Fimela.com, Jakarta Pemutusan hubungan kerja bukan lagi hal yang luar biasa. Dalam dua tahun terakhir, PHK telah menjadi realitas yang dihadapi oleh banyak orang di berbagai industri. Situasi ekonomi yang sulit ditambah dengan hilangnya sumber penghasilan menjadi pukulan besar bagi masyarakat yang terdampak.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan dan Apindo, lebih dari 26.000 pekerja di Indonesia terkena PHK hingga Mei 2025, dan jumlah ini diprediksi masih akan bertambah. PHK bukan lagi disebabkan oleh krisis keuangan global atau pandemi, melainkan oleh percepatan digitalisasi dan pergeseran model bisnis.
Fenomena ini, berdasarkan data Jobstreet (2024), paling terasa di sektor Administrasi dan SDM, yang mencatat pemangkasan tertinggi hingga 29 persen. Posisi lain seperti Manajemen (22%), Akuntansi (16%), Pemasaran dan Branding (15%), hingga IT dan Teknik (masing-masing 10%), juga ikut terkena dampaknya. Perusahaan, terutama dari sektor menengah, semakin banyak yang memangkas tenaga kerja demi efisiensi dan otomatisasi proses kerja.
Ketika sistem lama tak lagi relevan, saatnya menata ulang cara kita memandang karier. Dunia kerja yang baru seakan tidak lagi berfokus pada loyalitas jabatan semata, melainkan pada kelincahan belajar dan kecepatan beradaptasi.
PHK Bisa Menjadi Titik Balik Kehidupan
Dampak PHK tidak hanya menghentikan penghasilan, tetapi juga mengguncang mental. Rasa cemas, malu, hingga kehilangan arah hidup sering kali menghantui.
Walaupun begitu, satu hal yang jarang disadari adalah bahwa momen inilah yang justru bisa menjadi titik balik hidup seseorang. Jika dulu kita dipaksa berjalan di jalur aman, kini dunia seakan memaksa kita menciptakan jalur baru yang lebih sesuai dengan diri sendiri.
Digitalisasi memang mengambil banyak hal, tapi ia juga menciptakan ekosistem baru: ekonomi digital dan ekonomi fleksibel. Bekerja tidak lagi harus berangkat pagi dan pulang petang.
Di zaman sekarang, seseorang bisa punya penghasilan kompetitif dari rumah, hanya dengan koneksi internet dan keterampilan yang tepat. Tentu saja tantangannya ada sendiri, serta keterampilan yang harus dikuasai perlu lebih baik lagi.
Reskilling: Jalan Bertumbuh di Tengah Ketidakpastian
Reskilling bukan sekadar upaya bertahan hidup, tapi cara menciptakan makna baru dalam karier. Belajar ulang adalah bentuk keberanian dan harapan. Bagi mereka yang kehilangan pekerjaan di sektor administrasi, SDM, atau keuangan, kini terbuka jalur baru seperti:
- Freelance digital: desain grafis, copywriting, voice over, content editing.
- Kelas online dan tutor: mengajar bahasa asing, desain, pemrograman, atau pemasaran digital.
- Content creator: membuat kanal YouTube, TikTok, hingga podcast yang relevan dan berisi.
- Jualan online: menjadi dropshipper, reseller, atau membangun merek sendiri dari rumah.
- Remote job internasional: menjadi virtual assistant, transcriber, hingga customer service global.
Banyak platform seperti Coursera, RevoU, Dicoding, atau YouTube sendiri kini menyediakan pelatihan gratis maupun berbayar. Bahkan, banyak alumni dari profesi konvensional kini beralih menjadi solopreneur digital dengan hasil memuaskan.
Tentu saja dalam proses reskilling ini perlu diimbangi dengan sikap mawas diri bahwa tak ada yang benar-benar instan. Tetap penting untuk menyikapi perubahan dengan tidak gegabah. Yang terlihat mudah bisa jadi sulit dan butuh waktu lama untuk didapatkan.
Membaca Arah Angin: Peluang Tak Hilang, Hanya Berganti Bentuk
Setiap krisis selalu memunculkan bidang baru yang berkembang. Kini, kebutuhan akan tenaga kerja fleksibel semakin tinggi. Perusahaan internasional membuka lowongan remote untuk pasar global, dan Indonesia termasuk yang banyak diincar karena kualitas SDM dan efisiensi biaya.
Sementara itu, bisnis lokal juga tumbuh pesat di ranah digital. Mereka butuh konten, promosi, desain, dan komunikasi digital. Artinya, siapa pun yang bisa memposisikan diri dengan keahlian baru bisa mengisi celah itu.
Personal branding digital kini menjadi mata uang baru dalam dunia kerja. Bukan lagi soal “siapa kenal siapa”, tapi siapa yang bisa menunjukkan keahlian secara terbuka dan profesional.
Penting untuk mulai membangun kembali identitas karier lewat media sosial profesional, portofolio online, dan koneksi baru. Orang tidak akan tahu nilai kita jika kita sendiri tak menunjukkan proses belajar dan karya yang sedang dibangun.
Menjadi Kreator: Dari Penonton Jadi Pelaku
Era ini memberi ruang bagi semua orang untuk menjadi kreator, bukan sekadar konsumen.
Content creation bukan lagi hobi semata, tapi sudah menjadi karier serius dengan penghasilan nyata. Bahkan, banyak kreator berangkat dari kegagalan, termasuk mereka yang pernah terkena PHK.
Yang membuat kreator sukses bukan hanya jumlah pengikut, tapi konsistensi, pesan yang kuat, dan kemampuan membangun komunitas kecil yang loyal.
Kanal YouTube edukatif, TikTok tips keuangan, atau Instagram konten visual kreatif—semuanya terbuka lebar. Kita tidak perlu jadi “seleb”, cukup jadi versi paling jujur dari diri sendiri yang membawa manfaat.
Dari Duka Jadi Daya Dorong: Menciptakan Babak Baru
Mereka yang bangkit dari PHK bukan orang yang paling beruntung, tapi mereka yang bersedia mengubah pola pikirnya. Dari yang dulu hanya bekerja demi stabilitas, kini menjadi seseorang yang membangun karier berbasis nilai, keterampilan, dan fleksibilitas.
Reskilling tidak hanya membuka pintu penghasilan baru, tapi juga memperluas cakrawala hidup. Banyak orang yang baru menemukan gairah hidupnya justru setelah kehilangan pekerjaan lama—karena akhirnya bisa bekerja dari hati, bukan hanya demi gaji.
Sahabat Fimela, masa sulit bukan musuh. Ia adalah cermin yang memperlihatkan siapa diri kita sebenarnya. Kamu bukan gagal karena kehilangan pekerjaan, kamu hanya sedang diminta untuk menjemput takdir baru yang lebih besar.
Kini Waktunya Melangkah Lebih Jauh
Kondisi ekonomi boleh sulit, tapi daya juang tak boleh ikut padam.
Langkah pertama memang selalu yang paling berat, tapi itu juga yang paling menentukan. Dunia kerja hari ini tidak menunggu siapa yang paling mapan, tapi siapa yang paling siap berubah.
Jangan biarkan satu pintu yang tertutup membuatmu lupa bahwa masih ada banyak jendela terbuka. Masa depan bukan hanya milik mereka yang punya koneksi, tapi milik mereka yang punya kemauan untuk berkembang.
Sahabat Fimela, saat terdampk PHK, kamu tidak sedang kehilangan arah. Kamu sedang membentuk ulang arahmu. Dan itu adalah langkah yang jauh lebih berani daripada yang kamu kira.
Kini, saatnya kamu berjalan, bukan dengan rasa takut—tetapi dengan percaya diri bahwa kamu layak untuk babak hidup yang lebih besar dari sebelumnya.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.