Bukti Eksistensi Batik Legendaris Asal Pekalongan Lewati Krisis Moneter hingga Jadi Langganan Presiden

1 day ago 9

Fimela.com, Jakarta Setiap motif batik memiliki ceritanya masing-masing. Termasuk dengan Batik Pesisir yang digarap oleh penggiat batik asal Pekalongan, Ahmad Failasuf. Lewat batik, Ahmad Failasuf membuktikan pepatah yang mengatakan "Dalam setiap kegelapan, pasti ada sinar harapan".

Bagaimana tidak? Batik Pesisir dibangun ketika Indonesia mengalami keterpurukan akibat krisis moneter 1998. Dengan keberanian dan tekad yang kuat, Ahmad Failasuf menetapkan keyakinannya untuk mendirikan rumah batik dengan nama Batik Pesisir Failasuf. Dari Desa Kemplong, Kabupaten Pekalongan, Ahmad Failasuf mulai mengukir mimpinya ke ranah nasional dan internasional dengan berfokus pada motif batik pesisiran.

"Batik itu sudah diakui sebagai warisan budaya. Orang Indonesia pun sudah mengetahuinya sehingga saya rasa saat itu produksi batik cukup mudah. Batik pesisiran sendiri biasanya menghadirkan flora, fauna, dan penuh warna", kata Ahmad Failasuf. pendiri Batik Pesisir Failasuf kepada Fimela.

Di Batik Pesisir Failasuf, Ahmad lebih banyak bermain dengan motif batik pesisiran yang terkenal dengan nuansa cerah dan dominasi motif flora fauna. Motif tersebut dituangkan ke dalam kain sutra dan katun dengan teknik batik tulis dan cap. Seiring dengan bisnis yang berkembang, Ahmad Failasuf melahirkan lini batiknya lainnya, yakni Batik Failasuf Masterpiece of Batik.

Lini Batik dengan koleksi eksklusif

Berbeda dengan Batik Pesisir Failasuf, Batik Failasuf Masterpiece of Batik lebih bermain dengan koleksi ekslusif batik tulis di atas kain sutera premium. Karena kualitasnya yang premium, harga batik yang dibanderol pun turut di atas rata-rata, bahkan ada produk yang bisa mencapai lebih dari Rp100 jutaan. Hasil karya dari lini batik premium ini kerap dikenakan oleh presiden dan para pejabat negara.

"Kalau batik itu sebenarnya minimal proses 2 bulan, bisa sampai 3-4 bulan satu baju. Sampai akhirnya jadi (kain batik) kemudian di-cutting, dipola dan dijahit itu 2-3 bulan kurang lebih," jelas Failasuf.

Berbekal pengetahuan dan kegigihan, Ahmad Failasuf mulai mengembangkan motif batik pesisiran menjadi sebuah tren yang belum pernah ada sebelumnya. Selain melestarikan motif asli dari Batik Pesisir, pengembangan ke dalam bentuk asimetris menjadi sebuah ide baru yang menarik perhatian pembeli.

Era demi era dilalui, nyatanya Batik Pesisir Failasuf masih menduduki tempatnya. Seolah tidak tergeser meski dunia yang dinamis terus berubah. Diungkapkan oleh Failasuf bahwa dirinya dan tim tidak pernah berhenti belajar. Tidak hanya tentang belajar desain melainkan juga produksi, marketing, keuangan, hingga quality control. Sehingga Batik Pesisir selalu bisa memastikan positioning-nya di pasaran lewat desain dan siluet baru sesuai dengan tren masa kini.

"Harus tiap bulan sekali kita membuat sesuatu yang berubah. Bahkan kalau di kita itu menciptakan desain. Tapi karakternya memang mungkin bisa dikatakan sebulan sekali, tapi berubah desain itu tiap hari," kata Failasuf.

Perilaku disiplin turut berkontribusi pada kesuksesan langgeng yang diraih Batik Pesisir. Hingga akhirnya Batik Pesisir bisa menjajaki Istana untuk membuatkan busana batik presiden RI dari masa ke masa. Dimulai dari era Presiden Gus Dur, Ahmad Failasuf gigih mencari jalan untuk bisa sampai ke Istana dengan menelpon desainer langganan Presiden Gus Dur.

Jadi langganan presiden

Pada 2000, ia mulai memperkenalkan diri pada Istana Negara sebagai desainer asal Pekalongan dan akhirnya dipercaya membuatkan kemeja batik untuk Presiden Gus Dur. Untuk Presiden Gus Dur, Failasuf membuatkan kemeja batik bernuansa klasik yang cukup tren saat itu. Disesuaikan dengan gaya khas Presiden Gus Gur saat itu sehingga wibawanya sebagai pemimpin lebih terpancar.

Tak berhenti di era Presiden Gus Dur, kepercayaan Istana Negara terhadap Batik Pesisir Failasuf berlanjut hingga pemimpin di generasi berikutnya. Batik Pesisir Failasuf menjadi langganan presiden dari masa ke masa dengan desain yang disesuaikan pada karakter setiap pemimpin. Untuk Presiden Megawati, dibuatkan kemeja batik bersiluet khusus perempuan dengan dominasi warna merah dan bermotif flora fauna.

Sementara untuk Presiden SBY dibuatkan kemeja yang memiliki corak khas Indonesia dengan aksen garis lurus. Presiden Jokowi lebih banyak dibuatkan kemeja dengan dominasi sogan Solo yang merujuk pada daerah asalnya. Di era Presiden Prabowo, Batik Pesisir Failasuf membuatkan kemeja batik dengan dominasi warna abu-abu dan biru muda, sesuai dengan pantone warna sang presiden saat kampanye.

"Jadi memang menyesuaikan dengan kebiasaan, kebiasaan dari keseharian para presiden maupun para pemimpin wilayah," tutur Failasuf.

Puncaknya, Ahmad Failasuf mendapat kepercayaan dari Presiden SBY membuatkan kain penutup jenazah untuk almarhuman Ani Yudhoyono pada 2019. Ia membuat kain batik tulis berbahan sutra dengan motif Sawunggaling. Motif ini menampilkan burung Phoenix yang seakan-anak terbang menuju surga.

Dari situ, pesanan berdatangan dari berbagai penjuru. Baik dari konsumen pribadi maupun konsumen perusahaan yang membutuhkan seragam batik dalam jumlah besar. Ahmad Failasuf pun terbuka terhadap rekan sesama pebisnis yang ingin membuka usaha batik dengan menjual koleksi produksinya.

Daya tarik masyarakat

Untuk semakin menarik minat masyarakat terhadap Batik Pesisir Failasuf, Ahmad mendirikan Padepokan Pesisir. Diresmikan oleh Menteri Perdagangan pada 2007, Padepokan Pesisir ini menghidupkan kembali desa Kemplong sebagai desa sentra batik Pekalongan. Di sini, masyarakat bisa melihat proses membatik lebih dekat bahkan belajar batik secara langsung. Sehingga masyarakat bisa merasakan langsung pengalaman membatik yang berujung pada ketertarikan membeli batik.

Sebagai pemilik bisnis, Ahmad Failasuf mengaku dirinya pun mengalami pasang surut. Dari yang semula berkembang cukup pesat, dari mempekerjakan empat orang karyawan hingga mencapai 600 orang. Namun ketika COVID-19 melanda tersisa 100 orang dengan talenta terbaik yang membantu Ahmad Failasuf memproduksi batik pesisir asal Pekalongan.

"Kalau kita produksi tapi kualitasnya tidak bagus, orang kapok juga. Jadi pertama kali inovasi. Kemudian yang kedua memang kualitasnya kita jaga. Dari mulai bahan, benang, cutting, dan jahitan. Kemudian kenyamanan dalam traktasi, komunikasi dalam melayani. Itu sangat mempengaruhi mereka mau datang ke kita," cerita Failasuf.

Bagi Ahmad Failasuf, menjaga kepercayaan konsumen dari kalangan manapun merupakan hal terpenting dalam berbisnis. Kepercayaan itulah yang membuatnya tetap eksis selama 27 tahun berdiri.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|