Desainer Kemeja Tenun SBY, Wignyo Rahadi Hadirkan Pesona Kain Tarakan dalam Koleksi 'Exotica' di Parade Wastra Nusantara 2025

1 month ago 13

Fimela.com, Jakarta Desainer senior Wignyo Rahadi siap kembali mencuri perhatian di panggung Parade Wastra Nusantara (PWN) 2025. Lewat koleksi terbarunya yang bertajuk Exotica, sang pelopor tenun ATBM modern ini menghadirkan busana modest yang memadukan batik dan tenun khas Tarakan, Kalimantan Utara dengan pendekatan desain kontemporer yang kuat, khas Wignyo.

Nama Wignyo Rahadi memang sudah tidak asing lagi dalam dunia fashion Tanah Air. Sejak mendirikan Tenun Gaya pada tahun 2000, Wignyo dikenal konsisten mengolah kain tradisional, terutama tenun, menjadi busana yang relevan dengan selera masa kini. Salah satu pencapaian paling bersejarahnya adalah ketika karyanya dikenakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang kemudian dikenal luas sebagai "kemeja tenun SBY".

"Awalnya saya memilih tenun karena karakternya yang sangat beragam dari satu daerah ke daerah lain. Materialnya juga beragam, dan ketika dipegang, terasa hidup. Itu yang membuat saya jatuh cinta pada tenun sejak 1995," tutur Wignyo kepada Fimela dalam wawancara eksklusif.

Kini, dua dekade setelah mendirikan labelnya, Wignyo mendapat tantangan menarik dari Parade Wastra Nusantara: mengolah wastra Tarakan yang kaya warna dan motif. Didukung oleh Pemerintah Kota Tarakan dan Dekranasda Kalimantan Utara, Wignyo menyiapkan koleksi berisi tujuh busana wanita dan satu busana pria yang akan ditampilkan oleh enam model profesional dan dua muse spesial: Walikota Tarakan Dr. Khairul, M.Kes dan Ketua Dekranasda Tarakan Ibu Siti Rujiah Khairul.

Perpaduan Kekuatan Lokal dan Gaya Global

Mengangkat tema Exotica, koleksi ini menjadi selebrasi akan kekuatan visual wastra Kalimantan Utara, dari motif yang besar dan berani hingga warna-warna kontras seperti merah, kuning, dan biru cerah. Menariknya, Wignyo justru menyeimbangkan kesan "ramai" dari kain-kain ini dengan palet monokromatis, dominasi hitam, serta siluet busana yang bersih dan elegan.

"Tantangannya justru di situ. Gimana caranya supaya motif dan warna yang sudah kuat ini tidak jadi 'berisik' saat dikenakan. Saya banyak padukan dengan kain tenun gaya, bahkan ada tambahan kulit kayu dari Kalimantan Utara untuk memberi aksen yang earthy dan eksotis," jelasnya.

Busana yang ditampilkan terdiri dari long dress, blouse, rok, outer, hingga cape, lengkap dengan aksen obi belt dari kulit kayu, list warna kontras, dan detail lipit yang memberi kesan feminin dan trendy. Potongan modest nan nyaman menjadi kekuatan utama koleksi ini, membuktikan bahwa wastra bukan hanya untuk acara adat atau formal, tapi juga bisa menjadi bagian dari gaya sehari-hari.

Memperkenalkan Filosofi Motif Wastra Tarakan

Salah satu hal paling menarik dari koleksi Exotica adalah bagaimana Wignyo mengangkat motif-motif khas dari Tarakan ke dalam siluet busana kontemporer. Setiap motif tak hanya memikat dari sisi visual, tapi juga membawa narasi budaya yang kaya makna:

  • Motif Imbaul: Berarti "campuran", motif ini memadukan unsur ukiran kayu, tumbuhan pakis, dan buah dari tanaman bakau/mangrove. Warna-warna yang digunakan pun mengandung filosofi:

Kuning: Kehormatan

Hijau: Kedamaian

Merah: Keberanian dan kemuliaan

Biru: Persaudaraan

Hitam: Kekuatan

  • Motif Gedabang atau Sa’ung: Terinspirasi dari topi khas suku Dayak dan Tidung yang biasa dikenakan saat berladang atau melaut. Bentuknya dipadukan dengan ornamen rumah bangsawan, menciptakan kesan tradisional yang kuat namun elegan.
  • Motif Semandak Gedabang: Menggambarkan kisah seorang gadis yang membuat anyaman topi dalam semalam demi cinta. Motif ini memadukan kekuatan cerita rakyat dengan simbol ketekunan dan harapan.
  • Motif Kapah: Diambil dari bentuk kerang besar yang hidup di pesisir Tarakan. Melambangkan kekayaan alam laut yang menjadi sumber kehidupan masyarakat.
  • Motif Tabur Bintang: Ornamen berbentuk bintang yang ditaburkan seperti hiasan dari potongan logam atau kain. Bintang melambangkan kesucian dan arah tujuan yang mulia.
  • Motif Batug Semandak: “Batug” berarti anyaman, “Semandak” adalah gadis muda. Motif ini sering muncul pada tikar tradisional dan dimaknai sebagai lambang masa depan yang indah.
  • Motif Pakis atau Kujau: Simetris dan terinspirasi dari bentuk pakis yang banyak tumbuh di Tarakan. Memberi kesan keseimbangan, keakraban, dan keharmonisan hidup.
  • Semua motif tersebut menjadi bagian dari upaya Wignyo dalam merespon tantangan desain: bagaimana memadukan kekayaan lokal dengan kepekaan fashion global.

Narasi Kultural di Tengah Gempuran Mode Global

Keterlibatan Wignyo di PWN bukan sekadar ajang pamer kreasi. Ini adalah bagian dari misinya yang lebih besar: menjaga relevansi wastra Indonesia di tengah derasnya arus mode global.

"Wastra itu bisa dibagi dua. Ada yang harus dipakai sesuai pakem, seperti motif sakral untuk acara adat. Tapi ada juga yang bisa jadi inspirasi dalam industri fashion. Sebagai pelaku usaha, saya melihatnya dari sisi kreatif: gimana caranya wastra bisa relevan, tetap punya nilai budaya, tapi juga bisa dipakai ke mall, bukan cuma ke kraton," ungkap Wignyo.

Khusus untuk wastra Tarakan, ia melihat potensi besar yang belum tergali maksimal. Selain karena lokasinya yang jauh, minimnya promosi dan keterlibatan tokoh lokal dalam mengenakan kain ini membuat eksistensinya kurang kuat dibanding wastra-wastra dari Jawa atau Bali.

"Kalau wastranya pengen dikenal, pemimpin daerahnya dulu yang harus pakai. Baru deh masyarakat ikut. Anak muda juga jangan ditinggal, bikin desain yang sesuai gaya mereka, libatin mereka dalam prosesnya. Kalau perlu ajak public figure muda pakai juga. Branding dan promosi itu kuncinya," ujarnya.

Harapan Akan Regenerasi dan Kolaborasi

Dalam perjalanan lebih dari 20 tahun, Wignyo menyaksikan sendiri transformasi industri wastra. Jika dulu hanya segelintir desainer yang tertarik mengolah kain tradisional, kini semakin banyak yang meliriknya. Namun, ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar wastra-wastra dari daerah seperti Tarakan bisa mendapat panggung yang layak.

"Saya berharap desainer muda jangan cuma eksplor kain yang itu-itu aja. Di Indonesia masih banyak banget kain-kain yang belum tersentuh dan sebenarnya menarik sekali. Tantangannya memang ada, dari bahan yang tebal, motif ramai, sampai minimnya promosi. Tapi kalau semua pihak mau turun tangan, pasti bisa," katanya optimis.

Lewat koleksi Exotica, Wignyo bukan hanya memperkenalkan sisi lain dari Kalimantan Utara, tapi juga menunjukkan bahwa wastra bisa tampil eksotis tanpa kehilangan kenyamanan, bisa tampil modern tanpa kehilangan akar budayanya.

Parade Wastra Nusantara 2025 menjadi panggung sempurna untuk itu, sebuah perayaan warisan Indonesia yang dikemas dalam bahasa mode yang universal.

Desainer tenun ternama Wignyo Rahadi akan menampilkan 7 look eksklusif dari koleksi bertajuk Exotica yang mengangkat keindahan wastra Tarakan, Kalimantan Utara. Koleksi ini akan dipersembahkan secara khusus dalam perhelatan Parade Wastra Nusantara 2025, kolaborasi antara FIMELA dan Indonesian Fashion Chamber (IFC) pada Minggu, 10 Agustus 2025 di Grand Atrium, Kota Kasablanka

Jangan sampai ketinggalan menyaksikan bagaimana motif-motif khas seperti Imbaul, Kapah, hingga Gedabang diolah menjadi busana kontemporer nan memukau oleh tangan kreatif Wignyo Rahadi.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Hilda Irach
Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|