Ketika Resor Bertemu Alam, Banyan Tree Membawa Desain Berkelanjutan ke Singapura

Fimela.com, Jakarta Bayangkan memulai pagi di tengah hutan hujan tropis Singapura. Udara terasa sejuk, suara burung bersahutan, dan cahaya matahari menembus lembut di antara pepohonan. Di kejauhan, aroma kopi baru saja diseduh, berpadu dengan wangi dedaunan basah. Jalan setapak dari kayu menuntun langkahmu ke arah instalasi seni interaktif yang tampak hidup, hingga berhenti di The Wishing Tree, pohon besar yang daunnya “bermekaran” setiap kali pengunjung menuliskan harapan di sana.

Pemandangan ini bukan bagian dari film fantasi, melainkan kenyataan di Mandai Rainforest Resort by Banyan Tree. Resor ini menjadi properti ke-100 Banyan Group di seluruh dunia sekaligus resor pertama mereka di Singapura. Lebih dari sekadar tempat beristirahat, Banyan Tree membawa makna baru tentang bagaimana desain, alam, dan keberlanjutan bisa hidup berdampingan.

Banyan Group dikenal sebagai perusahaan perhotelan independen yang konsisten mengusung nilai keberlanjutan dan kesejahteraan dalam setiap propertinya. Pembukaan Mandai Rainforest Resort menjadi momen simbolis, semacam “pulang ke rumah” setelah 30 tahun berkelana membangun resor di berbagai penjuru dunia.

Untuk merayakan pencapaian bersejarah ini, Banyan Tree menghadirkan Rainforest Festival, perayaan selama seminggu yang berlangsung pada 27 November hingga 3 Desember 2025. Festival ini menandai pembukaan resor sekaligus menjadi bagian dari kampanye 100 Journeys, yaitu 100 hari aktivasi global menuju properti ke-100 mereka.

Yang menarik, seluruh hasil penjualan tiket festival akan disumbangkan untuk President’s Challenge, program sosial yang membantu lebih dari 60 inisiatif di 52 lembaga amal di Singapura. Banyan Group juga akan menggandakan hasil donasi tersebut, sementara pemerintah menambahkan kontribusi melalui skema dollar-for-dollar match.

“Rainforest Festival adalah cara kami memberi kembali kepada masyarakat sekaligus merayakan perjalanan ke-100 kami,” ujar Eddy See, CEO Banyan Group. “Festival ini mencerminkan keyakinan kami bahwa perjalanan bisa menjadi kekuatan untuk kebaikan, menghubungkan manusia dengan alam, budaya, dan komunitas," tambah dia.

Salah satu hal paling memukau dari Mandai Rainforest Resort adalah cara desainnya benar-benar menyatu dengan lingkungan sekitar. Tidak ada gedung tinggi yang mencolok atau jalan beton yang mengubah lanskap. Setiap struktur mengikuti kontur alami hutan, menggunakan material ramah lingkungan, dan memanfaatkan sistem sirkular untuk mengelola energi, air, serta limbah.

Melalui Discovery Trail, pengunjung bisa melihat langsung bagaimana filosofi berkelanjutan itu diwujudkan. Jalur ini mengajak tamu berjalan di antara pepohonan, mendengar kicauan burung, dan menjelajahi instalasi interaktif yang mengingatkan pada permainan masa kecil. Tak sekadar rekreasi, pengalaman ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Di ujung jalur, berdiri The Wishing Tree, instalasi seni hidup yang menjadi simbol harapan dan kebersamaan. Setiap pesan yang ditulis pengunjung di daunnya akan membuat pohon ini “bermekaran”, menciptakan visual yang indah sekaligus makna yang dalam, bahwa setiap tindakan kecil bisa memberi dampak besar.

Sementara itu, Banyan Gallery Showcase menampilkan karya seni dan kerajinan tangan dari berbagai negara. Dari tekstil hingga ukiran kayu, galeri ini menghadirkan percampuran budaya dan kreativitas yang mendukung ekonomi lokal serta semangat keberlanjutan.

Menginap di Mandai Rainforest Resort bukan hanya soal menikmati pemandangan, tapi juga menyembuhkan diri lewat alam. Di Banyan Tree Spa, pengunjung bisa mengikuti kelas membuat scrub tubuh dan sachet tidur dari bahan alami, atau mengikuti sesi yoga untuk segala usia bersama instruktur profesional.

Salah satu kegiatan paling ikonik adalah 100 Sun Salutations, sesi yoga bersama untuk merayakan pembukaan properti ke-100 Banyan Tree. Aktivitas ini melambangkan energi, semangat, dan rasa syukur, sekaligus mengajak peserta untuk terhubung dengan alam melalui gerakan dan napas.

Bagi anak-anak, tersedia Kids Yoga serta Rangers’ Club, yang menghadirkan berbagai aktivitas edukatif seperti Shrink Safari dan Critter Chat & Doodle. Melalui permainan dan seni, anak-anak diajak belajar mengenal satwa liar dan pentingnya menjaga lingkungan sejak dini.

Ada juga tur alam berpemandu yang memperkenalkan pepohonan asli Singapura serta peran pentingnya dalam ekosistem hutan hujan. Semua kegiatan ini bisa dipesan lebih awal oleh pemegang tiket festival, dan sebagian besar tanpa biaya tambahan.

Tidak hanya dari arsitektur dan aktivitasnya, semangat keberlanjutan juga terasa dalam pengalaman kuliner di festival ini. Pengunjung dapat mencicipi berbagai makanan dan minuman hasil kolaborasi dengan merek lokal berkelanjutan, seperti:

• Gryphon Tea, teh khas yang dibuat khusus untuk resor ini.

• Owa Coffee, kopi ramah satwa liar yang ditanam di bawah kanopi hutan Jawa.

• Cokelat dari Tanglin Gin, dibuat dari bahan sisa hasil penyulingan gin.

• Hingga es krim roti khas Singapura yang jadi favorit semua usia.

Sorotan utamanya adalah buffet empat tangan hasil kolaborasi Chef Alex Siah dan Chef Tipaporn Phianthong (Tipa) dari restoran Saffron milik Banyan Tree. Keduanya menghadirkan menu perpaduan Thai dan Peranakan, menghadirkan cita rasa yang autentik, hangat, dan selaras dengan filosofi “luxury meets sustainability.”

Selama seminggu, Rainforest Festival menghadirkan berbagai pengalaman yang bisa dinikmati semua kalangan. Ballroom resor akan disulap menjadi pasar hijau Into the Rainforest by GREEN-HOUSE HangOut, yang menampilkan merek lokal berkelanjutan, aktivitas DIY, hingga workshop bertema hutan hujan.

Panggung musiknya pun menghadirkan talenta lokal seperti Joie Tan, Jack & Rai, MICappella, hingga Gabrielle Mendoza yang membawakan sesi healing musik. Setiap pertunjukan menghidupkan suasana festival yang penuh energi positif.

Di luar festival utama, pengunjung juga bisa menjelajahi Mandai Wildlife Reserve dan ikut dalam tur berbayar seperti Rainforest Wild Asia, Bird Paradise, hingga ZooSchool. Menariknya, 20% hasil dari setiap tur ini juga akan didonasikan untuk President’s Challenge, mempertegas komitmen Banyan Tree untuk mengembalikan kebaikan ke alam dan masyarakat.

Dengan segala pengalaman ini, Mandai Rainforest Resort by Banyan Tree membuktikan bahwa kemewahan tak harus menjauhkan manusia dari alam. Sebaliknya, kemewahan bisa hadir dalam bentuk kesederhanaan, seperti mendengar suara serangga malam, mencium wangi dedaunan basah, atau menuliskan harapan di pohon simbol cinta alam.

Festival ini juga menjadi pengingat bahwa setiap perjalanan bisa membawa dampak positif. Di sini, berlibur bukan hanya tentang bersantai, tetapi juga tentang menemukan kembali makna keseimbangan antara manusia dan bumi.

Rainforest Festival akan berlangsung dari 27 November hingga 3 Desember 2025, pukul 10.00–18.00. Tiket dijual seharga S$10 untuk hari kerja dan S$15 di akhir pekan, gratis untuk anak di bawah 4 tahun. Semua pemegang tiket juga akan mendapat diskon di toko sekitar kawasan Mandai serta potongan harga untuk perawatan spa di Banyan Tree Spa.

Di tengah dunia yang semakin cepat, Banyan Tree mengingatkan kita untuk melambat sejenak, mendengarkan alam, memberi kembali, dan merasakan bahwa perjalanan terbaik bukan hanya yang meninggalkan kenangan, tetapi juga jejak kebaikan.