Dari Warisan ke Kolaborasi, Cara Iwan Tirta Private Collection Tetap Eksis Sepeninggal Sang Maestro

1 month ago 19

Fimela.com, Jakarta Batik bukan sekadar kain bermotif. Di tangan maestro Iwan Tirta, ia menjadi bahasa budaya, lambang keanggunan, dan bentuk spiritualitas. Namun setelah sang maestro wafat, siapa yang kini menjaga bara nyala warisan itu tetap hidup di tengah dunia mode yang kian cepat berubah?

Dalam dunia batik, nama Iwan Tirta bukan hanya legenda, ia adalah institusi. Seorang visioner yang tak hanya menyelami filosofi batik Jawa, tetapi juga membawanya ke panggung dunia dengan desain glamor dan inovasi yang berani. Semasa hidupnya, pria kelahiran Blora, 18 April 1935 ini menciptakan lebih dari 10.000 motif batik, menjadikan karyanya sebagai pusaka budaya sekaligus pernyataan gaya.

Kini, lebih dari satu dekade setelah kepergian sang maestro, bagaimana Iwan Tirta Private Collection menjaga relevansi sekaligus kesakralan batik di mata generasi baru?

Dari Figur Tunggal ke Pendekatan Kolektif

Jika dulu nama Iwan Tirta lekat dengan satu sosok, kini pendekatannya telah bergeser ke arah kolektif. Setelah Era Soekamto sempat menjabat sebagai Creative Director dan membawa karya Iwan Tirta mendunia, kini posisi tersebut resmi ditiadakan.

“Saat ini tidak ada lagi role untuk Creative Director,” ujar Rindu Melati, Head of Marketing Iwan Tirta Private Collection, dalam wawancara bersama FIMELA. “Kami memiliki dua desainer senior yang sudah bersama kami bahkan sebelum Era Soekamto bergabung.”

Mereka adalah Untari Soeyamto yang kini menjabat sebagai Head of Creative dan memimpin koleksi tahunan hingga proyek spesial, serta Prismawati yang mengarahkan koleksi ready-to-wear. Sementara secara perusahaan, brand ini kini dipimpin oleh Widiyana Sudirman sebagai CEO.

Model kepemimpinan kolektif ini, menurut Rindu, bukan sekadar struktur, melainkan filosofi. “Justru dengan pendekatan seperti ini, setiap individu memiliki kontribusi yang sama dalam membangun brand Iwan Tirta. Segala keputusan brand adalah keputusan bersama, baik dari sisi komersial, kreatif, hingga supply chain dan keuangan," ujarnya.

Inovasi dalam Bingkai Tradisi

Bagi Iwan Tirta, batik adalah medium spiritual. Ia pernah berkata, “Saya tidak menciptakan batik, tetapi melestarikannya seperti seorang penjaga.” Maka menjaga batik bukan sekadar menggandakan motif, melainkan menghidupkan ruhnya dalam konteks zaman yang berubah.

“Kami meyakini bahwa nilai-nilai heritage ini tidak akan sustain jika hanya dipertahankan tanpa dikembangkan,” tutur Rindu. “Inovasi adalah hal yang sudah digaungkan almarhum Iwan Tirta sejak awal kariernya. Beliau yang pertama memperkenalkan batik sebagai fashion yang trendi," tambahnya.

Di bawah pendekatan kolektif ini, inovasi hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari pemilihan warna yang mengikuti tren, penggunaan material eco-friendly seperti Tencel yang nyaman untuk iklim tropis, hingga eksplorasi bentuk dan gaya baru dalam pakaian pria maupun wanita.

Batik tulis tetap menjadi pilar utama, dengan pengerjaan yang bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga satu tahun, menggunakan kain mewah seperti sutra, organza, dan linen. Hasilnya adalah karya seni yang menyatu antara teknik, filosofi, dan kemewahan.

Menjembatani Generasi

Tantangan terbesar bagi Iwan Tirta Private Collection saat ini justru datang dari keberhasilan mereka sendiri: bagaimana mempertahankan kualitas dan nilai klasik di tengah ekspektasi pasar yang berubah cepat?

“50% konsumen kami saat ini adalah generasi milenial, dan 20% lainnya Gen Z,” ujar Rindu. “Tapi kami juga masih punya loyalist dari generasi sebelumnya yang menginginkan batik seperti zaman almarhum masih ada," lanjut dia.

Menyenangkan dua dunia, loyalis dan pendatang baru, bukan tugas mudah. Namun, pendekatan fleksibel dan kolaboratif menjadi kunci. Iwan Tirta kini tak hanya merilis koleksi fashion, tetapi juga merambah ke kategori home, aksesori, hingga furnitur. Kolaborasi dengan desainer lintas disiplin pun terus dibuka, selama nilai dan visi tetap sejalan.

Batik sebagai Gaya Hidup

Lebih dari sekadar produk, Iwan Tirta Private Collection ingin menjadikan batik sebagai bagian dari gaya hidup Indonesia masa kini. “Visi jangka panjang kami adalah agar Iwan Tirta tetap menjadi bagian dari setiap zaman ke depan,” kata Rindu. “Bukan hanya sekadar warisan budaya, tetapi juga bagian dari fashion dan lifestyle Indonesia,” kata dia lagi.

Dengan filosofi batik yang kuat, seperti motif Truntum yang melambangkan cinta abadi, atau Parang yang bermakna kekuatan dan keteguhan, setiap lembar kain Iwan Tirta bukan sekadar busana, tetapi narasi yang dikenakan.

Dan melalui kerja kolektif penuh dedikasi, ruh Iwan Tirta tetap hidup. Tak lagi hanya melalui satu tangan maestro, tetapi lewat semangat bersama yang menjadikan batik tetap relevan, anggun, dan bermakna.

Berkat konsistenya melestarikan batik Nusantara, Iwan Tirta Private Collection mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan, baik pemerintah maupun swasta. Di Parade Wastra Nusantara 2025, Iwan Tirta Private Collection mendapat Warisan Adiwastra Nusantara Batik Legendaris atas berbagai upaya yang dilakukan agar batik Nusantara bisa selalu diterima dan dilestarikan oleh generasi muda.

Jangan lewatkan Parade Wastra Nusantara 2025, 8-10 Agustus 2025 di Kota Kasablanka, Jakarta. Informasi selengkapnya bisa kamu ikuti di paradewastranusantara.co.id dan akun media sosial Fimela.com.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Hilda Irach
Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|