Wimbledon Lebih dari Sekadar Tenis, Saat Turnamen Ini Menjadi Panggung Branding, Gaya Hidup, dan Sorotan Dunia

19 hours ago 4

Fimela.com, Jakarta Setiap musim panas di Inggris, satu acara olahraga klasik selalu mencuri perhatian dunia, Wimbledon. Tapi tunggu dulu, ini bukan sekadar turnamen tenis. Lebih dari itu, Wimbledon telah berevolusi menjadi ajang prestise yang memadukan tradisi, fashion, dan kekuatan branding dalam satu panggung global yang elegan.

Dari dessert rasa stroberi-krim hingga polo shirt Ralph Lauren, dunia seolah berputar mengelilingi satu kata, Wimbledon. Diselenggarakan sejak tahun 1877, Wimbledon adalah turnamen tenis tertua dan paling prestisius di dunia. Dimulai dengan hanya 22 peserta dan disaksikan oleh 200 orang, ajang ini kini berkembang menjadi salah satu Grand Slam paling bergengsi.

Tradisinya tak main-main. Aturan berpakaian serba putih bagi para pemain, lapangan rumput hijau yang selalu terjaga, serta kehadiran keluarga kerajaan Inggris di tribun utama membuat Wimbledon tampil sebagai simbol kemewahan dalam bentuk paling klasik.

Mengapa Diwajibkan Pakai Serba Putih?

Mengutip BBC International, aturan berpakaian serba putih berakar dari abad ke-19, ketika bercak keringat di pakaian berwarna dianggap tidak sopan saat bermain tenis di acara sosial. Sejak itu, seragam putih menjadi identitas Wimbledon.

Namun, ajang ini tak sepenuhnya menutup diri dari perubahan. Sejak 2023, para atlet perempuan diperbolehkan mengenakan celana dalam berwarna gelap untuk kenyamanan saat menstruasi, dengan syarat tetap tersembunyi di balik rok putih mereka.

Lebih dari sekadar sejarah, Wimbledon memancarkan aura yang tak bisa ditiru, formal tapi memesona, eksklusif tapi tetap menarik generasi muda. Seperti dilaporkan Business of Fashion, "Wimbledon menggabungkan sport, heritage, dan aspirasi dalam satu paket branding yang sempurna."

Tribun Penonton Jadi Panggung Seleb dan Figur Dunia

Tak hanya lapangan yang jadi sorotan, barisan penonton di Wimbledon pun tak kalah mencuri perhatian. Tahun ini, Olivia Rodrigo tampil chic dengan gaun vintage ala ’90-an, sementara Kate Middleton, sebagai Patron All England Club, selalu hadir dengan gaya anggun khas bangsawan.

Dari Pangeran William, David Beckham dengan tangan diperban, Zendaya, hingga Brad Pitt, Wimbledon adalah runway tanpa catwalk. Tribun VIP seolah menjadi barisan front row fashion week, tempat mode dan status sosial bertemu dalam satu frame kamera.

Fashion Show Tanpa Red Carpet

Di Wimbledon, tak ada karpet merah. Tapi jangan salah, deretan penontonnya tetap tampil layaknya para undangan fashion week kelas dunia. Tribun penonton—terutama di Centre Court dan Royal Box, menjadi ajang unjuk gaya yang tak kalah glamor dari Met Gala, hanya dengan aturan berpakaian yang lebih konservatif dan elegan.

Salah satu momen yang paling mencuri perhatian datang dari David Beckham. Kehadirannya pada 30 Juni lalu langsung menjadi pembicaraan, bukan hanya karena gaya maskulinnya yang khas, tapi juga karena aksesori mewah di pergelangan tangannya. Beckham tertangkap kamera mengenakan Tudor Black Bay Chronograph bertabur berlian, sebuah model eksklusif yang kabarnya dibuat khusus oleh Tudor untuk merayakan ulang tahun ke-50 brand tersebut. Tak butuh red carpet untuk menunjukkan status, di Wimbledon, detail kecil seperti jam tangan bisa menjadi headline fashion tersendiri.

Tak hanya Beckham, sorotan juga tertuju pada Poppy Delevingne dan para aktor Inggris, Douglas Booth serta Bel Powley, yang terlihat menenteng tas Fendi Spy terbaru. Munculnya tas ikonis ini di tangan para selebritas menandai kembalinya it-bag era 2000-an ke dalam arus mode 2025. Kehadiran Fendi Spy di Wimbledon bukan hanya soal tren, tapi simbol bagaimana fashion heritage bisa bertemu dengan modernitas dalam ruang budaya sekelas turnamen tenis klasik.

Wimbledon 2025 benar-benar menunjukkan bahwa ini bukan sekadar ajang olahraga, melainkan arena di mana warisan, gaya personal, dan storytelling visual bersatu dalam harmoni paling stylish.

Ajang Rebutan Brand Global

Bagi banyak brand, Wimbledon adalah ladang emas. Identitasnya yang bersih, klasik, dan penuh sejarah menjadikannya platform ideal untuk kampanye musiman penuh makna.

Beberapa kampanye yang mencuri perhatian tahun ini:

  • Sipsmith Gin hadir dengan kampanye sinematik khas Wimbledon, cocktail musiman, hingga tiket giveaway yang viral.
  • Stella Artois merilis kaleng putih eksklusif bertema seragam Wimbledon, dengan David Beckham dan Maria Sharapova sebagai bintang utama kampanye “Raise a Chalice to Wimbledon”.
  • Brand kuliner seperti L’ETO Café, Saddle London, dan Hummingbird Bakery menawarkan dessert stroberi-krim berbentuk bola tenis yang estetik dan Instagrammable.

Menurut Vogue Business, asosiasi dengan Wimbledon dapat meningkatkan persepsi merek hingga 40% di kalangan konsumen kelas atas.

Ralph Lauren: Ikon Wimbledon di Dunia Fashion

Jika ada satu merek fashion yang paling identik dengan Wimbledon, maka itu adalah Ralph Lauren. Sejak 2006, rumah mode asal Amerika ini menjadi Official Outfitter turnamen, mendandani para petugas lapangan, umpire, hingga ball boys dan girls dengan palet warna navy, putih, dan hijau khas Wimbledon.

Tak hanya itu, Ralph Lauren juga merilis koleksi kapsul Wimbledon setiap tahun, menampilkan polo shirt klasik, pleated skirt yang preppy, hingga knitwear yang menggoda nostalgia. Tahun ini, ia juga membawa para ambassador-nya ke lapangan. Termasuk dari kalangan K-Pop Idol seperti Jay Enhypen dan Krystal Jung.

Royal Box Wimbledon: Tribun Kecil dengan Pengaruh Besar

Di antara gemuruh raket dan sorak penonton Centre Court, ada satu area yang selalu jadi sorotan: Royal Box. Terletak strategis di lapangan utama Wimbledon, tribun eksklusif ini hanya memiliki 74 kursi, namun kekuatannya jauh melampaui jumlah tempat duduknya. Sejak diperkenalkan pada 1922, Royal Box dirancang sebagai tempat duduk kehormatan keluarga kerajaan Inggris. Kini, ia menjelma menjadi simbol status sosial dan pengakuan budaya paling prestisius di dunia olahraga.

Tiket ke Royal Box tak bisa dibeli. Undangan datang langsung dari Ketua All England Club, ditujukan hanya untuk tamu terpilih: mulai dari bangsawan, kepala negara, legenda tenis, hingga selebritas dan tokoh budaya yang dianggap relevan dan berpengaruh. Semua yang duduk di sana harus mematuhi aturan berpakaian formal, jas, dan dasi untuk pria, busana elegan untuk wanita. Setelah pertandingan, mereka tak hanya menonton tenis, tapi juga dijamu makan siang dan teh sore di clubhouse eksklusif.

Tahun ini, Royal Box kembali diisi nama-nama besar. Pangeran William dan Kate Middleton hadir bersama Pangeran George dan Putri Charlotte, sementara David Beckham tampil penuh gaya meski dengan tangan diperban. Olivia Rodrigo duduk satu baris dengan Nick Jonas, dan Tom Holland terlihat santai berbincang saat pertandingan berlangsung. Ada pula Sir David Attenborough, Anushka Sharma, dan Virat Kohli, menunjukkan betapa Royal Box adalah persilangan antara aristokrasi, budaya pop, dan diplomasi gaya hidup.

Seperti yang dikatakan seorang netizen, “Wimbledon itu bukan cuma tenis, tapi klub sosial elite musim panas dengan tamu terkurasi dan dress code mahal.” Dan Royal Box adalah pusatnya, panggung sunyi yang mencerminkan betapa olahraga bisa jadi ruang untuk prestise, pengaruh, dan fashion statement yang tak terlupakan.

Lebih dari Turnamen, Wimbledon Adalah Cerita Gaya Hidup

Tahun ini, dunia tenis tak hanya menggema di lapangan, tapi juga di layar lebar lewat film Challengers yang dibintangi Zendaya. Meski tak menyebut Wimbledon secara eksplisit, film ini banyak terinspirasi dari atmosfer turnamen ikonis tersebut. Penulis naskah Challengers, Justin Kuritzkes, mengungkapkan bahwa ide karakter utama Tashi muncul saat ia menonton final Wimbledon 2019 antara Novak Djokovic dan Roger Federer. Ia tertarik melihat ketegangan di wajah Mirka Federer, istri Roger, yang duduk di area penonton, dari sanalah terbentuk karakter pelatih sekaligus pasangan atlet.

Popularitas Challengers juga turut mendorong tren tenniscore, gaya hidup dan fashion khas tenis—menyatu ke dalam budaya pop. Zendaya sendiri hadir di Wimbledon tahun ini mengenakan setelan preppy dari Ralph Lauren, tampil dengan aura "Challengers-coded" yang menyatu dengan suasana eksklusif turnamen.

Karena Wimbledon memang bukan sekadar pertandingan, tapi juga panggung budaya. Dari Royal Box yang prestisius hingga deretan selebritas dunia yang berdatangan, ajang ini menjadi titik temu antara olahraga, mode, dan status sosial. David Beckham, yang tahun ini kembali hadir di Centre Court, menyebut Wimbledon sebagai "tempat di mana olahraga dan budaya bertemu dalam kesempurnaan," katanya dikutip dari Times of India.

Wimbledon 2025 memang kembali menarik sorotan. Bukan hanya karena intensitas pertandingan Grand Slam tertua di dunia ini, tapi juga karena deretan tokoh dunia yang terlihat hadir: dari Putri Kate Middleton hingga Ariana Grande, dari David Beckham hingga Idris Elba. Bagi mereka yang diundang ke Royal Box, area khusus untuk tamu kehormatan yang dipilih langsung oleh penyelenggara dan keluarga kerajaan, kehadiran di Wimbledon lebih dari sekadar menonton tenis. Ini tentang menjadi bagian dari warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Hilda Irach
Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|