Terungkap! Rahasia Lucy Guo Jadi Miliader Muda di Usia 30, Kalahkan Taylor Swift

8 hours ago 4

ringkasan

  • Lucy Guo menunjukkan penguasaan teknologi sejak dini dengan belajar coding dan membangun proyek, memberinya keunggulan teknis.
  • Visi kewirausahaan Lucy Guo memungkinkannya melihat peluang di pasar berkembang seperti data AI dan ekonomi kreator.
  • Keputusan strategis Lucy Guo untuk mempertahankan saham di Scale AI terbukti menjadi langkah finansial yang sangat cerdas.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, kisah inspiratif Lucy Guo menjadi sorotan dunia sebagai salah satu miliarder wanita termuda yang membangun kekayaannya sendiri. Pada usia 30 tahun, ia telah mencatatkan namanya dalam jajaran elite, bahkan melampaui figur populer seperti Taylor Swift.

Perempuan kelahiran 1994 ini berhasil mengumpulkan kekayaan bersih fantastis, diperkirakan mencapai $1,25 hingga $1,3 miliar USD. Sebagian besar asetnya berasal dari kepemilikan saham signifikan di Scale AI, sebuah perusahaan kecerdasan buatan terkemuka yang ia dirikan bersama.

Keberhasilan Lucy Guo bukan sekadar keberuntungan, melainkan buah dari kombinasi visi tajam, keberanian mengambil risiko, serta kemampuan luar biasa dalam mengidentifikasi peluang pasar. Mari kita selami lebih dalam rahasia di balik kesuksesannya.

Fondasi Awal dan Semangat Kewirausahaan Sejak Dini

Lucy Guo, yang lahir pada 14 Oktober 1994, dibesarkan di Fremont, California, oleh orang tua imigran Tiongkok yang berprofesi sebagai insinyur listrik. Meskipun ada keraguan dari orang tua mengenai tantangan wanita di industri teknologi, Guo menunjukkan minat besar sejak usia muda.

Sejak kelas dua, ia sudah mulai belajar coding, menunjukkan bakat alami dalam dunia digital. Pada masa remajanya, Guo bahkan mengembangkan bot untuk game online populer seperti Neopets, dan berhasil menghasilkan uang dari penjualan aset dalam game tersebut.

Tidak hanya itu, semangat kewirausahaannya terlihat dari berbagai "side hustle" lain yang ia lakukan. Ia juga menghasilkan uang dari menjual kartu Pokémon dan membangun situs web streaming TV palsu, membuktikan kemampuannya melihat peluang bisnis sejak belia.

Keberanian Mengambil Jalan yang Tidak Konvensional

Perjalanan pendidikan Lucy Guo juga menunjukkan keberaniannya dalam mengambil keputusan besar. Ia sempat menempuh studi ilmu komputer di Carnegie Mellon University, salah satu institusi terkemuka di bidang teknologi.

Namun, pada tahun 2014, Guo membuat keputusan mengejutkan dengan memilih untuk drop out dari universitas. Keputusan ini diambil setelah ia menerima Thiel Fellowship, sebuah hibah senilai $100.000 USD selama dua tahun.

Thiel Fellowship dirancang untuk mendorong anak muda mengejar proyek kewirausahaan alih-alih menyelesaikan pendidikan formal mereka. Langkah ini menegaskan keberanian Guo untuk memilih jalur non-tradisional dan fokus pada pengembangan pengalaman praktis yang lebih relevan dengan visinya.

Terobosan dengan Scale AI dan Keputusan Strategis

Setelah menyelesaikan magang di Facebook dan menjadi desainer wanita pertama di Snapchat, di mana ia berkontribusi pada pengembangan Snap Maps, Lucy Guo bergabung dengan Quora. Di sinilah ia bertemu Alexandr Wang, sosok yang kelak menjadi mitra pendirinya.

Bersama Wang, Guo mendirikan Scale AI pada tahun 2016, sebuah platform inovatif yang menyediakan data pelatihan berkualitas tinggi untuk aplikasi kecerdasan buatan. Perusahaan ini menjadi tulang punggung bagi pengembangan teknologi seperti mobil self-driving dan robotika, dan dengan cepat meraih kesuksesan besar.

Meskipun Guo meninggalkan Scale AI pada tahun 2018 karena perbedaan visi, ia mengambil keputusan krusial untuk mempertahankan sekitar 5% saham di perusahaan tersebut. Keputusan strategis ini terbukti sangat menguntungkan di kemudian hari.

Pada tahun 2025, valuasi Scale AI melonjak drastis hingga mencapai $25 miliar USD, menjadikan kepemilikan saham Guo bernilai sekitar $1,2 miliar USD. Inilah sumber utama kekayaannya, yang menyoroti pentingnya mempertahankan ekuitas dalam perusahaan dengan potensi pertumbuhan yang masif.

Diversifikasi dan Investasi Cerdas

Setelah sukses dengan Scale AI, Lucy Guo tidak berhenti berinovasi. Pada tahun 2019, ia mendirikan Backend Capital, sebuah perusahaan modal ventura yang fokus berinvestasi pada startup teknik tahap awal. Ini menunjukkan visinya dalam mendukung ekosistem teknologi.

Salah satu investasi suksesnya melalui Backend Capital adalah pada perusahaan fintech Ramp, yang kini telah mencapai valuasi $13 miliar USD. Keberhasilannya dalam mengidentifikasi dan mendukung startup potensial menegaskan kejelian investasinya.

Pada tahun 2022, Guo meluncurkan Passes, sebuah platform sosial yang memungkinkan kreator konten memonetisasi hubungan mereka dengan penggemar. Passes telah berhasil mengumpulkan pendanaan signifikan, termasuk Seri A senilai $40 juta USD pada tahun 2024.

Langkah ini membuktikan kemampuannya untuk terus mengidentifikasi dan membangun bisnis di sektor-sektor yang sedang berkembang pesat, seperti ekonomi kreator. Ia selalu berada di garis depan inovasi, mencari peluang baru untuk dikembangkan.

Ketahanan dan Kemampuan Beradaptasi

Perjalanan Lucy Guo menuju puncak tidak selalu mulus; ia menghadapi berbagai tantangan, termasuk pengalaman dipecat dari Scale AI. Namun, ia tidak menyerah pada kemunduran tersebut.

Sebaliknya, Guo menggunakan pengalaman itu sebagai pendorong untuk terus maju dan membangun usaha-usaha baru yang lebih besar. Kemampuannya untuk bangkit kembali dan terus berinovasi setelah menghadapi kesulitan adalah ciri khas seorang pengusaha sejati.

Kisah Lucy Guo adalah bukti nyata bahwa kombinasi antara bakat, kerja keras, keputusan strategis, dan semangat pantang menyerah dapat membuka jalan menuju kesuksesan luar biasa. Ia terus menginspirasi banyak Sahabat Fimela untuk berani bermimpi dan bertindak.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Nabila Mecadinisa
Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|