Kalau kamu rutin membeli air galon, mungkin tanpa sadar kamu sudah ikut berpartisipasi dalam sistem ekonomi sirkular. Danone-AQUA, misalnya, menjadi salah satu pelopor dalam penggunaan kemasan yang bisa dipakai berulang kali. Sekitar 70% bisnisnya berbasis galon isi ulang, yang berarti jauh lebih sedikit sampah plastik dibandingkan kemasan botol sekali pakai.

Tak hanya berhenti di sana, Danone juga meluncurkan gerakan #BijakBerplastik, yang mencakup tiga hal utama: edukasi masyarakat tentang pentingnya daur ulang, inovasi dalam produk dan kemasan, serta pembangunan infrastruktur pengelolaan limbah plastik. Dengan langkah ini, Danone ingin menunjukkan bahwa tanggung jawab lingkungan bukan hanya urusan pemerintah, tapi juga bagian dari bisnis dan kebiasaan kita sebagai konsumen.

Nestlé Indonesia: Menuju 95% Kemasan Daur Ulang

Nama Nestlé mungkin identik dengan kopi dan susu, tapi di balik produk-produknya, ada ambisi besar untuk menjaga keberlanjutan. Saat ini, 95% kemasan Nestlé Indonesia telah didesain agar dapat didaur ulang, dan mereka berkomitmen untuk mengurangi sepertiga penggunaan plastik baru (virgin plastic) pada tahun 2025.

Nestlé juga aktif mengembangkan kemasan mono-material, yaitu jenis kemasan yang menggunakan satu bahan saja agar lebih mudah diproses dalam sistem daur ulang. Strategi ini tidak hanya efisien secara produksi, tetapi juga ramah bagi ekosistem pengelolaan sampah.

Gencarkan Circular Economy dari Pabrik ke Rumahmu

Circular economy bukan hanya sekadar strategi perusahaan besar, tapi juga gaya hidup baru yang bisa kamu terapkan sehari-hari. Saat kamu memilih produk isi ulang, membeli barang dengan label “recyclable packaging”, atau membawa wadah sendiri saat belanja, kamu sudah menjadi bagian dari perubahan itu.

Setiap keputusan kecil yang kamu buat bisa membantu memperpanjang umur bahan-bahan yang sudah ada, mengurangi sampah baru, dan menciptakan kebiasaan konsumsi yang lebih sadar. Bayangkan jika setiap rumah tangga di Indonesia melakukan hal yang sama — berapa banyak sampah plastik yang bisa kita kurangi setiap tahun?

Green Living bukan Sekadar Tren karena Semua Dimulai dari Pilihanmu

Transformasi menuju hidup yang lebih hijau memang tidak instan. Tapi langkah-langkah kecil dari para brand FMCG ini menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin. Mereka tidak hanya menjual produk, tapi juga membawa pesan penting: bahwa bumi ini bisa tetap nyaman dihuni jika kita semua mau berkontribusi.

Sebagai konsumen, kamu punya peran besar dalam mendukung gerakan ini. Mulailah dari hal sederhana: pilih produk dengan kemasan daur ulang, manfaatkan refill station, dan bijak dalam membuang sampah plastik.

Karena pada akhirnya, green living bukan sekadar tren tapi cara kita menunjukkan cinta, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk bumi tempat kita hidup. Jadi, apakah kamu setuju dengan hal ini?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|