Fimela.com, Jakarta Mar-a-Lago, resor mewah milik Donald Trump di Palm Beach, Florida, tidak hanya menjadi saksi bisu berbagai pertemuan politik penting dan acara sosial megah, tetapi juga secara tidak langsung melahirkan sebuah fenomena menarik yang oleh beberapa pengamat dijuluki "Mar-a-Lago Face." Istilah ini, meski belum secara resmi menjadi terminologi akademik, mengacu pada serangkaian karakteristik visual yang sering dikaitkan dengan individu-individu yang menjadi bagian dari lingkaran sosial dan politik di sekitar Trump, khususnya mereka yang sering terlihat di Mar-a-Lago.
Apa Itu "Mar-a-Lago Face"?
Tren kecantikan Mar-a-Lago Face sedang booming sekarang ini. Jika dahulu, referensi para wanita yang ingin melakukan prosedur operasi plastik adalah selebriti, maka referensi mereka sekarang adalah sosok para elit politik. Mereka ingin terlihat seperti para wanita dalam lingkaran Presiden Donald Trump, seperti Ivanka Trump, Kristi Noem (Menteri Keamanan dalam negeri), atau Kimberly Guilfoyle (Dubes AS untuk Yunani).
Mar-a-Lago Face mempunyai ciri khusus, seperti dahi mulus yang terlihat kaku dan tidak ada keriput sama sekali, tulang pipi yang sangat menonjol, garis rahang yang tajam, hidung mancung yang mungil, mata besar dengan bulu mata palsu, dagu lancip dan panjang, serta bibir yang terlihat lebar dan penuh.
Mar-a-Lago Face disebut sebagai statemen bahwa seseorang adalah konservatif dan pendukung Donald Trump. Ini adalah cara untuk mengatakan, "I'm in this club" tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun.
Beauty statement
Tidak hanya itu, penampilan Mar-a-Lago Face juga merupakan statemen jika seseorang mempunyai banyak uang. Hal ini karena seseorang tidak bisa hanya dengan melakukan satu kali prosedur dan selesai untuk mendapatkan wajah Mar-a-Lago Face, tetapi memerlukan perawatan berulang dalam jangka waktu yang panjang.
Mar-a-Lago Face dibentuk melalui serangkaian intervensi kosmetik modern, seperti suntik botox, injeksi filler, tanam benang, implan, dan juga facelift. Semua perawatan tersebut membuat kesan awet muda, tetapi terlihat agak menyeramkan. Sejumlah netizen bahkan bilang jika wanita pemilik wajah Mar-a-Lago Face mirip dengan transgender atau Drag Queen.
Standar kecantikan amerika
"Mar-a-Lago Face" bukanlah diagnosis medis atau sindrom klinis. Sebaliknya, ini adalah sebuah konstruksi sosial yang terbentuk dari pengamatan publik terhadap penampilan fisik beberapa individu berpengaruh dalam lingkaran Trump. Ciri-ciri yang sering dikaitkan dengan "Mar-a-Lago Face" antara lain:
Kulit Oranye atau Sangat Kecoklatan: Salah satu karakteristik paling menonjol adalah warna kulit yang tidak biasa, seringkali tampak oranye atau sangat kecoklatan, yang diyakini berasal dari penggunaan spray tan atau penyamakan kulit yang berlebihan. Hal ini sering dikaitkan dengan penampilan khas Donald Trump sendiri.
Rambut yang Dicat atau Disisir dengan Cermat: Gaya rambut yang seringkali terlihat kaku, dicat dengan warna yang tidak alami, dan disisir dengan sangat rapi, terkadang dengan volume yang berlebihan.
Riasan Wajah Tebal atau Berlebihan: Terutama pada wanita, riasan wajah yang tebal, kontur yang mencolok, dan terkadang penggunaan filler atau botox yang terlihat jelas. Gaya Berpakaian yang Mencolok dan Mewah: Meskipun tidak secara langsung terkait dengan wajah, gaya berpakaian yang sering terlihat adalah busana mewah, terkadang berlebihan, dan merek desainer yang mencolok.
Asal Mula dan Persepsi Publik
Istilah "Mar-a-Lago Face" mulai populer di media sosial dan beberapa lingkaran komentar politik sebagai cara untuk menggambarkan homogenitas estetika di antara beberapa pendukung dan sekutu Trump. Fenomena ini seringkali dilihat sebagai cerminan dari gaya hidup mewah dan kecenderungan untuk memproyeksikan citra kemakmuran dan kekuasaan.
Persepsi publik terhadap "Mar-a-Lago Face" sangat bervariasi. Bagi beberapa pihak, penampilan ini adalah simbol status dan keberhasilan, mencerminkan selera yang spesifik dan kepercayaan diri yang tinggi. Namun, bagi yang lain, estetika ini justru menimbulkan kesan artifisial, kurang alami, bahkan terkadang dianggap sebagai parodi dari kemewahan. Kritikus sering mengaitkannya dengan budaya "kultus kepribadian" di sekitar Trump, di mana pengikut cenderung meniru gaya dan penampilan pemimpin mereka.
Implikasi Sosiologis dan Politik
Lebih dari sekadar tren fesyen atau kecantikan, "Mar-a-Lago Face" dapat dianalisis dari sudut pandang sosiologis dan politik:
Identitas Kelompok: Penampilan yang seragam bisa menjadi penanda identitas kelompok dan rasa memiliki di antara para elit yang berkumpul di sekitar Trump. Ini adalah bentuk komunikasi non-verbal yang menunjukkan afiliasi dan loyalitas.
Estetika Kekuasaan: Dalam banyak budaya, penampilan fisik sering dikaitkan dengan kekuasaan dan status. "Mar-a-Lago Face" dapat dilihat sebagai upaya untuk memproyeksikan citra kekuasaan dan kesuksesan yang sesuai dengan narasi yang diusung oleh Trump.
Kritik dan Karikatur: Fenomena ini juga sering menjadi sasaran kritik dan karikatur di media. Gambaran yang berlebihan tentang "Mar-a-Lago Face" dapat digunakan untuk mengolok-olok atau merendahkan individu atau kelompok yang terkait dengannya.
"Mar-a-Lago Face" adalah fenomena budaya yang menarik, mencerminkan bagaimana estetika pribadi dapat bersinggungan dengan politik dan persepsi publik. Meskipun bukan istilah formal, ia berhasil menangkap esensi dari serangkaian karakteristik visual yang telah menjadi penanda bagi individu-individu di lingkaran Trump. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa dalam arena publik, penampilan tidak hanya soal gaya, tetapi juga dapat menjadi cerminan identitas, kekuasaan, dan afiliasi politik, yang pada akhirnya membentuk narasi dan persepsi yang lebih luas di mata masyarakat.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.