Cerita Wastra: Pesona Kain Sasirangan, Warisan Kalimantan Selatan dalam Siluet Modern di Parade Wastra Nusantara 2025

1 month ago 18

Fimela.com, Jakarta Kain tradisional Indonesia selalu punya daya tarik khas yang membuatnya istimewa di mata pecinta mode. Salah satunya adalah kain Sasirangan, wastra khas Kalimantan Selatan yang membuka gelaran Parade Wastra Nusantara 2025 pada Jumat (8/8/2025). Hadir dengan motif unik dan proses pembuatan penuh filosofi, Sasirangan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Banjar yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Tahun ini, Sasirangan tampil istimewa di gelaran Parade Wastra Nusantara 2025. Tidak hanya dipamerkan, kain ini juga hadir dalam bentuk busana yang edgy dan kekinian rancangan desainer ternama Irma Joenawinata. Perpaduan motif tradisional dan potongan modern menciptakan karya yang memikat, sekaligus membuktikan bahwa wastra dapat bersaing di pasar global tanpa kehilangan jati dirinya.

Proses pewarnaan alami, teknik ikat yang rumit, hingga filosofi motif yang sarat makna menjadi kekuatan utama dalam karya ini. “Kami ingin Sasirangan tak hanya dikenal sebagai warisan budaya, tapi juga sebagai karya yang relevan di dunia mode saat ini,” ujar  Ketua Dekranasda Provinsi Kalimantan Selatan Hj. Fahtul Jannah Muhidin dalam sesi Cerita Wastra di Parade Wastra Nusantara 2025 hari pertama.

Kain Sasirangan sendiri merupakan kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan teknik rintang atau jelujur, yakni menjahit dan kemudian diwarnai dengan bahan perintang seperti tali atau benang. Satu persatu bagian kain dijelujur menggunakan benang untuk membentuk pola dalam proses pembuatan kain. Kemudian dicelup menggunakan pewarna alami dan sintesis yang memperkaya tampilan kain Sasirangan. Kain ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, bahkan dipercaya memiliki kekuatan magis untuk pengobatan dan upacara adat. 

Dukungan dari Pusat hingga Daerah

Perjalanan Sasirangan menuju panggung internasional tak lepas dari dukungan pemerintah pusat dan daerah. Bu Neli Yana selaku Direktur Kriya dari Kementerian Ekonomi Kreatif menegaskan bahwa wastra adalah aset penting dalam pertumbuhan ekonomi kreatif.

“Bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai sejarah. Wastra ini bagi kami adalah power. Ia bagian dari kriya, dan kriya adalah subsektor penyumbang PDB, tenaga kerja, investasi, dan ekspor terbesar di sektor ekonomi kreatif,” jelasnya.

Neli menambahkan bahwa pemerintah memiliki berbagai program untuk membekali para pengrajin.

“Kami punya pendampingan, fasilitasi, hingga membantu UMKM onboarding ke e-commerce. Kami juga menjangkau pejuang wastra di berbagai daerah, dan kami di Kemenparekraf tidak bergerak sendiri,” tuturnya.

Menyesuaikan dengan Tren Global

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menyadari bahwa agar Sasirangan tetap bersaing, diperlukan inovasi yang mengikuti perkembangan zaman. “Sekarang zamannya media sosial. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak agar pengrajin bisa mengikuti tren dan menjangkau pasar nasional bahkan internasional,” kata Bu Fathul.

Kolaborasi dengan desainer ternama menjadi langkah strategis. Parade Wastra Nusantara menjadi pertemuan PemProv Kalimantan Selatan dengan desainer IFC Irmasari Joedawinata. Desainer asal Bandung ini dipercaya untuk mengolah kain Sasirangan menjadi koleksi yang memadukan tradisi dengan sentuhan modern. Sebelumnya, desainer Ayu Dyah Andari juga pernah menggarap Sasirangan, membuktikan bahwa kain ini fleksibel di berbagai gaya.

Di sesi Selaras Wastra, kain Sasirangan disulap menjadi rangkaian koleksi busana yang bertajuk Echoes of Borneo, karya desainer Irmasari Joedawinata. Irmasari mengaplikasikan kain Sasirangan ke dalam 10 look busana yang edgy, modern, dengan sentuhan feminin berkat aksen balon yang seamless. Irmasari juga menghadirkan beberapa siluet jaket sebagai bentuk intepretasi makna ‘keselamatan’ yang dihadirkan di kain Sasirangan.

Hj. Fathul Jannah menutup sesi fashion show Selaras Wastra dengan penampilan yang edgy dan stylish. Irma membuatkan dress lace hitam panjang dengan rok lebar. Dilapisi dengan long outer kain Sasirangan hijau pink yang cerah berlengan terompet yang feminin.

Sasirangan semakin dikenal di dunia. “Kami ingin kualitas pengrajin terus meningkat, pasarnya semakin luas, dan Sasirangan benar-benar bisa go international,” ungkap Hj. Fathul Jannah.

Dari Banjarmasin ke Panggung Dunia

Melalui panggung Parade Wastra Nusantara, Sasirangan hadir bukan hanya sebagai kain indah, tetapi sebagai identitas budaya yang dikemas dalam karya mode kelas dunia. Didukung oleh pengrajin, pemerintah, dan kreativitas desainer, Sasirangan kini melangkah menuju sorotan panggung internasional yang membawa cerita Indonesia yang membanggakan.

Kehadiran Sasirangan di panggung internasional juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Hj. Fathul Jannah selaku perwakilan dari daerah tersebut berharap momentum ini dapat memberi dampak positif yang berkelanjutan. “Semoga ke depannya lebih sukses lagi Kalimantan Selatan membina UMKM-UMKM dan tenaga kerja di sekitar mereka,” ujarnya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|