Recap Day 1 Gelaran Parade Wastra Nusantara 2025, Talkshow Seru hingga Pemenang Tata Wastra

1 month ago 14

Fimela.com, Jakarta Parade Wastra nusantara adalah gelaran tahunan yang diselenggarakan oleh Fimela.com bersama Indonesian Fashion Chamber memasuki hari pertama. Digelar Digelar selama 3 hari, tanggal 8-10 Agustus 2025, event ini menghadirkan keseruan yang sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. 

Digelar lebih megah dengan berbagai macam keseruan. Seperti fashion show, kompetisi tata wastra, hingga galeri wastra yang menjual beragam produk wastra yang bisa dibeli selama acara. 

Di hari pertama gelaran Parade Nusantara 2025, dibuka dengan pertunjukan fantastis Reog Ponorogo dari Sedulur Warok Ponorogo Bekasi. Pertunjukan ini menampilkan kesenian tradisional yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, dan telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Kesenian ini memadukan unsur tari, musik, dan mitologi yang menggambarkan keberanian, solidaritas, serta dedikasi masyarakat Ponorogo. 

Melestarikan Keindahan Wastra hingga Kancah Dunia

Selanjutnya Wenseslaus Manggut, selaku Chief Content Officer (COO) dan Ellyana Mae selaku Chief Editor Fimela.com menyatakan event ini sebaga wujud rasa cinta akan wastra Indonesia “ sebagai perwujudan rasa cinta kami terhadap Indonesia, khususnya kain atau wastra kebanggaan Nusantara, agar tidak hanya mampu menjadi kebanggaan di kancah nasional, namun juga hingga ke seluruh dunia.”

Keseruan event di hari pertama gelaran Parade Wastra Nusantara 2025 diisi dengan sejumlah agenda milai dari Cerita Wastra oleh Hj. Fathul Jannah Muhidin (Ketua Dekranasda Provinsi Kalimantan Selatan, fashion show Selaras Wastra bertajuk Echoes of Borneo by Irmasari Joedawinata x Sasirangan Kalimantan Selatan, talkshow Cerita Wastra bersama Deden Siswanto dan Adinda Tri Wardhani, showcase sekaligus pengumuman pemenang Tata Wastra. 

Pesona Kain Sasirangan, Warisan Kalimantan Selatan

Pesona Kain Sasirangan, Warisan Kalimantan Selatan yang Berkolaborasi dengan Desainer Ternama tahun ini, Sasirangan tampil istimewa di Fimela x Indonesia Fashion Chamber (IFC). Tidak hanya dipamerkan, kain ini juga hadir dalam bentuk busana rancangan desainer ternama Irma Joenawinata. Perpaduan motif tradisional dan potongan modern menciptakan karya yang memikat, sekaligus membuktikan bahwa wastra dapat bersaing di pasar global tanpa kehilangan jati dirinya. 

Proses pewarnaan alami, teknik ikat yang rumit, hingga filosofi motif yang sarat makna menjadi kekuatan utama dalam karya ini. “Kami ingin Sasirangan tak hanya dikenal sebagai warisan budaya, tapi juga sebagai karya yang relevan di dunia mode saat ini,” ujar Bu Fathul dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Dukungan dari Pusat hingga Daerah

Perjalanan Sasirangan menuju panggung internasional tak lepas dari dukungan pemerintah pusat dan daerah. Bu Neli dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menegaskan bahwa wastra adalah aset penting dalam pertumbuhan ekonomi kreatif.

“Bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai sejarah. Wastra ini bagi kami adalah power. Ia bagian dari kriya, dan kriya adalah subsektor penyumbang PDB, tenaga kerja, investasi, dan ekspor terbesar di sektor ekonomi kreatif,” jelasnya.

Bu Neli Yana menambahkan bahwa pemerintah memiliki berbagai program untuk membekali para pengrajin.

“Kami punya pendampingan, fasilitasi, hingga membantu UMKM onboarding ke e-commerce. Kami juga menjangkau pejuang wastra di berbagai daerah, dan kami di Kemenparekraf tidak bergerak sendiri,” tuturnya. 

Menyesuaikan dengan Tren Global

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menyadari bahwa agar Sasirangan tetap bersaing, diperlukan inovasi yang mengikuti perkembangan zaman. “Sekarang zamannya media sosial. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak agar pengrajin bisa mengikuti tren dan menjangkau pasar nasional bahkan internasional,” kata Bu Fathul.

Kolaborasi dengan desainer ternama menjadi langkah strategis. Kain Sasirangan dikirim ke Irma Joenawinata untuk diolah menjadi koleksi yang memadukan tradisi dengan sentuhan modern. Sebelumnya, desainer Ayuh Indra juga pernah menggarap Sasirangan, membuktikan bahwa kain ini fleksibel di berbagai gaya.

Sasirangan semakin dikenal di dunia. “Kami ingin kualitas pengrajin terus meningkat, pasarnya semakin luas, dan Sasirangan benar-benar bisa go international,” ungkap Hj. Fathul Jannah.

Puncak Anugerah Tata Wastra 2025

Pada gelaran Parade Wastra Nusantara 2025, sekaligus menjadi ajang Puncak Anugrah Tata Wastra 2025. Tidak mudah bagi juri untuk memilih para pemenang dari kelima finalis karena desain dan karya mereka sangat bagus dan menarik. Tentu dalam kompetisi tetap harus ada pemenang.

Setelah melalui proses panjang. Baik dari presentasi deck hingga workshop. Akhirnya pengumuman Anugerah Tata Wastra dilakukan di dalam rangkaian Parade Wastra Nusantara di Grand Atrium Kota Kasablanka. Pemenangnya antara lain:

Desi Dwi Lestari Pemenang Satu Tata Wastra, Nadila Nurfaizah Pemenang Kedua Tata Wastra, Ayu Nur Khofipah Pemenang Ketiga Tata Wastra

Desi Dwi Lestari, (Pemenang pertama Tata Wastra 2025) menghadirkan karya bertajuk Rima Pesisir.

Di tepian laut, suara ombak dan hembusan angin menyimpan kisah yang mengalun pelan. Kisah itulah yang diterjemahkan Desi Dw  i Lestari dalam koleksi bertajuk Rima Pesisir. Koleksi ini menjadi persembahan untuk mengabadikan keanggunan wastra nusantara yang lahir dari garis pantai, budaya pesisir, serta hubungan manusia dengan laut.

Menggunakan perpaduan katun campuran, cuwiri, dan batik Mega Mendung khas Trusmi, Desi memadukan kekayaan motif tradisi dengan potongan modern yang mengalir lembut mengikuti tubuh. Siluetnya memadukan garis lengkung yang terinspirasi riak ombak, berpadu dengan struktur tegas yang merepresentasikan kekuatan batu karang di tepi pantai.

Tiga look utama koleksi ini menonjolkan permainan kontras: gaun panjang bernuansa netral dengan aksen batik yang melingkar dinamis, mantel berpotongan tegas yang membalut tubuh layaknya pelindung di tengah angin laut, serta busana berlapis kain tipis yang menampilkan batik dengan lekukan menyerupai jalur ombak yang membelai pasir.

Motif Mega Mendung dihadirkan sebagai simbol ketenangan dan pengendalian diri, sementara cuwiri memberi lapisan cerita melalui corak yang sarat makna budaya Jawa. Palet warna biru laut, krem pasir, dan cokelat batu berpadu menciptakan harmoni visual yang memancarkan rasa damai dan keanggunan.

Detail garis lengkung menjadi ciri khas yang memikat. Desi mengungkapkan bahwa proses kreatif koleksi ini memakan waktu satu bulan. “Tantangannya ada pada detail garis lengkung, karena itu merupakan ciri khas desain saya,” ujarnya.

Selamat untuk ketiga pemenang yang mendapatkan hadiah dana pembinaan serta piagam penghargaan. Tentu ini menjadi prestasi yang luar biasa. Harapannya Tata Wastra mampu sebagai wadah untuk mengembangkan bakat dan mengenalkan wastra nusantara.

Sahabat Fimela, Parade Wastra Nusantara 2025 hadir berkat dukungan sponsor dari PT Pertamina Persero, Bank BRI, Permodalan Nasional Madani, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Komunikasi dan Informatika, Pemkot Tarakan, PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Lifestyle | Fashion|