Fimela.com, Jakarta Wastra bukan sekadar kain bermotif indah, melainkan juga sebagai identitas, warisan, dan cerita panjang yang menjahit sejarah bangsa. Di tengah arus globalisasi yang serba instan, beberapa sosok di dunia hiburan tampil makin menawan nan elegan dengan mengenakan kain tradisional sebagai simbol cinta pada budaya. Tak sekadar untuk formalitas, mereka membawa wastra ke dunia fashion dan hiburan, ke panggung teater, layar sinema, hingga panggung konser internasional.
Ada nilai yang justru tak tergantikan: keberanian mencintai akar budaya. Di tangan para pesohor ini, wastra tak lagi hanya milik masa lalu, tapi menjelma jadi wujud ekspresi yang hidup dan relevan di masa kini. Berikut Fimela rangkumkan sepuluh figur publik yang tampil anggun dan percaya diri mengenakan wastra di berbagai momen, membuktikan bahwa tradisi bisa sangat trendi.
Happy Salma: Kebaya Sebagai Medium Narasi Budaya
Happy Salma tak hanya mengenakan wastra sebagai pelengkap penampilan. Ia memakainya dengan sepenuh hati, seolah tiap helai kain menyimpan kisah yang ingin ia narasikan.
Dalam berbagai unggahan di media sosial, aktris sekaligus penggiat teater ini kerap membagikan potret dirinya dalam balutan kebaya Janggan atau kebaya khas Bali—dua bentuk kebaya yang memiliki akar kuat dalam budaya lokal.
Bertempat tinggal di Bali bersama sang suami, Happy tak menjadikan kebaya sebagai kostum, melainkan bagian dari kesehariannya. Ia dengan sadar memilih mengenakan karya para perajin lokal, mengangkat keindahan dan keberagaman wastra yang kaya makna.
Dari panggung monolog hingga festival seni, kehadiran Happy selalu menjadi simbol integritas budaya.
Gaya bisa jadi pernyataan sikap. Bukan hanya tentang cantik luar, tapi juga kuat dalam.
Dian Sastrowardoyo: Menyulap Wastra Jadi Urban Chic
Dian Sastrowardoyo punya cara sendiri merayakan wastra: membawanya ke ranah modern tanpa kehilangan ruh tradisionalnya. Ia seperti jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara kain batik dan mode kontemporer.
Dalam satu kesempatan, Dian tampil memadukan kain batik dengan atasan sleeveless putih model silang dan bros emas sebagai sentuhan akhir. Elegan tanpa harus terjebak dalam pakem konvensional.
Yang menarik, gaya Dian kerap dijadikan referensi untuk generasi muda yang ingin tampil modern tanpa meninggalkan akar budaya. Ia menyisipkan filosofi di setiap pilihan fashion-nya, bahwa batik tak hanya pantas di acara adat, tapi juga layak di tengah hiruk pikuk kota.
Modernitas dan budaya tidak perlu bertentangan. Sebaliknya, keduanya bisa saling menguatkan dalam satu tampilan yang stylish sekaligus sarat makna.
Ariel Tatum: Menawan Menampilkan Elegansi Wastra
Jika ada yang mampu tampil anggun sekaligus kuat dengan wastra, Ariel Tatum adalah salah satu nama yang layak disebut. Ia sering tampil dalam setelan kebaya dan kain wastra untuk berbagai acara formal maupun pertunjukan catwalk. Dalam balutan karya desainer Indonesia, Ariel tampak luwes, mengekspresikan kekuatan feminin yang tidak dibuat-buat.
Pada sebuah ajang tahun 2023, Ariel tidak hanya tampil sebagai tamu, tapi juga sebagai penampil budaya. Ia membawakan tarian khas Sukabumi dengan kebaya sebagai kostum utama. Kehadirannya bukan sekadar selebritas yang diundang, melainkan sebagai pelaku yang aktif menghidupkan tradisi.
Dalam rangka peringatan Hari Kebaya Nasional 2025, Ariel Tatum tampil mencuri perhatian dengan gaya yang memadukan kekuatan budaya dan sentuhan artistik khas busana tradisional Indonesia. Ia mengenakan kebaya karya desainer Didiet Maulana untuk label SVARNA by IKAT Indonesia, yang menampilkan sisi anggun sekaligus tegas dari sosok perempuan masa kini. Lewat penampilan ini, Ariel tidak hanya sekadar berdandan, melainkan juga menyuarakan kebanggaannya terhadap warisan budaya yang kaya makna.
Kebaya yang dipakai Ariel didesain dengan atasan transparan berwarna cokelat tanah yang memberi kesan hangat dan membumi. Aksen benang emas serta bordiran lembut menghiasi bagian atas dengan detail yang terinspirasi dari kebaya Kartini berpotongan V-neck. Unsur klasik tersebut dirancang ulang dalam gaya modern, dengan siluet yang menonjolkan bentuk tubuh serta permainan tekstur yang memperkaya keseluruhan tampilan, menjadikan busana ini sebagai simbol keanggunan yang adaptif dan tak lekang oleh zaman.
Keindahan wastra tak hanya terletak pada motifnya, tetapi juga pada siapa yang mengenakannya dengan bangga dan sepenuh hati.
Maudy Ayunda: Wastra Sebagai Simbol Intelektualitas dan Gaya
Maudy Ayunda selalu punya caranya sendiri untuk tampil mencuri perhatian, terutama saat mengenakan wastra. Sosoknya yang dikenal sebagai publik figur cerdas dan berpendidikan tinggi membuat kehadirannya dalam balutan kain tradisional terasa makin berwibawa.
Dalam perayaan Hari Kebaya, misalnya, ia tampil memadukan kebaya lace putih dengan mini skirt dan sepatu boots hitam. Kombinasi yang segar, tak terduga, dan tetap sopan.
Maudy bukan hanya tampil anggun, tapi juga visioner. Ia memilih wastra dari para desainer lokal, sekaligus mengusung semangat keberlanjutan dan cinta tanah air. Baginya, mengenakan wastra bukan semata soal tampilan luar, tapi juga tentang memberikan panggung bagi nilai-nilai lokal di tengah dominasi fashion global.
Mengenakan wastra tak harus selalu tradisional. Justru dalam kreativitas padupadan, makna itu tumbuh dan berkembang.
Andien Aisyah: Eksplorasi Etnik yang Sarat Warna
Andien Aisyah, dikenal sebagai penyanyi dengan selera fashion eksperimental, selalu menjadikan wastra sebagai bagian dari gaya panggungnya. Ia tak segan menggabungkan warna-warna terang dengan desain kekinian.
Seperti ketika mengenakan kebaya kurung oranye yang dipadukan dengan sarung khas Makassar—pilihan yang mencolok tapi tetap anggun.
Andien memanfaatkan wastra sebagai media untuk bercerita. Ia tahu benar bahwa tiap motif dan tenun membawa cerita dari daerah asalnya. Maka ketika ia bernyanyi, bukan hanya suaranya yang mengisi ruang, tetapi juga wastra yang berbicara lewat visual.
Budaya bisa hadir dalam bentuk yang ceria, muda, dan energik, tanpa menghilangkan substansinya.
Yura Yunita: Menyulam Emosi dalam Lirik dan Wastra
Di panggung musik, Yura Yunita tak hanya menyampaikan pesan lewat lagu, tapi juga lewat busana. Ia memilih wastra sebagai bagian penting dari penampilannya. Dalam salah satu konsernya, Yura tampil mengenakan kebaya brokat merah sebagai outer, bustier senada, dan kain batik dengan belt emas khas tradisional.
Tampilannya menciptakan kesan yang kuat dan lembut sekaligus—identik dengan warna suara dan lirik-lirik Yura. Ia membuktikan bahwa wastra bisa jadi bagian dari panggung yang ekspresif, emosional, dan autentik.
Estetika tidak perlu dikorbankan untuk ekspresi. Justru dengan wastra, pesan itu bisa disampaikan dengan cara yang lebih mendalam dan personal.
Kai EXO: Sentuhan Lokal dalam Konser Internasional
Tur konser solo Kai EXO di Jakarta tahun 2025 menjadi bukti lain bahwa wastra Indonesia punya tempat di panggung global. Meski tak mengenakan kain tradisional dalam penampilannya, Kai memberi ruang khusus untuk momen budaya yang tak terlupakan bagi penggemarnya, EXO-L Indonesia.
Interaksinya yang hangat, hormat pada budaya lokal, dan penghargaan terhadap fans, membuat konser itu terasa lebih dari sekadar pertunjukan. Ia tak hanya tampil sebagai artis Korea, tapi juga sebagai tamu yang menghargai rumah yang ia kunjungi.
Budaya bisa menyentuh hati siapa pun, asalkan kita memberinya tempat yang layak.
Yesung Super Junior: Batik Jadi Sorotan di Instagram Pribadi
Tak hanya Leeteuk, Yesung Super Junior juga berhasil mencuri perhatian para penggemarnya di Indonesia. Dalam sebuah unggahan Instagram pribadinya, idol berusia 38 tahun ini tampil memukau mengenakan batik khas Jawa Barat. Gaya busananya sederhana namun berkarisma, memperlihatkan apresiasinya terhadap budaya lokal dengan penuh hormat.
Penampilan Yesung ini seolah menjadi bentuk penghargaan yang tulus terhadap kekayaan tekstil Indonesia. Tanpa perlu panggung megah, satu foto batik yang ia kenakan sudah cukup membuat banyak ELF merasa terwakili. Ia menunjukkan bahwa cinta budaya bisa diungkap lewat gestur yang sangat personal—sebuah unggahan, tapi bermakna luas.
Apresiasi budaya tak harus dalam bentuk seremoni besar. Justru dari pilihan busana yang tampak “santai” di mata publik, makna mendalam tentang cinta lintas budaya dapat menjalar dan menginspirasi lebih banyak orang.
DK dan Jay iKON: Gaya Batik dalam Balutan Denim
Pada ajang The Indonesian Next Big Star 2022, DK dan Jay dari iKON tampil mengejutkan dengan jaket denim bermotif batik rancangan Radinindra Nayaka. Mereka tidak hanya memakai batik, tetapi membawanya dalam wujud baru yang lebih edgy dan kekinian.
Penampilan mereka membuktikan bahwa batik sangat bisa menyatu dengan elemen streetwear. Tak perlu takut bereksperimen, karena dengan sentuhan kreatif, wastra bisa menjelma jadi bagian fashion global yang mudah dikenakan siapa pun.
Identitas budaya bisa tetap hidup dalam bentuk yang segar dan penuh semangat muda.
Jika Sahabat Fimela ingin menjadikan wastra bagian dari keseharian, cukup mulai dari hal sederhana: padukan, eksplorasi, dan banggakan. Karena setiap kain tradisional adalah cerita, dan setiap yang memakainya adalah penyampai makna.
***
Jangan lewatkan Parade Wastra Nusantara 2025, 8-10 Agustus 2025 di Kota Kasablanka, Jakarta. Informasi selengkapnya bisa kamu ikuti di paradewastranusantara.co.id dan akun media sosial Fimela.com.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.