Fimela.com, Jakarta Kabar duka datang dari dunia mode, Giorgio Armani, maestro fesyen asal Italia yang telah merevolusi cara kita memandang elegansi, meninggal dunia pada usia 91 tahun. Rumah mode Armani mengonfirmasi bahwa sang desainer berpulang dengan tenang di kediamannya, dikelilingi orang-orang terkasih.
"Dengan duka yang tak terhingga, Armani Group mengumumkan kepergian pencipta, pendiri, dan jiwa penggerak abadi kami: Giorgio Armani. Il Signor Armani, begitu ia selalu disebut penuh hormat, berpulang dengan tenang dikelilingi orang-orang terdekat. Tak kenal lelah hingga akhir, ia tetap bekerja sampai hari-hari terakhirnya, mencurahkan diri untuk perusahaan, koleksi, serta berbagai proyek yang tengah dan akan berjalan.” tulis pernyataan resmi di Instagram @giorgioarmani.
Selama hampir lima dekade, Giorgio Armani membangun perusahaannya dengan kesabaran dan emosi, menjadikan independensi, baik dalam pikiran maupun tindakan, sebagai ciri khasnya. Semangat inilah yang akan terus menjadi fondasi rumah mode Armani, dilanjutkan oleh keluarga dan para karyawannya.
Pihak rumah mode juga menyampaikan bahwa ruang duka akan dibuka untuk publik pada Sabtu, 6 September hingga Minggu, 7 September, pukul 09.00–18.00 waktu setempat, bertempat di Armani/Teatro, Via Bergognone 59, Milan. Sesuai dengan permintaan pribadi Giorgio Armani, prosesi pemakaman akan digelar secara tertutup.
Dari Piacenza ke Panggung Dunia
Lahir di Piacenza, Italia, pada 11 Juli 1934, Armani awalnya bermimpi menjadi seorang dokter. Takdir membawanya ke jalur berbeda saat ia bekerja sebagai dekorator jendela toko di Milan, sebuah awal kecil yang kemudian menjadikannya ikon mode dunia. Bersama mendiang Sergio Galeotti, ia mendirikan label Giorgio Armani pada 1975 dengan modal seadanya.
Koleksi pertamanya melahirkan sesuatu yang revolusioner,yakni jaket tanpa lining yang terasa lebih ringan, lebih bebas, dan berbeda dari konvensi mode kala itu. Dari sanalah lahir DNA “Armani look”, elegan, minimalis, tapi penuh kekuatan.
Elegansi yang Menyentuh Generasi
Armani percaya bahwa keanggunan sejati lahir dari kesederhanaan. Setelan yang nyaman, gaun malam berkilau, hingga power suit dengan bahu tegas untuk perempuan karier, semua menjadi simbol zamannya. Karyanya melintasi gender, melampaui tren, dan selalu menekankan satu hal: pakaian harus bisa dipakai dengan nyata, bukan hanya sekadar hiasan.
Tak terhitung selebritas dunia yang jatuh cinta pada sentuhan magisnya. Dari Richard Gere di American Gigolo, Sophia Loren, Jodie Foster, George Clooney, hingga Anne Hathaway di karpet merah Oscar, semuanya menjadi bukti nyata betapa besar pengaruh Armani dalam budaya populer.
Warisan Armani tak berhenti di runway. Kerajaan bisnisnya berkembang ke berbagai lini: parfum, kosmetik, furnitur, restoran, hotel, bahkan olahraga melalui tim basket EA7 Emporio Armani Milan. Meski begitu, ia tetap sederhana dalam keseharian, setia dengan kaus hitam polos dan jeans yang menjadi seragam khasnya.
Di Italia, ia dijuluki “Re Giorgio” (King George), simbol seorang visioner yang tak pernah tunduk pada arus merger atau penjualan perusahaan. Ia selalu menjadi tuan rumah bagi dirinya sendiri, setia pada idealisme dan jati diri kreatifnya.
Selamat Jalan, Maestro
Hingga akhir hayat, Armani masih mempersiapkan perayaan 50 tahun labelnya yang rencananya digelar di Milan Fashion Week bulan ini. Koleksi terakhirnya, Spring/Summer 2025, ia hadirkan di Paris Fashion Week Januari lalu, sebuah penutup manis dari perjalanan panjangnya.
Kepergian Giorgio Armani meninggalkan ruang kosong yang sulit tergantikan. Namun, warisan yang ia tinggalkan akan terus hidup: bahwa keindahan sejati adalah tentang kesederhanaan, kenyamanan, dan keberanian untuk tampil apa adanya.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.